Ten segera menutup layar tabletnya dengan cara memeluk benda itu hingga menyentuh dada bidangnya. Seluruh tubuhnya terasa mendingin dan menjadi kaku, padahal Lala menanggapi hasil gambarannya dengan pujian.
Namun entah kenapa Ten tetap saja merasa seperti akan dimarahi oleh gadis itu.
"Lala pengen liat lagi dong!" Pinta nya sambil menaruh dagu di senderan sofa tersebut.
Perlahan Ten menolehkan kepalanya ke arah samping dimana Lala sedang menatapnya dengan mata yang berbinar-binar.
Setelah itu Ten tersenyum kaku dan kembali menundukkan wajahnya yang mulai memerah.
"Boleh ya Lala liat lagi gambarnya Ten?" Dia memohon untuk kedua kalinya.
"Emangnya Lala gak marah kalau aku diem-diem ngegambar wajah Lala?" Ten bertanya sambil sesekali menoleh ke arah Lala.
"Justru Lala seneng banget! Gak pernah ada yang mau gambarin wajah Lala loh." Lala menunjukkan ekspresi sedihnya dengan agak memajukan bibir bawahnya.
Ten tersenyum semakin lebar mendengar hal itu, kepercayaan dirinya kembali muncul dan dia pun memperbolehkan Lala untuk melihat hasil gambarnya lagi.
Lala berpindah posisi, kini dia duduk disamping Ten dan melihat gambaran wajahnya yang terlukis indah di layar tablet milik Ten.
"Matanya bagus banget!" Seru Lala sambil menangkup wajahnya sendiri.
Senyuman Ten tidak pernah luntur sedikitpun, dia merasa senang karena Lala menyukai gambarnya.
"Tapi kok hidungnya mancung? Kan hidung Lala aslinya pesek." Kritiknya sambil menyentuh hidungnya sendiri dan menatap Ten dari jarak yang lumayan dekat sambil sedikit memiringkan kepalanya.
Ten lagi-lagi dibuat tersenyum hingga deretan gigi putihnya tampak, dia pun ikut menyentuh hidung Lala dengan jari telunjuknya.
Lalu Ten berlagak seperti tertusuk jarum hingga dia meniup-niup jari telunjuknya itu.
Lala hanya memperhatikan gerak aneh Ten tersebut dengan kening yang berkerut.
"Hidung Lala mancung tau! Buktinya jari telunjuk aku sampai ketusuk gini." Ucap Ten sambil menunjukkan jari telunjuknya kepada Lala.
Untuk beberapa detik Lala masih berusaha mencerna candaan Ten itu, hingga akhirnya Lala bisa tertawa terbahak-bahak karena mulai mengerti dengan apa yang dikatakan oleh Ten.
"Emangnya hidung Lala tajam kaya jarum?!" Gadis itu agak berteriak.
"Yang tajam bukan hidungnya."
"Terus apanya dong?"
"Yang tajam itu ya Lala nya, karena selalu berhasil merobek-robek hati ku hiyaaa."
Walaupun gombalan Ten terdengar agak tidak nyambung, Lala tetap berusaha menanggapinya dengan tawaan.
"Maaf ya suka bikin hati Ten robek-robek gitu." Kata Lala dan dijawab oleh Ten dengan anggukan sambil sebelah tangannya mengelus puncak kepala Lala.
"Gak apa-apa Lala, luka robek aku pasti bakal langsung sembuh waktu liat Lala bahagia."
"Kalau Lala gak bahagia, berarti hati Ten gak bisa sembuh dong?" Gadis itu kembali memajukan bibir bawahnya.
"Iya, betul! Jadi, Lala harus bahagia terus ya."
Lala mengangguk dan kembali tersenyum, kemudian dia memeluk Ten dengan sangat erat seperti sedang memeluk seseorang yang begitu berarti baginya.
Tanpa Lala ketahui, kini Ten justru tampak bersedih. Ada air mata yang hampir saja lolos dari kelopaknya, sebenarnya hati Ten belum sepenuhnya sembuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pretty Cat; Holiday | WayV✓
Fanfiction"Lala, jujur aja sama aku. Kamu gak pernah datang ke desa itu kan?"