25 - Kekalahan Kedua

3.2K 770 139
                                    

Setelah membisikkan kalimat itu, Kun mulai melangkahkan kakinya dan berjalan melewati Yangyang. Tak lupa dia menepuk bahu adik laki-lakinya itu sambil memberi kode dengan dagu nya untuk menemani Lala di balkon sana.

Kun tidak kembali ke dalam kamarnya, dia justru turun ke lantai satu dan ikut bergabung dengan adik-adiknya yang lain.

Saat itu Kun bisa langsung merasakan hawa yang kurang mengenakkan, dia juga menyadari bahwa Lucas tidak berada disana bersama yang lainnya.

"Kun ge udah enakkan?" Tanya Winwin dengan senyum sumringah tapi tampak agak dipaksakan.

"Lumayan, tadi ada apa sih ribut-ribut?" Langsung saja Kun membahas topik utamanya.

Tapi tidak ada yang mau menjawab dan semuanya tertunduk dalam diam. Disitu Kun menyimpulkan pasti ada suatu hal yang dilakukan oleh Lucas sehingga membuat Lala dan adik-adiknya yang lain merasa kesal.









Lala masih berada di balkon dan pandangannya memandang kosong ke arah depan sana. Tiupan angin membuat rambut hitam panjangnya yang tergerai ikut melambai-lambai dan beberapa kali ada yang sampai mengelus wajahnya.

Yangyang mendekat dengan langkah ragu dan dia pun menatap Lala dengan tatapan penuh keraguan yang terpancar dari sorot matanya.

Bahkan saat dirinya sudah berdiri disamping Lala, tidak ada sepatah katapun yang berhasil keluar dari mulutnya.

Begitupun dengan Lala, gadis itu masih merasa tidak enak dengan Yangyang karena ketahuan tidak sengaja mencium Ten.

Lala merasa dirinya tidak bisa menjaga perasaan Yangyang dan sudah melukai hati pemuda itu dengan sangat keji.

Padahal Yangyang sama sekali tidak merasa marah ataupun cemburu kepada Ten, dia mengerti bahwa itu semua hanya kecelakaan dan sebuah ketidaksengajaan.

Yangyang masih percaya bahwa Lala hanya menyukainya seorang.

"La, aku boleh temenin kamu disini kan?" Yangyang bertanya dulu karena takutnya Lala tidak ingin diganggu.

Ekspresi wajah Lala kini tampak sangat mendung padahal langit kala itu sangatlah cerah.

Lagi-lagi perasaan dilema itu datang, Lala merasa dirinya membutuhkan seseorang yang lain. Dan entah kenapa dia ingin Yangyang pergi darisana.

Namun tentu saja Lala tidak bisa mengusir Yangyang begitu saja, dia juga tidak ingin menyakiti hati pemuda itu dengan mengusirnya.

"Atau mau aku panggilin Win ge?" Tawar Yangyang karena dia sadar bahwa Lala tidak kunjung berbicara dengannya.

Lala agak melirik ke arah Yangyang, lalu pupil matanya tanpa bergerak-gerak dan tidak bisa diam.

"Hem, Lala minta tolong buat panggilin Hendery kesini."

Ucapan Lala yang tiba-tiba itu membuat Yangyang menatapnya tidak percaya, kenapa Lala ingin berbicara dengan Hendery bukan dengan dirinya? Pikir Yangyang.

Bahkan kini rasanya hati Yangyang sudah mulai retak, dia takut kali ini akan kembali dikalahkan tapi bukan oleh Xiaojun.

"Bukannya Lala gak mau ketemu sama Yangyang, tapi Lala butuh waktu buat bisa ngobrol lagi sama Yangyang." Jelasnya setelah melihat ekspresi pemuda itu.

Tanpa membalas, Yangyang pun pergi meninggalkan Lala. Kakinya menghentak-hentak dan kedua tangannya mengepal, sempat terlintas dipikirannya untuk tidak menyuruh Hendery menemui Lala.

Tapi karena dirinya terlalu menyayangi gadis itu, dia menjadi tidak tega untuk melakukan hal jahat tersebut.

Pada akhirnya Yangyang menghampiri Hendery yang masih berada di ruang kumpul.

"Ge." Panggil Yangyang sambil berdiri di samping sofa yang sedang diduduki oleh Hendery.

Hendery pun menolehkan kepalanya dan menaikkan kedua alisnya sebagai tanda bahwa dia sedang bertanya 'ada apa?'.

"Lala pengen ketemu sama gege." Lanjut Yangyang dan membuat mereka semua yang ada di ruangan itu menjadi syok.

Tanpa basa-basi lagi, Hendery segera berlari menuju lantai dua dan suara larinya terdengar sangat ribut.

Tentunya kelima kakak Yangyang itu langsung menatap ke arah adik terkecilnya, sedangkan Yangyang hanya bisa menelan ludah dan terlihat pasrah.

"Bukannya tadi Lala pengen ketemu sama Lo?" Kun kebingungan dengan kejadian yang baru terjadi tersebut.

Yangyang menggeleng lemah lalu membalas, "Dia pengennya ketemu sama Hendery."

Mendengar hal itu, sebelah sudut bibir Xiaojun terangkat dengan sendirinya. Jika dia memang berhasil memisahkan Yangyang dan Lala, semuanya akan terasa sama saja karena ternyata Hendery lah yang menggantikan posisi Yangyang tersebut.

"Rasanya gua bakal kalah lagi kali ini." —Yangyang.









Karena suara ribut yang dihasilkan oleh langkah Hendery itu, Lala bisa langsung menyadari bahwa orang yang ingin ditemuinya telah datang.

Hendery pun sampai disamping Lala dengan nafas yang terengah-engah, dia menatap Lala dengan segenap hatinya dan tidak tahan ingin memeluk erat gadis itu.

Tapi untungnya Hendery bisa menahan rasa ingin memeluk Lala karena dia takut akan dibentak oleh gadis itu seperti yang dilakukannya tadi kepada Lucas.

"Aku mimpi apa semalam anjir!" Seru Hendery dengan wajah seriusnya.

Lala pun balas menatapnya dengan kening berkerut.

"Lala yakin mau ngobrol sama aku daripada sama Yangyang?" Hendery berusaha memastikan bahwa tadi dia tidak salah dengar.

"Iya, yakin."

"KENAPA LA?!" Hendery tidak bisa menahan kegirangannya.

"Hendery gak suka ya? Kok marah sih?"

"Aku suka banget malah La! Rasanya kaya mimpi pas denger Lala lebih milih aku daripada Yangyang!" Hendery masih bersemangat.

"Kata siapa Lala lebih milih Hendery daripada Yangyang?" Perkataan Lala ini terdengar sangat dingin dan berhasil membuat Hendery mematung.

"Kalian semua tingkatannya sama kok di hati Lala, gak ada yang diatas ataupun dibawahnya. Tapi ya emang ada tambahan 0,5 kalau buat Yangyang." Jelas gadis itu yang justru semakin membuat semangat Hendery menurun.

"Kalau gitu ngapain Lala nyuruh Yangyang buat manggil aku kesini?" Kali ini nada suara Hendery terdengar lebih lemas.

"Lala cuman mau nanya."

"Nanya apa? Jangan yang aneh-aneh ya, kasian hati aku."

Lala agak tertawa mendengarnya.

"Misalnya Hendery jadi pacar Lala trus Hendery tiba-tiba denger kalau Lala gak sengaja cium laki-laki lain, reaksi Hendery bakal kaya gimana?"

Ternyata Lala menanyakan pertanyaan yang hampir serupa dengan pertanyaan yang dia lontarkan kepada Kun sebelumnya.

"Bakal aku hajar laki-lakinya!" Bentak Hendery sambil mengepalkan satu tangannya.

"Aku hajar dia sampai bibirnya hilang biar gak cium pacar aku lagi!" Lanjutnya masih dengan gaya yang sama.

Lala tertawa dan mengangguk paham, tapi Hendery seketika itu juga kembali tampak lemas.

"Sayangnya aku gak bisa lakuin hal itu La."

"Loh? Kenapa? Tadi Hendery pas bilangnya kaya yang meyakinkan banget tau." Puji Lala.

"Kan aku bukan pacar Lala, jadi aku gak bisa lakuin hal itu."









Pretty Cat; Holiday | WayV✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang