"Kita nungguin siapa sih ge?" Yangyang menatap malas ke arah Hendery dan kakinya berjalan mundar-mandir karena sudah merasa sangat bosan diam di tempat itu selama beberapa menit.
Sayangnya Hendery tidak pernah menanggapi perkataan Yangyang, dia terus fokus menatap layar handphonenya dan mengetuk-ngetuk si layar seperti orang yang sedang gugup karena menunggu sesuatu.
Yangyang menarik nafas panjang dan ingin menceramahi kakaknya yang tampak sangat aneh itu.
Namun suara pesan masuk dari handphone Hendery membuat niat Yangyang tertahan.
Hendery tampak sangat bersemangat dan tersenyum bahagia, tapi sedetik kemudian senyuman itu perlahan luntur dan bahunya pun menurun.
"Kenapa lagi nih?" Yangyang semakin menatap bingung.
"Temen gua gak jadi ikut."
Teman yang dimaksud Hendery itu adalah Lala.
"Yaudah gak apa-apa, kan masih ada adik gege yang paling manis sedunia alias Liu Yangyang." Pemuda itu menunjuk dirinya sendiri dengan menampilkan senyuman bangga di wajahnya.
Hendery lagi-lagi tidak menanggapi Yangyang dan memilih untuk segera memesan taksi online.
Moodnya hari itu menjadi sangat berantakan karena semua ekspetasinya tidak sesuai kenyataan.
Dia ingin mengenalkan Lala kepada ketiga kakak perempuannya dan mengajak perempuan itu berjalan berdua saja.
Tapi kenyataannya malah Yangyang yang ikut pergi bersamanya dan membuat semua rencana indah itu berantakan.
Setelah Hendery pikir-pikir lagi, justru bagus Lala tidak jadi ikut bersamanya. Karena nantinya Lala dan Yangyang malah akan bertemu, lalu peluang Hendery sebagai pemenang hati Lala akan semakin menipis.
Padahal Hendery belum tau, kalau sebenarnya Yangyang sudah mengetahui kedatangan Lala ke Korea.
Ikut bertemu dengan ketiga kakak perempuan Hendery adalah bagian dari rencana Yangyang untuk menghalangi jalan Hendery yang ingin mendekati Lala.
Yangyang masih belum rela jika keponakan Winwin itu jatuh ke tangan pria lain.
Cukup Xiaojun yang pernah mengalahkannya, jangan sampai ada kekalahan yang kedua bagi dirinya.
Sementara itu, Lala merasa bersalah karena harus membatalkan janjinya kepada Hendery.
Dia terpaksa melakukan hal itu karena melihat Yangyang ikut berdiri di sebelah Hendery yang sedang menunggu kedatangannya di depan gerbang rumah WayV.
Lala masih terlalu malu untuk bertemu dengan pemuda itu setelah membuatnya kebingungan karena kalimat yang dia ucapkan lima tahun lalu.
Seharusnya Lala tidak mengatakannya secepat itu, dia merasa sangat ceroboh dan secara tidak langsung membangun sendiri gerbang pemisah antara dirinya dan Yangyang.
"Lala bodoh! Bodoh banget! Yangyang pasti gak pernah mau ketemu sama Lala karena Lala kaya gadis yang aneh!" Dia memarahi dirinya sendiri.
Untuk menghilangkan pikiran itu, Lala memutuskan untuk pergi keluar dari rumah.
Bersamaan dengan tangannya yang menggenggam kenop pintu, tiba-tiba dari arah luar ada seseorang yang membuka pintu itu dan membuat Lala harus sedikit melangkah mundur.
Ternyata pamannya datang untuk melihat keadaan Lala, dia menatap bingung ke arah keponakannya itu karena pakaian yang dikenakannya seperti untuk pergi keluar rumah.
"Mau kemana?" Tanya Winwin yang masih berdiri di ambang pintu.
"Tadinya mau jalan-jalan keluar, tapi gak jadi kayanya karena paman datang kesini." Lala membalas sambil tersenyum.
"Gak apa-apa kok kalau mau keluar, paman mau ngasih makanan aja takutnya Lala kelaparan." Winwin mengulurkan sebuah kresek besar di tangan kanannya.
Senyuman Lala semakin melebar dan dia segera mengambil kresek tersebut dari tangan Winwin dan membungkukkan badannya sebagai tanda terimakasih.
"Paman pulang lagi ya, kalau butuh bantuan nanti tinggal telepon aja."
Lala mengangguk semangat dan membuat Winwin merasa sangat gemas kepadanya.
Tapi Winwin selalu ingat bahwa Lala ini adalah keponakannya, bukan seekor siluman kucing seperti lima tahun lalu.
Akhirnya Lala tidak jadi keluar rumah, dia memutuskan untuk menonton film di televisi sambil memakan cemilan yang diberikan oleh Winwin tadi.
Tak terasa jam telah menunjukkan pukul delapan malam, Lala segera menyalakan lampu taman, teras, dapur, dan kamar.
Sedangkan lampu ruang tamu dan ruang tengah dibiarkan mati sehingga membuat sumber pencahayaannya hanya datang dari arah dapur.
Saat sedang asik-asiknya menonton film horror, Lala tiba-tiba dikejutkan oleh suara dering dari handphonenya sendiri.
Dia mengusap dadanya dan berusaha mengatur nafas, lalu matanya melirik ke arah layar handphone yang menyala.
Ternyata itu panggilan dari Hendery. Lala memutar matanya dan merasa Hendery tidak akan pernah berhenti menghubunginya seharian itu.
Lala pun memilih untuk menjawab panggilan Hendery sambil masih fokus menonton film yang diputar di televisi.
"Halo." Sapa Lala singkat.
"La, kamu lagi di rumah?" Tanya Hendery agak cepat.
"Iya, kenap- WAAAAAHH!" Lala berteriak kencang karena terkejut melihat wajah hantu yang memenuhi layar televisi.
"LA! KAMU BAIK-BAIK AJA?!" Hendery di ujung sana terdengar sangat panik.
Lala tidak menjawab karena dia masih terkejut dengan adegan jumpscare tadi.
"Aku ke rumah ya, sekalian bawain makanan."
"Eh jangan!" Lala menolak.
"Kenapa? Lagi ada tamu?"
Lala ragu, haruskah dia berbohong kepada Hendery agar pemuda itu tidak datang ke rumahnya?
"Hem... Iya, ada temen."
Cukup lama tak terdengar suara dari ujung sana.
"Cowok?" Hendery bertanya dengan nada kaku.
"Iya, tapi tolong jangan kasih tau paman Winwin. Cowok ini temen lama Lala kok, dia orangnya baik." Semua perkataannya terdengar sangat meyakinkan di telinga Hendery.
"Yaudah, maaf ya ngeganggu." Hendery pun menutup sambungan telepon dan Lala akhirnya bisa bernafas lega lagi.
Tiba-tiba Lala terdiam dan larut dalam pikirannya, secara tidak langsung dirinya seperti berusaha menjauh dari Hendery.
Padahal itu bukanlah tindakan yang direncanakan oleh Lala sebelumnya, dia tidak punya alasan logis untuk menjauhi pemuda manis itu.
Mungkin instingnya bertindak secara mandiri tanpa disadari oleh dirinya sendiri.
Lala memutuskan untuk mematikan televisi dan berjalan gontai menuju lantai dua. Dia merebahkan tubuhnya ke atas kasur dan berusaha mengistirahatkan pikirannya yang terasa sangat lelah malam itu.
Disaat Lala sudah terlelap tidur, layar handphonenya kembali menyala dan menampilkan sebuah balon pesan dari nomor yang tidak dikenal.
+82×××××××××
•La, saveback ya, ini Xiaojun•Aku mau ngasih tau, besok pagi Yangyang bakal pulang ke kampung halamannya.
•Oh iya, kamu belum kenal sama Yangyang kan? Nah, besok sekalian pamitan, kamu bisa kenalan juga sama dia.
•Tapi aku yakin, Lala pasti udah kenal kok sama Yangyang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pretty Cat; Holiday | WayV✓
Fiksi Penggemar"Lala, jujur aja sama aku. Kamu gak pernah datang ke desa itu kan?"