Setelah dirinya batal pulang ke Wenzhou, Lala memutuskan untuk kembali tidur dan baru terbangun pada pukul dua belas siang.
Ketika dia keluar dari kamar, suasana di lantai satu sangat sepi. Lala mengedarkan pandangannya tapi tetap tidak ada wujud satu orangpun disana.
Lala pikir, mungkin ketujuh pemuda itu sedang pergi berlatih untuk konser tur dunia mereka yang tinggal dua bulan lagi.
Oleh karena itu, Lala memilih untuk menghabiskan waktu dengan menonton acara di televisi dan membuka sebungkus cemilan kentang goreng.
Walaupun dia tidak tau itu cemilan milik siapa, tapi tetap saja dia membukanya.
Saking asiknya menonton, Lala tidak sadar kalau langit di luar sana sudah menggelap.
Dan tiba-tiba Lala mendengar suara langkah seseorang dari tangga yang sedang turun ke lantai satu.
Kepalanya otomatis menoleh dan kedua matanya menyipit untuk melihat siapakah yang sedang berjalan di tangga itu.
Ternyata yang Lala lihat adalah seorang pemuda berbadan tinggi, berotot kekar, berambut coklat tua, dan dia sedang menguap dengan sangat lebar.
Lala otomatis tersenyum senang karena di rumah itu ada orang lain yang menemaninya.
"Lucas!" Panggil Lala dengan senyuman yang belum juga luntur.
Dengan mata yang setengah terbuka, Lucas melirik ke arah Lala yang sedang duduk di sofa.
"Loh? Lala gak jadi ikut sama Ten ge?" Lucas bertanya sambil menunjuk ke arah Lala.
"Lala dari pagi tu tidur di kamar kok, emangnya Ten pergi kemana?" Lala agak memiringkan kepalanya sebagai tanda dirinya sedang kebingungan.
"Ten ge kan pulang ke Thailand, tadi pagi bilangnya dia mau ngajak Lala juga." Cerita Lucas dengan wajah yang tampak sedih.
"Tapi aku agak berat sih buat ngelepas Lala pergi apalagi sama Ten ge." Curhatnya dan membuat Lala melebarkan kedua matanya.
"Kenapa berat? Lucas lagi marahan ya sama Ten?" Lala menebak tapi Lucas menggelengkan kepalanya.
"Engga La, gak tau kenapa rasanya kaya berat aja gitu. Dan aku mau nya Lala di rumah aja, disini lebih aman daripada di luar sana."
Lala mengangguk paham sambil kembali tersenyum. Lucas pun ikut tersenyum dan menatap penuh kelembutan ke arah Lala.
"Oh iya, Lucas inget gak sama gaun dan sepatu yang pernah Lucas kasih ke Lala?" Mendadak Lala mengganti topik pembicaraan.
"Inget dong, masa lupa." Balasnya sambil berjalan menuju sofa lalu duduk di samping Lala.
"Lucas mau lihat Lala pake gaun sama sepatunya gak?" Lala bertanya sambil menatap Lucas dengan mata yang berbinar-binar.
"Mau lah!" Soraknya semangat.
Lala bergegas pergi menuju kamarnya dan memakai gaun serta sepatu pink pemberian Lucas lima tahun yang lalu itu.
Dulu saat usianya masih 12 tahun, gaun pink tersebut sangat besar di badannya bahkan hingga tampak membuat dirinya tenggelam.
Namun kini gaun pink itu sudah sangat pas di badan Lala, begitupun dengan si sepatu.
Tanpa memakai riasan wajah atau hiasan rambut, Lala langsung keluar dari kamarnya dengan gaun dan sepatu pink yang telah dia pakai.
Rambutnya agak berantakan karena baru saja bangun tidur dan tadi dia terburu-buru ketika memakai gaun pink itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pretty Cat; Holiday | WayV✓
Fanfic"Lala, jujur aja sama aku. Kamu gak pernah datang ke desa itu kan?"