"Pft! Pengen banget ya dipanggil oppa?" Lala menatap jahil ke arah Doyoung yang pipinya perlahan mulai merona kemerahan.
"Hah? Siapa yang mau dipanggil oppa?" Pemuda itu pura-pura tidak mengerti dan matanya menjelajah ke seisi ruangan, selain itu tangannya juga masih menggenggam pergelangan tangan Lala.
Lala kini memberinya tatapan malas dan menarik paksa tangannya dari genggaman Doyoung.
Lalu kakinya melangkah menuju pintu untuk keluar dari ruangan tersebut, Doyoung segera mengejarnya dan berteriak memanggil-manggil namanya.
"La! Mau kemana wey?!"
"Mau pulang! Win ge lama!" Balas Lala dari lorong lantai dua.
Doyoung lagi-lagi berlari mengejarnya dan kembali berdiri di sampingnya yang sedang menunggu pintu lift terbuka.
"Gua anterin ya, takutnya Lo salah belok." Tawar Doyoung.
Tanpa menunggu jawaban dari Lala, Doyoung merangkul bahunya dan mendorong pelan gadis itu agar masuk ke dalam lift yang pintunya sudah terbuka.
Hanya ada mereka berdua di dalam sana dan itu semakin menumbuhkan suasana canggungnya.
Doyoung dan Lala saling melirik diam-diam tanpa mau memulai obrolan apapun, bukan karena malas tapi mereka lebih merasa bingung tentang apa yang akan dibicarakannya.
"Eh lift ini nyambungnya ke pintu depan." Ocehan Doyoung berhasil membuat Lala memelototinya.
"Salah masuk lift dong?!"
"Gak apa-apa, masih bisa keluar dari gedung kok." Balas Doyoung lebih santai.
"Bukan gitu, nanti kalau disana banyak fans Lo gimana?" Lala semakin panik.
"Gak akan ada, cafe sama toko souvernir nya udah tutup."
Bertepatan dengan ucapan Doyoung itu, pintu lift pun terbuka dan suasana di lantai satu yang merupakan cafe dan toko souvernir itu memanglah tampak sangat sepi dan hening.
Bahkan beberapa sudutnya terlihat gelap karena lampu nya tidak dinyalakan.
"Eh mau beli makan dulu gak?" Doyoung tiba-tiba mengajak Lala sambil tersenyum girang.
Lala justru memberinya tatapan bingung dan aneh. "Cafe nya kan udah tutup."
"Belum, itu kasirnya masih ada. Tunggu disini ya, gua beliin makanan dulu." Lagi-lagi Doyoung pergi tanpa menunggu jawaban Lala.
Pemuda itu menghampiri seorang kasir perempuan yang sepertinya sudah dia kenal, lalu dia memesan dua porsi makanan yang namanya tidak bisa Lala dengar dengan jelas.
Saat sedang fokus menatap Doyoung, Lala dikejutkan dengan suara ribut dari lift yang pintunya baru saja terbuka.
Matanya otomatis menoleh dan ternyata di dalam lift itu ada Yangyang, Max, Yuna, dan seorang pria paruh baya yang memakai kacamata berbingkai persegi panjang.
Ketiga orang kecuali si pria paruh baya itu membalas tatapan kaget Lala dengan ekspresi yang seratus persen sama.
"Kebetulan banget! Ini pacarnya Yangyang kan?" Yuna segera mendekati Lala dan membuatnya sedikit takut.
"Kenapa sih?" Lala bertanya balik dengan nada risih.
"Ada yang mau gua obrolin, tapi mending di luar aja biar gak ketauan sama karyawan agensi." Balas Yuna dengan cara berbisik di telinga Lala dan merangkulnya sambil melangkah menuju pintu keluar.
Yangyang, Max, dan si pria hanya mengikuti mereka berdua dari belakang.
Saat mereka semua telah meninggalkan area gedung, barulah Yuna berani mengatakan maksudnya kepada Lala.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pretty Cat; Holiday | WayV✓
Fiksi Penggemar"Lala, jujur aja sama aku. Kamu gak pernah datang ke desa itu kan?"