20 - Di Bawah Rintik Hujan

3.8K 871 121
                                    

Kun kembali merebahkan tubuhnya ke atas kasur setelah meminum obat yang tadi Winwin beli. Selain kulitnya terasa panas dan gatal, Kun juga merasa suhu tubuhnya semakin naik dan sebentar lagi sepertinya demam akan menyerang daya tahan tubuhnya.

Winwin menatap kakaknya itu dengan sorot mata khawatir, dia takut kondisi Kun justru semakin memburuk hanya karena sebuah semprotan anti hama.

Kemudian Lucas memasuki kamar sambil membawa nampan yang diatasnya ada sebuah mangkuk dan gelas berisi susu rasa coklat kesukaan kakaknya itu.

"Sarapan dulu ge." Ucapnya sambil menaruh si nampan di atas nakas samping kasur.

Kun menoleh sedikit dan mengangguk pelan.

Melihat keadaan Kun tersebut membuat Winwin semakin mengkhawatirkan keponakannya. Dia takut Lala akan bernasib sama seperti Kun, dipikirannya Lala mungkin sedang berbaring di kasur sambil menahan rasa gatal yang luar biasa.

"Win ge, katanya Lala juga sakit? Kenapa Win ge gak ke rumahnya?" Tanya Lucas yang sebenarnya sama-sama khawatir.

"Ini mau berangkat kesana." Jawab Winwin, lalu dia menoleh ke arah Kun. "Ge, gua pergi dulu gapapa kan?"

Lagi-lagi Kun hanya bisa mengangguk sebagai jawaban dari pertanyaan Winwin.







Sementara itu suasana di rumah Lala masih hening setelah Hendery mengatakan kalimat yang membuat Lala begitu terkejut sekaligus sedih.

Dia merasa bersalah karena pernah meninggalkan pemuda itu dengan perasaan yang tidak pernah terbalaskan.

Sorot matanya menunjukkan permohonan yang sangat mendalam, Lala tau Hendery tidak ingin melepaskannya sebelum dirinya memberikan jawaban yang pasti tentang semua perasaan yang ada di dalam hati pemuda tersebut.

Tapi kini Lala sudah tidak menyukainya seperti saat awal bertemu, hati nya sudah jatuh kepada Yangyang dan belum menemukan pendaratan yang lainnya.

"Lala... mau... pake salep dulu ya, Hendery tunggu disini aja." Kata Lala untuk mengalihkan topik pembicaraan dan keluar dari suasana yang menurutnya canggung itu.

Hendery hanya bisa melihat kepergian Lala yang berlari menuju lantai dua, akhirnya dia memutuskan untuk menjatuhkan seluruh tubuhnya ke atas sofa depan tv.

Pikirannya tiba-tiba menjadi kosong, apa yang dikatakannya tadi adalah kejujuran. Hendery takut ditinggal lagi oleh Lala ketika rasa suka nya belum sepenuhnya hilang.

Selain rasa suka, Hendery pun masih memendam perasaan menyesal karena pernah menolak Lala ketika gadis itu blak-blakan berkata bahwa dia menyukai Hendery.

"Sialan, emang bodoh." Gumamnya.

Tak lama Lala kembali turun ke lantai satu, Hendery melihat kulit tangannya penuh dengan salep berwarna putih.

"La, itu salepnya dibalur semua ke kulit?" Hendery menunjuk sambil matanya melebar karena tak percaya dengan apa yang dilihatnya.

Lala dengan polosnya mengangguk. "Iya, Lala olesin aja yang banyak soalnya Lala bingung dimana aja yang gatelnya."

Hendery tersenyum lembut dan merasa gemas dengan Lala. Kalau saja gadis itu duduk di sebelahnya, pasti sudah dia cubit kedua pipinya itu.

"Lala laper, belum makan." Ucap Lala sambil mengusap perutnya.

"Yaudah makan aja." Hendery menjawab dengan enteng namun sebenarnya masih merasa gemas kepada Lala.

"Gak ada makanan yang udah jadi, harus dimasak dulu." Kali ini Lala memajukan sedikit bibirnya.

Pretty Cat; Holiday | WayV✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang