Untung saja Winwin datang tak lama setelahnya, dia begitu terkejut ketika membuka pintu rumah Lala.
Kedua kakinya disambut dengan air yang mengalir keluar dan keadaan rumah yang begitu basah juga berantakan.
Winwin segera menekan sebuah tombol di samping pintu rumah sehingga membuat sensor api di atas langit-langit berhenti memancarkan air.
Setelah itu, Winwin berjalan memasuki area dalam rumah. Lagi-lagi degup jantungnya diserang ketika melihat Lala sedang dipeluk oleh seseorang di dapur dengan sebuah payung yang menaungi mereka berdua.
Winwin langsung tau kalau itu adalah Hendery.
"WOY!" Bentakan Winwin berhasil menyadarkan kedua orang itu dan membuat mereka menjadi gelagapan.
"Hujannya udah berhenti, gak usah peluk-pelukan lagi!" Dia masih membentak.
Hendery menutup payung yang sedari tadi dia pegang lalu dengan santainya berjalan melewati Winwin untuk menaruh kembali payung tersebut ke tempatnya yang sudah penuh dengan air.
"La, kalian lagi apa sih? Kok sensor api nya bisa nyala?" Winwin menatap keponakannya yang sudah basah kuyup itu dengan tatapan curiga.
"Lagi masak, terus wajannya kepanasan sampai keluar asap." Jelas Lala sambil memeluk tubuhnya sendiri.
Hendery kembali bergabung dengan mereka berdua, dia menaruh sebuah handuk kering yang ditemukannya di dalam kamar mandi ke atas kepala Lala hingga menutupi wajah gadis itu.
"Ini semuanya jadi basah, Lala gak bisa tinggal disini lagi. Paman telepon ibu ya buat jemput Lala ke Korea."
Tapi Lala langsung menolak. "Jangan telepon ibu! Lala masih mau disini! Kan liburan Lala masih ada satu minggu!"
Winwin tadinya ingin membantah lagi namun dia juga tidak tega melihat keponakannya itu.
"Yaudah, Lala liburan satu atau dua hari lagi dan tinggalnya di hotel dulu sambil nunggu semua perabotan rumah ini dikeringin. Habis itu, paman bakal telepon ibu."
"Win ge, kalau sampai dua hari kulitnya Lala belum sembuh juga, gimana dong?" Kali ini Hendery yang bertanya.
"Emangnya separah apa sih?"
Lala pun mengulurkan kedua lengannya ke arah Winwin, sontak pamannya itu melotot kaget karena ternyata kondisi Lala tidak jauh berbeda parahnya dengan Kun.
"Kalau kaya gini, Lala jangan tinggal di hotel!" Sentak Winwin.
"Buat sementara, Lala nginep dulu aja di rumahnya WayV! Paman gak bisa tinggalin Lala sama keadaan yang kaya gini!" Lanjutnya.
Pernyataan Winwin tersebut membuat Lala bingung, dia tidak tau harus merasa senang atau justru sebaliknya.
Tanpa pernah Ten, Lucas, Xiaojun, dan Yangyang duga. Ternyata kedua temannya pulang ke rumah bersama sebuah koper milik seorang gadis yang juga datang ke rumah itu dengan kondisi basah kuyup.
Awalnya mereka menatap heran ke arah Hendery yang tampak sangat basah, lalu tatapan mereka beralih ketika seorang gadis memasuki ruang kumpul.
"LALA!" Itu adalah suara Ten yang kegirangan karena dia memang belum bertemu dengan Lala.
Lala melebarkan matanya ketika melihat kehadiran Ten disana, senyum pun ikut terukir di wajahnya.
"TEN!" Balas Lala dengan ikut berteriak.
Ten segera berlari dan memeluk Lala dengan perasaan penuh kerinduan, Lala yang dulu dan sekarang tidak pernah berubah di matanya.
Tetap seperti seorang adik manis yang lebih berharga daripada adik kandungnya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pretty Cat; Holiday | WayV✓
Fiksi Penggemar"Lala, jujur aja sama aku. Kamu gak pernah datang ke desa itu kan?"