01.Awal Mula
"Lihat saja, kita hanya akan di pertemukan untuk menanti sebuah perpisahan. Karena sudah menjadi hukum alam bahwa yang di pertemukan akan di pisahkan. Entah secara paksa, atau secara baik-baik saja."-Iqbal Pratama Ananjaya.
***
"Kalo jalan liat-liat pake mata, dong! Jangan begitu, ya, lain kali!" Dara ngomel-ngomel sembari menepuk-nepuk rok bagian belakangnya yang kotor akibat dia terjatuh tadi.
Dan satu-satunya orang yang patut di salahkan dalam insiden ini adalah cowok yang sedang memakai hoodie hitam itu! Dia, Angkasa.
"Minta maaf." tegas Dara kepada cowok yang tidak dia ketahui siapa namanya itu. Lagipula, tidak penting bukan?
Angkasa memiringkan kepalanya, mata memicing menatap cewek gila di hadapannya ini. "Sori." katanya tak begitu tulus.
Saat akan melewati cewek itu begitu saja, kaki Angkasa di tendang oleh si cewek hingga membuatnya hampir terjatuh jika saja dia tidak gesit menyeimbangkan badannya.
"Sori." Dara mengucapkan kalimat dengan nada yang sama seperti yang Angkasa ucapkan kepada dirinya tadi.
Dengan angkuhnya, Dara berjalan melewati Angkasa begitu saja.
"Cewek sinting."
***
"Gak bisa gitu, Dara.." Dania, satu-satunya teman terdekat Dara di sekolah ini menggelengkan kepalanya setelah mendengar permintaan cewek itu.
Dara berdecak pelan, lalu bahunya melorot perlahan. "Padahal, gue udah ngarep lebih sama lo, Nia ...."
Dania memutar bola matanya, jengah akan tingkah teman sebangkunya ini. "Lagian lo aneh banget, sih! Masa nyuruh gue gantiin lo nge-date!" ucap Dania terkesan mengomel.
"Gue gak enak kalo nolak, tapi gue gak suka sama dia. Gimana dong?" Dara meminta saran dari temannya itu.
"Emang siapa yang ngajak lo nge-date kali ini?" tanya Dania.
"Iqbal Pratama Ananjaya. Anak kelas sebelas IPA 2,"
"Wait?! Si Iqbal?!" Dania langsung heboh saat mendengar nama tersebut.
"Lo kenal?"
"Jelas, lah! Dia punya hutang sama gue! Sampe sekarang gak di balikin!" balas Dania menggebu-gebu. "Oke, gue setuju gantiin lo nge-date. Gue mau sekalian nagih hutangnya dia," lanjut Dania.
"Yes! Makasih Dania Veronika terluv!"
***
Dara memandang dirinya dari pantulan cermin, senyum yang semula terpatri kini lenyap kala mengingat kenangan dia dan Bella. Biasanya, saat ini Bella pasti sudah memuji penampilannya. Tapi sekarang, tidak lagi, karena Bella telah pergi dari kehidupannya untuk selama-lamanya.
Hari ini, tepat satu tahun Bella meninggal dunia. Dara sedih, tapi dia tidak mau menangis karena dia yakin Bella akan sedih jika dia menangis.
"Kak Bella pasti udah bahagia di surga, kan?"
"Pasti, dong. Apalagi kalau dia tau adik kesayangannya juga bahagia di sini," Arya tersenyum tulus kepada anak perempuannya itu.
Dara tersenyum mendengar ucapan pria itu, lalu dia segera masuk ke dalam pelukan ternyaman sang ayah. "Papa mau ajak aku ke mana?"
"Papa bosen di rumah, jadi kita makan malam di tempat biasa, mau?"
"Mau!" jawab Dara antusias.
Melihat betapa antusiasnya Dara, membuat Arya tak bisa menahan senyumnya. "Cantiknya Papa gak boleh sedih, oke?"
"Oke!"
Setelahnya, mereka pergi untuk makan malam ke tempat biasa mereka datangi. Tentu saja tanpa Arsy. Wanita itu selalu menolak jika Dara ikut.
Tak sampai tiga puluh menit, mobil milik Arya sudah terparkir rapi di parkiran. Dara keluar lebih dulu lalu di susul pria itu.
"Papa, hari ini Dania gantiin aku nge-date, lho!" Sembari berjalan menggandeng tangan sang ayah, Dara mulai bercerita. Dia memang selalu menceritakan semua yang dia alami pada pria itu.
Arya terkekeh pelan. "Siapa lagi kali ini?"
"Namanya Iqbal. Awalnya Nia nolak, pas tau kalo yang ngajak aku nge-date itu Iqbal, Nia langsung mau soalnya dia mau nagih hutang ke Iqbal katanya,"
"Astaga, Papa gak bisa ngebayangin gimana mereka sekarang." Arya geleng-geleng kepala karena tingkah Dara dan Dania.
"Pasti Nia lagi marah-marah sekarang," tebak Dara sembari duduk di meja yang telah di sediakan.
"Terus cowoknya pasti lagi tertekan," timpal Arya menambahi.
***
"Tidur sini sama gue," Raja menabok-nabok bokong Kenzo agar cowok itu segera tertidur.
"Pake perasaan, dong, Ja! Sakit nih pantat gue!" kesal Kenzo.
"Udah mah di baikin, malah ngelunjak. Dasar setan!" umpat Raja.
"Berisik!" Angkasa yang merasa terganggu langsung melempar bantal sofa ke arah kedua cowok itu.
"Laper, sat!" Dewa yang sedang rebahan di kasur Angkasa, langsung bangkit dan keluar kamar untuk mengambil cemilan.
"Makan mulu lo monyong!" kata Raja mengejek Dewa.
"Diem lo!" balas Dewa yang ternyata masih bisa mendengar ucapan Raja.
Mengabaikan teman-teman gilanya, Angkasa kembali menatap ponselnya. Iseng-iseng, dia membuka instagram dan melihat-lihat isi DM. Ada banyak permintaan pesan yang belum Angkasa baca sama sekali.
Saat asik scrolling beranda, Angkasa melihat sebuah iklan yang menampilkan sebuah produk kecantikan. Seorang brand ambassador tersebutlah yang menyita perhatian Angkasa.
"Ini, kan, si Sinting?" gumam Angkasa.
"Wih, pacar gue, tuh!" ujar Dewa yang telah kembali tak sengaja melirik ponsel Angkasa.
"Lo kenal?" tanya Angkasa singkat.
"Siapa yang nggak kenal Dara, coba! Brand ambassador dari produk ternama sekaligus anak dari donatur terbesar di sekolah kita. Udah gitu anaknya ramah lagi," ucap Dewa panjang lebar.
"Dan pastinya siswi kesayangan Kencana!" lanjut Dewa dramatis.
"Kenapa? Suka lo sama dia?" tanya Raja lalu menyingkirkan kepala Kenzo dari pahanya sebab cowok itu sudah tertidur.
"Mata lo!" Angkasa saja benci setengah hidup pada cewek itu, mana mungkin dia suka!
----------------------------to be continued, baby KaRa❤
KAMU SEDANG MEMBACA
ANGKASADARA [SUDAH TERBIT]
Teen Fiction[SEKUEL BISA DIBACA TERPISAH] [NEW VERSION] Kisahnya singkat, sesingkat pertemuan mereka. Kisahnya juga telah usai, sebelum waktunya. Sesungguhnya, kebahagiaan hanyalah pemanis dalam cerita ini karena sebenarnya kesedihan lah yang menjadi dasar a...