PART 40 (Re-publish)

73 9 4
                                    

" gue mau nembak dia setelah wisuda nanti, gimana pendapat lo?" tanya Afryan.

Mendengar itu Kenzo terdiam, terkejut tentu saja. Tapi dia sudah menduga hal ini," ya terserah lo." jawab Kenzo sambil menggayunkan pelan ayunan yang ia duduki saat ini.

Kedua remaja tampan itu sedang berada di taman kota saat ini, Afryan yang meminta Kenzo untuk bertemu dan membicarakan hal penting. Dan ternyata ini hal penting itu," lo yakin?"

Afryan tahu ucapan laki-laki disebelahnya ini bukan berasal dari hatinya, pandangan kosong matanya mengatakan segalanya.

" itu keputusan lo, hak lo." ucap Kenzo,

" lo mau mundur, bener-bener mundur?" tanya Afryan lagi.

" hemm.. gue bakal mundur kalau Rinai nerima lo." ucap Kenzo yakin,

" kalau dia nolak gue?" tanya Afryan menatap kembaran dari mantannya itu.

" gue mau maju lagi."

....

Proses wisuda sedang berlangsung di dalam aula sekolah itu, sang kepala sekolah menyerahkan sebuah piagam serta foto bersama dengan para lulusan yang di terima di Universitas ternama.

Afryan salah satunya, ia di panggil dan foto paling terakhir karena ia penerima beasiswa tingkat satu. Dengan menggunakan setelan jas hitam dan berkalung medali sekolahnya laki-laki tampan itu saat ini tengah tersenyum bangga berfoto dengan kepala sekolah di lanjut dengan sang ibu di atas panggung disaksikan banyak lulusan yang lain.

Setelah acara wisuda itu selesai, Afryan menghampiri gerumbulan adik-adik kelasnya yang datang untung mengucapkan selamat padanya saat ini.

" happy graduation kak Afryan Handoko.." seru para anak muda itu, yang tidak lain dan tidak bukan adalah Rinai, Rasya, Mita, Satya, Michel, Nuril, Rama, dan Kenzo.

" thanks ya.." ucap Afryan bahagia sekaligus terharu.

" nih buat kakak." Seru Mita sembari memberikan sebuket snack pada Afryan, " ini dari para lelaki tampan.." sahut Satya tidak mau kalah memberikan sebuah buket yang berisikan peralatan tulis seperti buku, pensil, penggaris, dan teman-temannya.

Melihat itu Afryan terkekeh, adik-adik kelasnya ini benar-benar unik.

" wah..kreatif ya kalian, engga ada bunga nih?" goda Afryan,

Mendengar itu para anak muda di sana segera menatap Rasya yang bersembunyi di belakang Rinai dari tadi.

" ra, kasihin bunganya. Lo kan yang kebagian bawa bunga." Bisik Satya, yang sebenarnya bisa dibilang bukan bisikan karena semua orang di sana bisa mendengarnya.

Mendengar itu Rasya benar-benar gelagapan, sadar akan hal itu Rinai mendorong pelan sahabatnya itu sampai di depan sang pemandangan indahnya.

" ah, itu.. i-ni kak, bunganya." Ucap Rasya memberikan setangkai bunga matahari kepada Afryan sambil menunduk,

" kok bunga matahari? Bukannya harusnya mawar ya?" heran Rama, karena mereka kemarin sepakat memberikan bunga mawar.

" bunga mawarnya ilang tadi pagi, jadi karena buru-buru gue petikin bunga ini dari halaman gue." Sesal Rasya, pasti Rizal yang mengambil bunga itu.

Mendengar itu Afryan mengambil bunga itu dengan tersenyum, " cantik bunganya, makasih ya saya suka kok." Ucapan Afryan karena melihat wajah sedih adik kelasnya itu.

Setelah itu mereka pun dilanjut dengan foto-foto sebagai kenang-kenangan. Kenzo dan Rinai beberapa kali merasa canggung karena mereka harus foto bersama, meskipun tidak berdua tetap saja perasaan canggung itu mereka rasakan.

Sulit Untuk Dimengerti (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang