PART 32

41 10 2
                                    

Di rumah Rinai

Keluarga tersebut saat ini sedang menikmati makan malam bersama seperti biasanya, namun entahlah perasaan Rinai saja atau memang ayah nya saat ini sedikit lebih pendiam. 

Suasana makan malam tersebut masih seperti biasanya, dimana sesekali tejadi perdebatan antara kedua kakak beradik tersebut. Setelah menyelesaikan makan malam tersebut, pak Gara dan Andra langsung masuk ke dalam kamar masing-masing. Meninggalkan Rinai dan bu Yanti.

" ma, perasaan Rinai aja atau emang ayah agak aneh malem ini?" tanya Rinai menghampiri ibu nya yang mencuci piring,

" aneh gimana maksud kamu?" tanya bu Yanti.

" ayah kayak agak pendiem engga sih? tadi pas makan tumbenan engga nyautin pas Rinai sama mas Andra debat." Heran Rinai, sembari membantu membereskan piring-piring tersebut.

" ayah kecapekan mungkin, kan beberapa minggu ini ayah bolak balik keluar kota nay." Jawab bu Yanti.

" iya juga ya, apa jangan-jangan ada masalah kerjaan?" pikir Rinai,

" emang ada masalah dikit sih, pengiriman kayu yang di impor sama temen ayah kamu belum ada kabar. Apalagi udah mau tanggal nya."Jelas bu Yanti.

Sekilas info, ayah Rinai memiliki usaha di bidang properti yang di kelolah sendiri. Dimana usaha tersebut sudah cukup besar dan berkembang, namun Andra selaku anak sulung di keluarga tersebut lebih memilih untuk bekerja di perusahaan lain. Karena dia ingin mandiri, dan memulai kesuksesannya dari nol tanpa bantuan orang tua nya.

" terus gimana? Emang temen ayah engga bisa dihubungi? Kalo engga di samperin gitu." Ucap Rinai ikut khawatir,

" udah semua nay, kamu kira ayah kamu bolak balik keluar kota karena apa? ya nyamperin temennya itu, dia sih bilangnya udah mau siap tinggal kirim tapi engga ada kejelasan."

" aduh, gimana dong."

" kamu doain aja, insyaallah bisa di handle sama ayah. Udah kamu belajar aja sana." Ucap bu Yanti yang selesai dengan aktivitasnya.

" yaudah, iyes madam nyonya." Ucap Rinai lalu jalan ke kamarnya,

Saat melewati kamar Andra, Rinai iseng masuk ke kamar kakaknya itu berhubung pintunya sedikit terbuka.

" mas.." panggil Rinai pelan,

Andra yang sedang mengetik sesuatu di laptopnya pun menatap adiknya itu heran,

" kenapa nay? Tumben ke kamar mas." Ucap Andra kembali melanjutkan kegiatannya.

" ya engga papa, iseng aja. Mas ngapain, kerja ya?" tanya Rinai sembari duduk di kasur kakak nya itu,

" he,em.. kerjaan lagi banyak makanya mas bawa pulang, kalo engga numpuk entar di kantor. Bisa-bisa lembur nanti." Jawab Andra.

" yaelah mas, sama aja kali. Di rumah mas juga ngelembur." Ucap Rinai,

" ya seenggaknya kalo di rumah mas bisa santai ngerjainnya." Balas Andra.

" iya deh iya, manajer mah beda." Ledek Rinai,

" yaya dong." 

" mas, usaha ayah lagi ada masalah ya?" tanya Rinai.

" tahu dari mana kamu?" tanya Andra,

" mama cerita."

" doa in aja cepet kelar." Jawab Andra santai.

" iya tahu, tapi firasat Rinai engga enak gitu denger masalah ini. Gimana dong, kok Rinai jadi takut ya. takut ada apa-apa." ujar Rinai dengan gelisah,

Sulit Untuk Dimengerti (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang