Part 15 - Kena Marah

363 51 11
                                    

[BaekHyun POV]

"Ma, Pa?" Aku masuk ke rumah dan semua nya terlihat lebih sepi dari biasanya.

"BaekHyun, masuk ke ruang kerja papa."

Aku tidak tahu dari mana papa muncul tapi tiba-tiba saja sudah ada di belakang ku.

"Ya pa," Aku berjalan ke ruang kerja nya. Biasanya jika aku di suruh ke ruang kerja nya pasti dia ingin membicarakan sesuatu yang sangat penting.

Biasanya.

Aku masuk ke ruang kerja papa, di sana sudah ada mama juga.

"Duduk Baek." Ucap mama. Aku duduk di sofa di hadapan papa.

"Kamu dari mana?" Tanya papa.

"Rapat pa." Jawab ku.

"Rapat di mana?" Tanya papa lagi. Kenapa aku merasa seperti maling yang baru saja tertangkap warga.

"Langsung saja pa, ada apa sebenarnya?" Tanya ku.

"Kamu menemui perempuan itu lagi kan?" Tanya papa.

"Tidak, kan sudah Baek bilang, Baek pergi rapat."

PLAKKKK!!!

"Jawab yang jujur, papa tidak pernah mengajari anak papa untuk berbohong." Aku terkejut ketika papa bangun dan langsung menampar ku. Pipi ku terasa panas sekarang.

"Apa maksud papa?" Tanya ku.

"Jawab yang benar, kamu dari mana? Menemui perempuan itu lagi?" Tanya papa.

"Rapat pa."

PLAKKK!!!

"Shh." Aku meringis pelan. Papa menampar ku lagi di tempat yang sama. Rasanya lebih sakit daripada yang pertama.

"Pa, sudah pa, tenang dulu. Sabar." Mama berusaha menenangkan papa. Sekarang aku yakin, pasti papa sudah melihat mobil ku di depan rumah TaeYeon tadi.

"Ma, anak kita ini bakal bikin kita malu, gimana kalau keluarga jung sampai tahu," Ucap papa.

"Ya pa, mama ngerti, tapi kan kita bisa ngomong pelan-pelan, jangan main fisik dulu pa."

"Jadi gimana? Keputusan di tangan kamu BaekHyun, kamu bisa saja terus mengencani perempuan itu, tapi sampai kamu dan Yerin tidak jadi menikah, jangan harap kamu bisa kembali ke sini lagi." Ucap papa.

"Kenapa kalian begitu menginginkan aku menikah dengan Yerin? Aku tidak mencintai nya, Aku mencintai TaeYeon, memang nya apa yang TaeYeon lakukan hingga kalian begitu membenci nya?"

Papa menatap tajam ke arah ku. "Itu karena keluarga nya, kamu tidak tahu apa-apa kan tentang keluarga nya," Papa seperti menantang ku.

"Bukankah orang tuanya juga terjun ke bidang yang sama seperti kalian?" Aku sangat yakin dengan itu, tapi melihat ekspresi kedua orang tua ku, aku menjadi tidak yakin, apa mereka lebih tahu dari ku? "Itu lah dia katakan." Kataku pelan.

"Terserah kamu saja Baek, papa tidak mau tahu kamu gimana sama perempuan itu, tapi kalau sampai Yerin batal menikah dengan kamu dan orang tua nya memutus hubungan dengan papa, jangan harap kamu papa anggap sebagai bagian dari keluarga ini lagi, dan jangan berharap kamu bisa menikmati semua fasilitas keluarga ini lagi, papa sudah memperingati mu sejak awal."

"Memang nya kenapa harus aku? Kak Jae juga belum menikah saat seusia ku."

Papa menatap tajam ke arah ku. "Kakak kamu itu jauh lebih sukses dari kamu, dia bisa membangun perusahaan nya sendiri di luar negeri, dia bisa sukses di sana, sedangkan kamu? Papa sudah bilang berkali-kali, lanjutkan saja perusahaan papa dan kamu bisa hidup sendiri, tapi sifat kamu saja masih seperti anak kecil," Entah berapa lama lagi papa melihat ku sebagai anak kecil. Tujuan ku tidak mengambil nya agar papa bisa melihat aku juga bisa mandiri seperti kak Jae, Tapi papa semakin membenci ku setiap hari nya.

"Apa papa sudah selesai?" Tanya ku.

"Kenapa? kamu ingin menemui perempuan itu lagi?" Tanya papa dengan nada sinis.

"Bagi papa hanya perusahaan dan harga diri papa yang penting, perasaan ku, pendapat ku semua tidak penting bagi papa, sudah cukup sabar aku tinggal bersama kali selama ini, papa tidak pernah membiarkan aku memilih sekolah ku sendiri, papa juga tidak membiarkan aku memilih kampus ku sendiri, bahkan sekarang, papa tidak membiarkan aku memilih calon istri ku sendiri, lalu papa akan terus mengekang aku seperti ini? Atau jangan-jangan papa juga akan memilihkan anak untuk ku nanti?" Tanya ku.

"BaekHyun, cukup, keluarlah dulu, biarkan papa mu tenang dulu." Aku keluar begitu mama menyuruhnya. Aku hanya mau mendengarkan perkataan mama. Hanya mama yang ada di pihak ku.

Aku keluar dan berjalan ke mobil ku. Aku melihat ke kaca spion mobil ku, sudut bibir ku berdarah. Aku tidak tahu itu sampai aku melihatnya. Mungkin karena aku terlalu emosi hingga aku tidak tahu kalau bibir ku sobek. Aku pikir aku akan kembali ke rumah TaeYeon untuk menginap. Urusan ku dengan papa sudah selesai.

Saat di lampu merah, aku tidak sengaja melihat Yerin bersama TaeHyung di sana. Aku tidak tahu apa yang mereka lakukan, tapi Yerin terlihat sangat senang bersama TaeHyung. Mungkin memang perjodohan ini tidak seharusnya di lakukan. Aku rasa kami berdua memiliki pasangan masing-masing yang bisa membuat kami bahagia. Aku yakin Yerin tidak bahagia dengan perjodohan ini. Begitu juga dengan diri ku.

Sekeras apa pun aku menolak, dan sekeras apa pun Yerin menolak, orang tua kami pasti tidak akan mendengarkannya. Aku selalu berharap diri ku adalah kak JaeHyun, papa dan mama selalu membela nya, dia bebas melakukan apa saja tanpa terkekang. Sedangkan aku, mereka sangat protektif kepada ku karena aku anak terakhir. Mereka terus saja melihat ku sebagai anak kecil padahal sekarang umur ku sudah 25 tahun sebentar lagi 26 tahun. Itu bukan anak-anak atau remaja lagi.

Aku sudah bisa membuat keputusan untuk diri ku sendiri. Tapi tidak ada yang mau menerima keputusan ku. Lampu merah sudah berganti menjadi hijau. Aku menancapkan gas nya melewati Yerin dan TaeHyung di sana. Aku tanpa sengaja melihat mereka berpelukan. Sedekat itukah mereka?

TaeHyung pergi lebih dulu dan Yerin di sana sendirian. Apa aku jahat jika aku langsung pergi dan berpura-pura tidak melihatnya? Akal sehat ku dan hati ku keduanya kali ini selaras. Aku membuka kaca mobil ku.

"Yerin, Masuk lah, Saya akan antar kamu pulang." Ucap ku. Dia mengangguk dan langsung masuk ke mobil ku. Dia duduk di sebelah ku dan memakai sabuk pengamannya.

Dia menatap ku. "Bapak berantem?" Tanyanya.

"Menurut kamu saya seberandal itu?" Tanya ku.

"Lalu siapa yang memukul bapak?" Tanyanya. Tatapan mata nya terlihat khawatir. Kenapa dia khawatir kepada ku. Perjodohan ini hanya sementara.

"Bukan apa-apa, cuma papa sedikit emosi saja tadi." Jawab ku. Dia mengangguk.

"Ke apartemen saya pak." Ucap nya. Aku menginjak gas dan menuju ke apartemennya. Sepertinya TaeYeon bisa menunggu sebentar. Aku hanya akan mengantar nya pulang lalu pergi lagi. Ini seharusnya tidak akan terlalu lama.

"Pak?" Panggil nya. Aku berdehem tanpa melihatnya.

"Apa bapak di marahi karena saya?" Tanyanya dengan suara pelan.

Aku tidak mungkin berkata ya secara langsung, tapi kenyataannya itu memang benar. Jika bukan karena dia, aku tidak mungkin sampai di gampar oleh papa.

"Bisa di bilang begitu." Jawab ku.

Dia menundukkan kepalanya. "Maaf pak, seharusnya tadi saya kembali ke apartemen saja." Ucap nya.

"Kenapa? Bukannya orang tua kamu yang jemput?" Tanya ku.

"Enggak, saya tadi di halte sendirian, terus kebetulan papa lewat sana, dia suruh saya ikut dia pulang, dia tanya, bapak ke mana, saya bilang ga tahu, tadi cuma nganter doank." Dia menjelaskannya.

"Ya sudah ga usah di bahas lagi, cowok kalau berdarah dikit mah biasa," Ucap ku.

Dia menatap lurus ke depan, "Sekali lagi maaf pak." Ucap nya. Kali ini terdengar dia lebih tulus.

"Saya maafkan Yer, sekarang berhenti minta maaf" Balas ku. Aku tidak ingin dia terus menyalahkan dirinya sendiri kalau dia tidak tahu apa yang membuat papa sampai menamparku seperti ini.

[BaekHyun POV END]

TBC

Publish Date : October 27, 2020

Our Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang