Aku tidak tahu pak BaekHyun habis dari mana, tapi aku bertemu dengan nya di persimpangan lampu merah tadi setelah TaeHyung pulang. Awalnya aku ingin pulang ke apartemen sendiri, tapi kebetulan pak BaekHyun lewat dan dia juga menyuruhku masuk. Lumayan irit ongkos pulang kan.
Tapi saat aku masuk ke mobilnya, mata ku langsung tertuju pada sudut bibir pak BaekHyun yang berdarah, entah karena pukulan atau tamparan. Yang pasti bibir nya itu sedikit sobek. Aku bertanya pada nya tapi dari jawabannya aku pikir papa nya yang melakukan ini.
Setelah tadi papa membawa ku pulang dari halte, papa menelepon seseorang, suaranya seperti seorang pria, aku tidak berpikir kalau papa akan menelepon papa pak Baekhyun. Tapi setelah mendengar jawaban pak BaekHyun, aku sangat yakin papa melaporkan ini kepada papa Byun.
Pak BaekHyun tidak mengajak ku berbicara sama sekali jika tidak aku tanya. Aku rasa dia memang sama sekali tidak memiliki perasaan apa pun pada ku. Malah aku pikir dia sangat tidak menginginkan pernikahan ini dan juga diri ku. Dia mengantar ku hingga ke basement apartemen ku.
"Pak, ayo masuk dulu." Ajak ku. Memang ini tidak terdengar seperti diri ku, tapi anggap saja aku ingin membalas sesuatu pada pak BaekHyun.
"Tidak usah, saya ada urusan setelah ini." Jawabnya.
"Sebentar saja pak, saya tunggu bapak di atas." Aku keluar lebih dulu dan masuk ke dalam lift. Aku tahu dia tidak mau menerima ku, aku sendiri juga belum bisa menerima kalau wali kelas ku akan menjadi suami ku sebentar lagi. Aku melangkah kan kaki ku masuk ke dalam apartemen ku. Aku menaruh buku-buku ku kembali ke meja belajar ku. Semua PR matematika ku sudah selesai berkat bantuan Sowon. Kali ini aku mengerjakannya sendiri, dia cukup membantu ku tadi.
Aku harap pak BaekHyun tidak mencurigai ku lagi besok. Aku pikir materi nya susah, ternyata jika sudah mengerti konsep nya tidak sesulit itu. Aku tidak tahu apa yang aku pikirkan saat pelajaran sampai-sampai aku tidak tahu apa-apa.
Cklekkk...
Aku melihat ke arah pintu ku yang terbuka. Aku tersenyum melihat pak BaekHyun sudah masuk. "Saya ambil kotak obat sebentar pak." Ucap ku. Dia mengangguk. Kotak obat ku ada di kamar, jadi aku kembali ke kamar sebentar untuk mengambil nya. "Kenapa kamu suruh saya naik?" Tanyanya. Aku sama sekali tidak sadar kalau dia mengikuti ku hingga ke kamar.
"Bapak diam saja dulu," Ucap ku. Dia tidak mendengarkan ku. Bukannya diam, pak BaekHyun malah berjalan ke arah meja belajar ku dan mengambil buku ku. Dia membuka buku mate ku.
"Kamu menyalin jawaban Sowon?" Tanyanya.
Seketika emosi ku naik lagi. Aku melempar bantal ku ke arah pak BaekHyun. Dia sama sekali tidak siap dengan serangan ku.
"Bapak itu ya, kenapa ga pernah ngajarin cara gampang nya, saya pusing tahu ga pelajaran bapak ngajar belibet-libet muter-muter ujung-ujung nya jawabannya 0," Ucap ku kesal. Pak BaekHyun terkekeh.
"Kalau begitu nanti pas ujian kalian kerjain nya cepet banget, jadi saya ajarin cara yang panjang aja biar agak lama kerjain nya." Balas nya dengan enteng.
"Jadi ini kamu kerjain sendiri?" Tanyanya lagi.
"Ya iyalah, memang Sowon mau kasih jawabannya gitu aja? Sowon itu tidak mengenal sistem berbagi, tapi dia tahunya barter." kata ku. Pak BaekHyun menaikkan satu alisnya dengan tatapan ingin tahu.
"Kamu memberitahu tentang kita?" Tanya pak BaekHyun. Aku mengangguk sambil menyiapkan antiseptik dan kapas. Pak BaekHyun masih mematung di sana. Aku berjalan ke arah pak BaekHyun dan mendorong nya dengan pelan agar duduk di kursi belajar ku.
Jarang-jarang aku bisa begini kan sama guru. Aku mengambil antiseptik itu dan membersihkan luka pak BaekHyun.
Pak BaekHyun sambil melihat jawab-jawaban ku. "No 2 salah," Ucap nya. Aku menekan luka nya dengan kapas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Love Story
أدب الهواة[COMPLETE] R13+ Yerin hidup dengan tenang sebelum dia di jodohkan oleh kedua orang tua nya tanpa sepengetahuan dirinya. Dia tidak tahu kalau orang yang akan di jodohkan dengannya adalah gurunya sendiri. Hubungan mereka berubah dan lebih dari sekeda...