Part 1 - Curhatan Yerin

756 77 17
                                    

Aku baru saja sampai di apartemen ku.

Walaupun orang tua ku sudah menyuruhku untuk tinggal di rumah, tetap saja aku ingin tinggal di apartemen. Ya tentu saja dengan kesepakatan.

Aku harus pulang setiap Sabtu dan Minggu, mereka bilang aku hanya boleh tinggal di apartemen di hari-hari sekolah. Aku sengaja memilih apartemen yang tidak jauh dari Sekolah jadi aku tidak akan terlambat. Dan itu salah satu alasan lainnya kenapa mereka memperbolehkan aku tinggal sendiri di apartemen ku ini. Lagi pula, apartemen ini aku beli dengan uang ku sendiri.

Drtttt...Drttt..

"Yerin, apa kamu sudah pulang? Apa yang di bicarakan Pak BaekHyun tadi?" Sowon mengirimku pesan teks.

"Datang saja ke apartemen ku, aku akan menceritakannya di sini." Balasku.

"Baiklah," Balasnya lagi.

Aku berjalan ke arah kamar, kepala ku pusing membayangkan lagi dan lagi apa yang terjadi tadi. Itu tidak terlihat seperti pak BaekHyun yang biasa. Hari ini dia terlihat lebih cuek dan dingin. Bahkan saat mengajar di kelas tadi. Awalnya aku pikir dia mungkin hanya sedang banyak masalah saja.

Tapi sekarang bukan dia saja yang punya masalah, diri ku sendiri juga sama. Dia tidak mungkin kan menuliskan angka 0 di rapot ku begitu saja? Nilai rapot kan seharusnya nilai rata-rata, bukan nilai 1 ulangan harian.

Kaki ku melangkah masuk ke dalam kamar mandi setelah mengambil baju ganti. Hari-hari ku di SMA semakin terasa berat walaupun tinggal 1 semester lagi. Aku tidak tahu sebenarnya apa yang membuat pak BaekHyun semakin membenci ku. Aku tidak akan membuang banyak air lagi, tagihan air ku bulan lalu sudah membengkak.

Aku cepat-cepat keluar dari kamar mandi setelah aku selesai mandi. Aku mengeringkan rambut ku sebentar dengan hairdryer.

'Keluar saja, Nilai mu 0'

Kalimat itu terus terngiang di kepala ku. Aku tidak pernah benar-benar mendapatkan nilai 0 selama ini. Lagi pula kenapa pelajaran matematika semakin sulit saja. Pelajaran SMP saja aku masih tidak bisa, apa lagi sekarang.

Aku mengacak-acak rambut ku karena frustrasi.

Tinggg.. Tonggg....

Aku pikir Sowon seperti nya sudah sampai. Aku tidak peduli lagi dengan rambut ku yang berantakan. Yang datang juga hanya Sowon. Dia sudah biasa melihat aku yang lebih berantakan dari ini.

"Yer-, Kamu lagi ada masalah ya?" Tanya Sowon melihat penampilan ku. Aku mengangguk.

"Sahabat aku lagi banyak masalah, ayo kita masuk dulu yuk," Sowon merangkul ku masuk ke apartemen ku sendiri.

"Jadi? Kamu bisa cerita saja, aku akan dengarkan, dan ini, mama ku membawakan makanan, dia menyuruhku membawanya untuk mu saat aku bilang akan ke apartemen mu."

Sowon memberikan tas berisi berbagai kotak makan. "Bilang terima kasih ya ke mama mu, dia selalu membawakan ku makanan setiap kali kamu ke sini." Ucap ku. Sebenarnya aku tidak enak, tapi aku sendiri juga lapar.

"Makan aja, aku tahu kamu pasti lapar." Sowon membuka nya dan memberikan nya pada ku.

"Gimana kalau kita nonton TV dulu sebelum kamu cerita sesuatu, sambil nunggu kamu makan itu." Sowon mengambil remot TV setelah aku memberi izin dengan anggukan.

"Nonton apa?" Tanya Sowon.

Aku ingat ada drakor yang ingin aku selesaiin hari ini. "Hotel del Luna aja," Jawab ku.

"Dari episode 1 ya? Aku juga mau nonton soalnya." Ucap nya. Aku mengangguk saja. Lagi pula aku juga sedang makan. Tidak akan terlalu fokus nonton nya.

"Makanan mama mu selalu enak." Puji ku. Memang kenyataan, mama Sowon sangat pintar dalam urusan masak.

"Iya lah, kalau ga aku mana mau makan," Sahut Sowon.

"Ya itu sebab nya badan mu besar." Ledek ku. Dia tertawa.

"Jadi? Apa yang kalian bicarakan tadi?" tanya Sowon.

Aku mengambil nafas panjang sebelum bercerita. "Tadi kan Pak BaekHyun suruh aku ketemu dia, nah dia tuh bilang, kalau nilai aku jelek sendiri dari satu kelas. Dia suruh aku remedial di depan dia." Ucap ku.

"Waduh, Terus gimana?" Tanya Sowon lagi.

"Ya begitu, aku bilang ke dia kalau aku ga bisa kerjain, terus aku bilang kemarin itu 3 nomor hasil nyontek dan dia marah." Lanjut ku.

"Aduh Yerin, kalau mau nyontek tuh minimal lolos, udah nyontek, ga lolos pula, ngaku lagi. Ada ya manusia pinter kayak kamu." Sowon terlihat sangat geregetan.

"Ya sudah lah, semua nya sudah terjadi." Ucap ku.

"Besok jam pertama pelajaran pak BaekHyun lagi," Aku menatap Sowon. "Aku tahu." Gumam ku dengan tidak bersemangat.

"Lebih baik kamu bicara dengan nya baik-baik, jika kamu tidak bisa, mungkin kamu butuh les tambahan." Usul Sowon.

"Aku tidak suka matematika, kenapa wali kelas kita bukan pak ChanYeol saja? Dia kan lebih asyik." Tanya ku.

"Tidak bisa Yer, Wali kelas 12 itu pasti guru mata pelajaran utama, kalau ga matematika, bahasa, atau mata pelajaran IPA IPS, pak ChanYeol itu guru musik," Jawab Sowon.

Aku menatap Sowon sebentar. "Sowon, Aku pernah dengar, katanya kamu suka sama Pak ChanYeol ya??" Tanya ku.

Wajah Sowon langsung panik. "Tidak, tentu saja tidak, Umur kita kan berbeda cukup jauh." Balasnya.

Aku menggeleng. "Tidak juga ah, kamu 18 tahun, dia 24 tahun, beda 6 tahun sih," Ucap ku.

"Aku akan mencari laki-laki yang masih sederajat dengan ku."

"Baiklah, tapi, boleh aku pinjam PR mate mu?" Tanya ku pelan. Lebih tepat nya aku berbisik.

Sowon menatap ku dengan tatapan tajam. "Apa kamu tidak kapok juga? Kerjakan sendiri Yerin, tanya saja jika tidak tahu, mana ponsel mu?" Sowon meminta ponselku. Aku memberikannya.

"Ini aku masukkan nomor pak BaekHyun, tanya saja kepada nya, biasa aku juga suka bertanya lewat chat jika ada materi yang belum aku mengerti." Sowon memasukkan nomor pak BaekHyun ke ponselku.

"Aku tidak akan melakukannya, jika aku menge-chatnya, ada nya dia semakin emosi melihat ku di sekolah nanti. Aku yakin dia sudah cukup kesal melihat nilai-nilai ku selama ini." Ucap ku.

"Apa aku perlu menginap di sini malam ini untuk memastikan kamu akan baik-baik saja? Seperti nya kamu sedang kacau." Tawar Sowon.

"Kalau kamu mau menginap atau tidak juga tidak masalah untuk ku, terserah kamu saja," Jawab ku. Sowon mengelus rambut ku.

"Kamu ini, Yerin. Yerin. Aku tidak tahu harus bangga atau kasihan kepada mu." Ledek nya.

"Sudah lah kalau begitu, kamu pulang saja sana. Nanti aku emosi jika terus ada di dekat mu." Aku mendorong nya menjauh.

"Kalau begitu aku pulang dulu, mama pasti sudah mencari ku, jangan terlalu di pikirkan dan kerjakan PR mu," Ucap Sowon. Aku terus mendorong nya ke luar pintu.

"Sampai jumpa besok pagi, dah.." Aku menutup pintu apartemen ku. Aku harus banyak bersabar.

Aku kembali ke kamar ku. Ranjang adalah satu-satu nya yang bisa membaut aku senang.

Drtttt... Drtttt..

Aku membuka ponsel ku dan melihat pesan dari mama.

"Yerin, hari minggu kita akan mengadakan makan malam dengan teman mama, jangan lupa pulang."

Apa-apaan lagi ini. Kenapa aku juga harus ikut? Ya sudah lah dengarkan saja dari pada mama marah juga ikutan marah. Kepala ku bisa pecah.

TBC

Publish Date : October 24, 2020

Our Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang