33. pernikahan Faiz

610 54 9
                                    

Sembari bersiap, siapapun yang melihat Alyssa akan mengatakan ia tidak baik-baik saja. Senyum nya palsu, ia berusaha tegar selalu agar suami nya  bisa bahagia dengan Adibah. Entah bagaimana kelanjutan pernikahan mereka,dan entah apakah akan bertahan atau tidak,Alysa tidak bisa memastikan nya.

Matanya yang  sembab dan wajah nya yang pucat perlahan agak memudar karena ia mengoles nya dengan sedikit bedak,Dengan warna lipstik pink membuat wajah nya semakin manis di pandang, walau hatinya sedang tidak baik-baik saja. Ia  pun segera berangkat menyetir mobil sendiri.

"Yaa Allah Yaa Rabb, berdosa kah hamba jika berdo'a semoga pernikahan tersebut tidak terjadi? Sangat sulit untuk ikhlas yaa Allah" lirih Alysa sembari memberhentikan mobil yang ia kendarai

"Sebaiknya aku tidak usah menghadiri pernikahan mas Faiz" ucap nya dalam hati lalu keluar dari mobil.

Cuaca hari ini tampak mendung berangin,ia duduk di sebuah kursi taman sembari menikmati hilir angin yang menyapu wajah nya. Ingin mencoba tegar, dan terus tersenyum di hadapan faiz, siapa yang tau hati nya sekarang rapuh.

"Mengapa kita di pertemukan di situasi se rumit ini mas?" Lirih nya.

Sementara di lokasi pernikahan, hening mampu menyeruak fikiran faiz. Sebentar lagi dia akan mengucap ijab kabul, namun cemas nya tak terbendung tak kala melihat di sekeliling nya, Alyssa tidak ada. Tampak sangat egois, ia ingin melihat Alyssa, namun ia yakin Alyssa tidak akan bahagia dengan pernikahan ini.

"Nak, kita akan mulai akad lima menit lagi. Alysa kemana? " Tanya papa handoko memastikan

"Faiz juga gak tau pa, tadi di saat faiz mau berangkat, Alysa sudah bersiap" jawab nya

"Apa Alyssa ada kendala di jalan? Bisakah kamu memastikan nya nak?" Pinta papa handoko lirih . Ia sangat tau bagaimana perasaan menantu nya ketika menghadiri pernikahan suami nya sendiri. Namun ia juga harus memastikan bagaimana keadaan alysa.

"Pa,sebentar lagi pernikahan nya akan di mulai. Tidak mungkin Faiz pergi hanya untuk mencari Alyssa, lagian dia akan kemari beberapa saat lagi" tolak Faiz sembari ingin pergi meninggalkan papa nya.

"Apa kamu tidak memikirkan istrimu sedikit saja, mungkin ini hari yang bahagia untuk mu. Tapi tidak untuk menantu ku, dia sangat tersiksa melihat suami nya menikah dengan orang lain. Setidaknya pastikan dia baik-baik saja. " Ucap papa handoko tegas sembari menatap tajam Faiz.

Faiz pun langsung terdiam dan mengambil ponsel nya. Lalu mencari kontak Alyssa, dan langsung menelfon nya.

"Halo mas, ada apa?"

"Kamu dimana? Semua orang mengkhawatirkan mu, dan semua orang menyalahkan saya. Ini hari bahagia ku Alyssa,  tolong bantu aku. Jangan membuat suasana seolah kamu pihak yang paling tersakiti di sini, aku mohon."

Di sebrang telpon Alyssa hanya mampu terdiam mendengar perkataan suami nya.

"Tidak usah menunggu alysa mas, mulai saja pernikahan nya. Alysa baik-baik saja, tidak ada yang harus di khawatir kan." Ucap nya langsung memutus telepon.

"Halo ha-halo Alysa"

"Pak akad akan di mulai sebentar lagi., Mohon segera ke ruangan"

Faiz pun berjalan dengan perasaan kecewa juga marah kepada Alysa. Walau ia tau betul Alyssa akan sangat tertekan. Terdengar sangat egois memang.

Sementara itu, Alysa yang terdengar sangat tegar di telpon ternyata menahan Isak tangis nya. Sangat menyakitkan baginya, namun itu kenyataan yang harus ia terima. Walau harus menghindar dari kenyataan pahit di depan mata nya, namun itu semua pasti akan terjadi. Tugas nya hanya dapat menerima dan ikhlas.

****

"Saudara Faiz Al-Ghiffari, saya nikahkan dan kawinkan engkau dengan Anak kandung saya yang bernama Adibah  Azkiyah binti Rehan  dengan mas kawin emas 25 gram dan seperangkat Alat shalat di bayar tunai "

"Saya terima nikah dan kawin nya, Adibah Azkiyah binti rehan dengan mas kawin emas 25 gram dan seperangkat Alat shalat di bayar tunai"

"Sahhh??"

"Sah" ucapan syukur menggema di satu ruangan itu, tampak haru Adibah pun menyeka air mata nya karena tak menyangka masih bisa menikah dengan faiz.

Senyum faiz juga melebar tak kala selesai melafadz kan ijab qobul dengan lancar, namun mata nya sibuk mencari di mana keberadaan Alysa yang sampai saat ini belum terlihat.

****

" Pasti ijab qobul nya sudah selesai" batin Alysa

Ia tampak murung di taman, sesekali melihat ke arah langit agar air mata nya tak turun. Beberapa kali tampak ia menyeka nya. Hingga rintikan hujan mulai membasahi bumi, seolah ikut merasakan sesak yang di rasakanAlyssa.

Seorang pria berpayung tampak berlari kecil mendekat ke arah Alysa

"Mbak hujan nya sangat deras, mengapa hanya berdiam dan tidak berteduh?" Ucapnya

Alysa lalu menatap lekat pria itu, matanya seperti tak asing bagi nya. Tampak seperti seseorang yang pernah ia temui di masa lalu.

****

Halooo semua, hehe maaf baru comeback setelah sekian lama. Sempat mau ngapus cerita ini juga sebenarnya karna ngerasa tulisan author jelek. Tapi setelah berfikir panjang author milih buat terus lanjut nulis hehe...

Terimakasih untuk yang selalu mensupport cerita in, Author sayang kalian 🥰

Laa Tahzan  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang