39. Rosie, Dadd

1.5K 211 49
                                    

Ambulance pun tiba, dengan pasrah Rio merelakan tubuh Rose dibawa ke rumah sakit, ia terus mendampingi sang gadis, nafas Rose masih terasa meski lemah.



Kembali negeri ginseng dihebohkan dengan berita ini.





"Telah Terjadi Penyerangan di Busan yang menewaskan Beberapa Orang"



"Belum di Ketahui Motiv Penembakan Brutal yang Terjadi di Sebuah Restauran"




"Seoarang Wanita Muda yang Tengah Mengandung juga di Ketahui Turut Menjadi Korban"




"Telah Terjadi Penembakan Brutal di Pusat Kota Busan"




"Kita ke Busan sekarang, siapkan kereta khusus" titahnya pada Bobby, orang kepercayaan nya setelah Minho.



"Siap tuan" patuh Bobby



Keluarga Jung berkumpul untuk bersiap menuju Busan



"Sampai sekarang, Minho belum memberi kabar lagi, kita tidak tahu keadaan di Busan seperti apa, dan appa harap kalian bisa menyiapkan diri sekuat mungkin, apa pun yang terjadi" pesan tuan Jung sebelum mereka berangkat ke stasiun kereta.


Dan selama dalam perjalanan di dalam kereta, tak ada yang mengeluarkan sepatah kata pun, semua terdiam dengan pikiran masing-masing, rasa takut, cemas, khawatir, was-was, penasaran, tengah merundung keluarga Jung, Seo bahkan sudah meneteskan air matanya dipelukan Yoong, pria itu menempelkan bibirnya diatas kepala sang istri sambil mendekap nya.




Sementara di rumah sakit Rio sedang diobati luka nya, wajah nya memar dibeberapa tempat, bibir nya bengkak dan robek dibagian sudut nya, serta jahitan di lengan kiri akibat sabetan pisau oleh Jenno tadi, dia pasrah, tak mengeluh sakit sama sekali, pikiran nya kosong, memikirkan bagaimana keadaan Rose di ruang UGD.




Sesampai di Busan, keluarga Jung sudah di jemput mobil anak buah nya yang sudah lebih dulu berangkat tadi, mereka langsung dibawa ke rumah sakit.





Suara langkah kaki begitu cepat, menggema di lorong rumah sakit, Jennie dan Jisoo nampak gelisah, memikirkan sepupu kesayangan mereka.

Dari kejauhan Yoong dan Seo semakin mempercepat langkah nya, melihat Rio tengah ditangani seorang dokter dan perawat yang membantu nya, wajah sang putra nampak begitu kacau, pintu ruang IGD tak tertutup sempurna, jadi mereka masih bisa melihat dengan jelas keadaan Rio sekarang, yang nampak mengangguk dan menggeleng menjawab pertanyaan sang dokter.


"Rio" panggil Yoong lirih, sang pemilik nama pun menoleh kearah sumber suara, bibir Rio mulai bergetar menahan tangis, Yoong dan sang istri yang sudah sangat rindu dan cemas pun segera menghampiri sang putra.


Mereka langsung memeluk erat tubuh Rio yang bergetar hebat karena tangis nya.



"Rose dadd, aku tak ingin kehilangan Rosie ku" adu nya pilu dipelukan ayah dan ibu nya.



"Semua akan baik-baik saja, ada mommy dan daddy sekarang, jangan takut" hibur Yoong yang sebenar nya juga tak tahu dengan keadaan Rose seperti apa, Jaehyun dan Minho tengah berada di kantor polisi, untuk di mintai keterangan.

"Bobby, hubungi pengacara Choi untuk membantu pembebasan Minho" perintah tuan Jung.


Di ruang UGD, dokter sedang berjuang sekuat tenaga untuk mengembalikan detak jantung Rose yang terus melemah.



"Ayolah nona, disana ada pemuda yang belum siap untuk kehilangan mu" ujar seorang dokter yang sedang menyiapkan alat kejut untuk Rose.

Lelah menangis, Rio pun tertidur dipangkuan sang ayah, Seo sendiri bersandar dibahu sang suami sambil terus mengusap kepala sang putra, tangis nya tak kunjung berhenti, antara haru, bahagia, miris, dan takut, memikirkan nasib Rio.


Dua jam lamanya, semua dibuat terdiam menunggu dokter yang menangani Rose keluar dari ruangan.


"Keluarga nona Park" panggil sang perawat, keluarga Jung saling bertatapan karena kurang tahu siapa marga Park.

"Ne?" Jennie spontan mengangkat tangan, baru yang lain paham.


"Mari ikut saya, dokter ingin bertemu" beri tahu sang perawat.


"Biar kami saja" ujar tuan Jung yang kemudian mengajak Jiyoung dan Taeyeon untuk menemui dokter.



"Selamat sore tuan Jung" sapa sang dokter yang mengenal sosok Jung Yunho, yang membungkuk hormat.


"Saya meminta maaf sebelum nya, untuk saat ini, nona Rose dan janin nya selamat" ujar sang dokter.


"Janin?" Beo tuan Jung, Jiyoung dan Taeyeon bersamaan.



"Iya, nona Rose hamil dengan usia kandungan memasuki bulan ke enam" lanjut sang dokter.


"Dan rumah sakit ini tak memiliki fasilitas yang memadai, saya sarankan secepatnya nona Rose untuk dibawa ke rumah sakut yang besar, yang lebih lengkap alat-alat penunjang perawatan nya" beritahu sang dokter.


"Saya akan berikan surat rekomendasi penanganan, dan dua orang perawat untuk menjelaskan secara rinci tentang kondisi nona Rose pada dokter yang akan menangani nya disana nanti" jelas sang dokter.



"Baik dok, terima kasih atas segala bantuan dokter" ujar tuan Jung menjabat tangan sang dokter.


"Appa, sebaiknya kita bawa Rose ke Seoul sekarang juga" ujar Jiyoung.




"Ya, aku setuju dengan pemikiran Jiyoung hyung, aku punya kenalan dokter di Seoul International Hospital" sahut Taeyeon.




"Baiklah, biar appa telpon helikopter ambulance yang akan membawa Rose" sahut tuan Jung


"Yeobo, bagaimana?" Sambut BoA begitu suami nya kembali dari ruang dokter.


"Ternyata Rose mengandung" ujar tuan Jung.


"Apa?" Kejut para wanita

"Eenngg" Rio mulai menggeliat, semua mata menatap kearah Rio sambil menutup mulut masing-masing saking terkejut nya, tuan Jung melirik satu per satu keluarga nya, dirasa sudah dalam keadaan aman, ia pun melanjutkan perkataan nya.



"Rose mengandung, dia butuh penanganan khusus, dan kami putuskan untuk membawa nya ke Seoul, karena peralatan disini kurang memadai, Taeyeon sudah menghubungi dokter yang akan menangani Rose disana nanti" tuan Jung menjelaskan dengan gamblang perihal kondisi Rose dan langkah yang akan mereka ambil.


"Jennie, Jisoo, kalian dampingi Rose, ikut lah helikopter yang akan membawa nya ke Seoul" interuksi tuan Jung

"Ne grandpa" jawab kedua nya


Sampai hampir malam, helikopter yang akan membawa Rose telah siap, dokter pun juga telah memeriksa dan memastikan jika semua aman untuk perjalanan hampir 30 menit menuju Seoul, keluarga Jung sendiri, kembali dengan kereta khusus lagi.





#TBC




My Love, And My Luck, They Came From PainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang