30. Musim Dingin dan Pengakuan

1.3K 211 58
                                    

Korea telah memasuki musim dingin, dimana cuaca hampir memasuki titik beku, karena masih diawal bulan Desember, dengan jaket tebal, Rio menggandeng tangan kanan Rose memasuki sebuah supermarket besar.



"Kita beli stock makanan yang banyak ne, akan ada badai salju menurut perkiraan cuaca" ujar Rio.



"Kamu tahu dari mana?" Tanya Rose



"Waktu kamu mencuci baju di ruang loundry, aku menonton tv di ruang pantry, dan menonton berita" jawab Rio.



"Ok" jawab Rose mengangguk patuh.


Mereka pun membawa trolly besar, mengisinya dengan beras, daging, roti tawar, telur, susu dan aneka sayuran, Rio tak perlu meminta ijin Rose untuk membeli apa pun.


"Rosie, ambil dua selimut tebal ne, ingat yang paling tebal" interuksi Rio.




"Ne" Rose pun pergi ke tempat yang berbeda untuk mengambil apa yang Rio interuksikan tadi.



Dengan langkah lebar nya Rose kembali menemui Rio di depan meja kasir dengan selimut pesanan nya tadi.



"Rio-yaa, selimutnya tinggal satu" beritahu Rose dengan wajah cemberut menyesal nya.

"Tidak apa-apa, kemarilah" Rio meletak kan selimut tebal tadi di dekat belanjaan nya yang lain, tangan kanannya sudah menggenggam blackcard pemberian grandpa Jung, tangan kiri nya meraih tangan kanan Rose, menggenggam lalu memasukan nya kedalam saku jaketnya, setahu Rose, blackcard Rio terhubung ke ponsel pribadi sang kekasih, jadi ia tak masalah Rio menggunakan kartu itu untuk bertransaksi.







Dan benar saja, turun dari bus, salju deras mulai turun dengan tiba-tiba.




"Jangan dilepas pegangan nya" pesan Rio ketika hendak menyeberang karena kedua tangan nya membawa belanjaan, otomatis Rose hanya bisa berpegangan pada lengan Rio saja.





"Cepat cepat" teriak pemilik apartemen yang hendak menutup pintu utama, karena perkiraan akan ada badai, jadi untuk sementara pintu masuk utama akan ditutup dahulu.





"Maafkan aku yang lupa memberitahu kalian" ujar sang pemilik begitu Rio dan Rose masuk ke lobby apartemen.



"Tidak masalah ahjushi, yang penting kami sudah tiba tepat waktu" balas Rio.





"Ne, terima kasih untuk pengertianmu anak muda" ujar si pemilik sambil menepuk bahu Rio tersenyum lega.






"Kami keatas dulu ahjushi" pamit Rio.



"Ne ne, beristirahatlah" jawab nya, Rio dan Rose pun kemudian menaiki lift menuju ke lantai tujuh dimana kamar mereka berada, gedung apartemen sederhana itu memang tak terlalu luas, hanya ada sepuluh lantai termasuk lantai khusus pantry, ruang loundry dan rooftop untuk menjemur cucian.





Ceklek




Rose yang membuka kunci pintu kamar mereka, melepas jaketnya dan menggantungkan dibalik pintu.



"Aku buatkan coklat panas ne?" Tanya nya pada Rio, yang ditawari mengangguk, Rio meletak kan belanjaan nya diatas meja makan, lalu membuka jaketnya dan menggantung disebelah jaket milik Rose.




"Rose, apa Jaehyun sudah menghubungi mu?" Tanya Rio sambil mengeluarkan belanjaan nya, dan menata nya di kulkas.




"Sebentar aku chek" sahut Rose yang sedang memanaskan air untuk membuat minuman.




My Love, And My Luck, They Came From PainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang