Yoong menggendong Rio memasuki kereta, si rusa kecil itu benar-benar kelelahan sepertinya, sampai tidur begitu pulas nya dan tak terusik sama sekali, kali ini ia tidur di pangkuan sang mommy, sedangkan sang ayah duduk diseberang nya.
Kereta mulai berjalan menuju ibu kota Korea Selatan dengan kecepatan penuh, kereta ini sengaja disewa oleh tuan Jung untuk membawa keluarga nya saja.
Ditengah perjalanan, Rio sepertinya bermimpi buruk, ia gelisah dalam tidurnya, dengan nafas terengah, sang mommy mengusap peluh yang membasahi kening putra nya.
"ROSIE!" Teriak Rio yang tiba-tiba terbangun dan langsung duduk dengan wajah pucat nya, membuat yang lain terkejut.
"Hey. . . Hey. . . Boy" Yoong menepuk-nepuk pipi Rio untuk menyadarkan nya.
"Daddy" adu nya setengah merengek, seolah ingin mengatakan jika ia takut sesuatu yang buruk akan menimpa Rose, Yoong langsung memeluknya.
"Rose baik-baik saja, ia sedang dalam perjalanan menuju Seoul dengan helikopter, dan kita sedang menyusul nya, jangan khawatir, ok?" Tutur Yoong lembut untuk menenangkan Rio, sang putra pun mengangguk lirih.
"Minumlah dulu boy" BoA grandma menghampiri sang cucu sambil menyerahkan air mineral dingin untuk Rio, Yoong pun membukakan tutup nya dan menyerahkan nya pada si rusa kecil.
Sisa perjalanan Rio habiskan untuk melamun, sambil bersandar ditubuh ayah nya.
"Dadd"
"Yess boy?"
"Rose mengandung anak ku" beritahu Rio tanpa ekspresi selain wajah kosong nya yang menatap keluar jendela kaca kereta, seolah tanpa beban dia mengatakan nya pada sang ayah, Yoong menatap sang istri, dan Seo hanya meremas kuat tangan kiri suami nya itu.
"I know, its okey boy, mereka akan baik-baik saja" jawab Yoong yang sebenar nya sudah tahu perihal kehamilan Rose.
Dua jam kemudian
Keluarga Jung telah tiba di rumah sakit Seoul International hospital, Jennie dan Jisoo sudah memberitahu keberadaan Rose di lantai lima belas.
Tuan Jung langsung menemui management rumah sakit untuk menyewa seluruh ruangan di lantai lima belas dan satu lift hanya khusus untuk keluarga nya, lengkap dengan para pengawal nya, meski Mino dan Jenno sudah meninggal, tapi Dong Young dan Chaerin masih hidup, bukan tak mungkin mereka masih bisa mengandalkan orang-orang kepercayaan nya dari balik jeruji besi, karena Seung-Hyun dan para loyalist Dong Young berhasil melarikan diri saat penggrebekan terjadi.
"Wendy-ahh" sapa Taeyeon begitu melihat sang dokter kenalan baru saja keluar dari kamar Rose.
"Tae oppa" balas Wendy
"Bagaimana keadaan keponakanku?" Tanya Taeyeon, yang lain menatap harap-harap cemas pada sang dokter, Wendy menghela nafas tersamar, tak mungkin dia berbicara disini.
"Kita tidak bisa bicara disini oppa" ujar nya, Rio terdiam menatap sendu dan penuh harap pada sang dokter, dengan Yoong yang memeluk nya.
"Dokter bisa bicara disini" ujar Rio yang mengejutkan keluarga nya.
"Boy" tolak Yoong, khawatir jika sang putra harus mendengar kenyataan yang tak seharusnya ia tahu.
"No dadd, Im ok" yakin Rio, Wendy meminta persetujuan tuan Jung lewat tatapan matanya, dan pria gagah itu mengangguk.
"Nona Rose mengalami pendarah di dalam, dia hanya bisa hidup dengan bantuan alat, saya tidak yakin dia akan sanggup bertahan, tapi alat itu setidaknya dapat memperpanjang harapan hidup nya, saran saya sebagai dokter, biarkan dia hidup dengan bantuan alat penunjang, sampai dua bulan kedepan, disaat keadaan janin nya sudah kuat dan sempurna secara fisik, maka kita bisa melakukan bedah caesar untuk mengeluarkan nya, dan setelah itu baru kita lepas alat nya, agar ia bisa segera pergi dengan damai" ujar Wendy panjang lebar, mendengar penjelasan sang dokter, jika sang kekasih tak memiliki harapan hidup, tangan Rio meremas kuat baju belakang sang ayah, menjerit histeris dalam dada Yoong, untuk melampiaskan perasaan nya yang campur aduk, Seo ikut memeluk tubuh Rio dari belakang.
"Kita masih memiliki harapan boy, yaitu Tuhan, kita memohon keajaiban pada Nya ne, kita tak akan menyerah" bisiknya di kuping sang putra, ia pun ikut menangis, mendengar keadaan Rose, meski dulu, ia sempat menentang hubungan sang putra dengan gadis tomboy itu, tapi melihat sang gadis tengah berjuang antara hidup dan mati dan itu demi anak cucu nya, Seo pun luluh, hati wanita mana yang tak treyuh melihat keadaan Rose saat ini.
Lantai lima belas Seoul International hospital dirubah seperti layaknya hotel, keluarga Jung tinggal duapuluh empat jam untuk menemani Rio menjaga kekasih nya di ruang HCU, mereka bergantian mengechek keadaan Rose yang ruangan yang bersebrangan dengan kamar-kamar keluarga Jung.
"Rio-yaa, ayo makan lah" bujuk Jennie menyodorkan nasi dan lauk ke mulut Rio.
"Aku tidak lapar noona" tolak Rio menjauhkan wajah nya dari sendok yang disodorkan Jennie.
"Untuk menjaga Rose, kamu butuh tenaga Rio, ingat, kamu harus menjaga dua orang sekarang, Rose, dan anakmu" Jisoo ikut merayu, Rio tersenyum tipis pada Jennie, kemudian membuka mulut nya.
Para orang tua pun lega melihat Rio sudah bersedia makan, terhitung sudah hari ketiga mereka tiba di Seoul, perut Rio belum kemasukan nasi sama sekali, hanya air minum yang diteguk nya, ia selalu menolak setiap di suruh makan, dan akan menutup mulut nya dengan rapat.
Sementara di Busan, pengacara Choi Siwon telah berhasil mengeluarkan Minho dari penjara, karena Minho sendiri sebenarnya adalah anggota polisi khusus yang disewa oleh tuan Jung, awal nya ia dijadikan tersangka atas kematian Mino, tapi polisi kemudian membebaskan nya setelah tahu siapa Minho, dan lewat perundingan dengan pengacara Choi yang begitu alot.
#TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
My Love, And My Luck, They Came From Pain
FanfictionRosseane Park, gadis tomboy akut, banyak tingkah dan gaya, hyper aktif, yang jatuh cinta pada Limario, pemuda kalem, manja, cool, dan polos, bagaimana cara Rose menaklukan dan membuat Rio jatuh bertekuk lutut padanya? simak saja ceritanya.