Kegiatan Rio sekarang tak hanya mengechek keadaan sang istri, tapi juga putra nya yang masih di inkubator, setidak nya, sampai sang putra mendapatkan berat badan yang ideal.
Jiyoung yang baru datang di rumah sakit bersama sang istri pun heran tak mendapati Rio disana.
"Yoong, dimana Rio?" Tanya nya pada si rusa besar.
"Oh, Rio sedang menjenguk bayi nya hyung" jawab Yoong yang sedang bekerja, karena sekarang ia bawa semua tugas nya ke rumah sakit, demi menemani sang putra.
Jiyoung pun kembali keluar, ingin bertemu Rio.
"Oppa aku ikut" seru Dara sang istri, Jiyoung kemudian mengulurkan tangan kiri nya, menggandeng sang istri untuk diajak nya menuju ke tempat dimana Rio berada.
Pemuda itu nampak berdiri didepan jendela kaca yang besar, dimana sang putra juga sedang berjuang di dalam sana, sakit? Tentu, hati Rio tentu saja merasakan hal itu, karena kedua orang yang dicintai nya, sedang dalam kondisi diujung tanduk, antara hidup dan mati.
"Boy" Jiyoung meraih bahu Rio dan di usap-usap nya.
"Jangan takut, tak perlu khawatir, daddy percaya, baby Vale kuat, dia pasti tak akan menyerah seperti ibu nya" hibur Jiyoung
"Ne dadd" balas Rio, lalu seorang perawat terlihat memasuki ruangan dengan membawa beberapa obat yang mungkin akan diberikan pada bayi-bayi yang membutuhkan.
"Permisi suster" Dara mommy berhasil menahan langkah sang perawat.
"Ya nyonya, apa ada yang bisa saya bantu?" Tanya nya ramah.
"Apa kami bisa melihat bayi kami di dalam sebentar saja?" Ijin Dara hati-hati, Rio dan Jiyoung menoleh, menatap penuh harap.
"Bisa, tapi tidak lebih dari lima menit ne" jawab sang perawat.
"Ne, Rio-yaa, kemarilah sayang" panggil Sandara, Rio langsung mendekat.
"Dia ayah nya" Sandara memberitahu sang perawat.
"Baik, silakan cuci tangan anda terlebih dahulu tuan, dan pakai masker ini" sang perawat membimbing Rio memasuki sebuah ruangan, setelah mencuci tangan nya di wastafel yang ada di ruangan itu, dan memakai masker medis pemberian sang perawat, Rio kembali memasuki ruangan yang berbeda, dimana sang putra berada.
"Waktu anda lima menit tuan" beritahu sang perawat, Rio mengangguk, berlahan ia pun mendekati kotak inkubator sang anak, Jiyoung dan Dara hanya memperhatikan nya dari luar.
Rio menyentuh box kaca yang berisi sang putra.
"Hi babby boy, its me, papa" ujar Rio nyaris menangis, yang di tegur pun bergerak, seolah merasakan kehadiran sang ayah dan dari gerakan nya itu, tangan kanan babby Valerio tanpa sengaja keluar dari box nya, seolah ingin menyapa sang ayah dan berkata 'hi dadd' Rio tersenyum haru, ia kemudian menempelkan kepalan tangan nya membalas sapaan sang putra.
Jiyoung langsung merangkul bahu sang istri yang sudah menitikan air mata nya karena terharu dengan interaksi Rio dan sang putra untuk pertama kali nya.
Sepulang sekolah, Rio berdiri di depan kaca tempat sang istri di rawat.
"Hi Rosie, aku bahagia hari ini, setelah bertemu baby Vale, dia menyambutku tadi, apa kamu tak penasaran dengan wajah anak kita Rose?" Gumam Rio tersenyum tipis menatap sang istri yang sudah tiga bulan dalam kondisi koma.
"Kamu pasti akan kesal jika tahu putra kita sangat mirip dengan ku" kekeh Rio.
Tiba-tiba, Rose membuka kedua matanya dengan lebar, nafas nya tercekat, ia menghirup nafas dalam-dalam, tapi.
Uhuk. . . Uhuk. . .
Pyuh. . .
Darah muncrat keluar dari mulut dan hidung nya yang tertutup masker oksigen, Rio yang di luar pun terperanjat, dia panik.
"DOKTER. . .!!!!" Suara teriakan nya menggema di lorong lantai lima belas, keluarga nya pun ikut terkejut mendengar teriakan Rio, mereka semua berhamburan keluar melihat apa yang terjadi.
"Rio" panik Yoong menghampiri sang putra.
"Rosie dadd, Rosie" tunjuk Rio pada sang istri, Yoong terperanjat, Taeyeon langsung berlari ke ruangan Wendy, tapi sang dokter sudah lebih dulu keluar sambil berjalan cepat bersama beberapa perawat.
Srek
Seorang perawat langsung menarik kain korden, agar Rio dan yang lain tak bisa melihat apa yang terjadi di dalam.
Padahal di dalam, Rose terus mengeluarkan darah kental dari rongga mulut nya, yang mungkin adalah sisa pendarahan yang dialami nya.
Rio sudah menangis sejadi-jadi nya sambil terus meronta, dia belum siap kehilangan, atau lebih tepat nya tidak akan pernah siap untuk ditinggalkan sang istri, Yoong mendekap kuat tubuh Rio.
"Tenang boy, Rose pasti baik-baik saja, dokter Wendy sedang menangani nya kan, dia pasti tak akan membiarkan terjadi sesuatu pada istri mu" hibur sang ayah, dan apa yang dikatakan Yoong mampu menenangkan Rio, meski masih terisak, tapi ia tak lagi meronta.
Dua jam lama nya, dan itu membuat semua keluarga Jung khawatir juga cemas karena sang dokter tak kunjung keluar, hanya Jisoo dan Jennie yang tidak ada, karena sudah sejak sebulan yang lalu, mereka kembali pada aktifitas pekerjaan nya.
"Dokter" tuan Jung langsung menghampiri Wendy yang baru saja keluar, dari ruangan Rose, senyum nya tercetak begitu lebar, dan takjub.
"Sungguh, perjuangan nona Rose sangat hebat, diluar dugaan, ia mampu bertahan" bangga Wendy.
"Maksud dokter?" Tanya Rio yang ikut menghampiri sang dokter.
"Selamat tuan, istri anda telah kembali, tapi dia masih tertidur efek obat yang saya berikan, dia akan dipindahkan ke ruang pemulihan" ucap Wendy.
"Grandpa" Rio langsung memeluk haru sang kakek, seolah berucap terima kasih, karena selama ini selalu mendukung nya dan percaya pada pilihan Rio, terbukti tidak salah bukan, meski harus menunggu berbulan-bulan, nyatanya prediksi dokter bisa juga salah.
#TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
My Love, And My Luck, They Came From Pain
FanfictionRosseane Park, gadis tomboy akut, banyak tingkah dan gaya, hyper aktif, yang jatuh cinta pada Limario, pemuda kalem, manja, cool, dan polos, bagaimana cara Rose menaklukan dan membuat Rio jatuh bertekuk lutut padanya? simak saja ceritanya.