Bagian 9, Pengalih Rasa Sakit

1.1K 223 42
                                    

Lalu apa obat paling ampuh untuk rasa sakit berkepanjangan?
***


Cewek itu keluar dari ruang guru setelah disuruh membawakan beberapa buku. Ia hendak ke kelas untuk mengambil uang lalu pergi ke kantin menyusul Laras dan Alicia, kebetulan bel istirahat sudah berbunyi lima menit yang lalu.

Setelahnya Savara melangkah menuruni tangga. Di koridor, ia mendapati Nagita dan teman-temannya sedang mengobrol. Menyadari keberadaannya mereka sempat menoleh sebelum kembali pada aktivitas sebelumnya. Savara mengernyit, aneh kalau Nagita membiarkannya lolos begitu saja.

Berusaha tak acuh, cewek itu berjalan dengan raut angkuh yang ditampilkan. Bertepatan saat ia lewat, seseorang menjegal kakinya hingga Savara terhuyung. Beruntung dengan sigap seseorang menahan tubuhnya. Menyadari ada yang menolongnya, ia membuka mata dan mendongak.

Tiba-tiba saja Savara merasakan hentakan di dalam dadanya mengetahui siapa orang tersebut. Untuk beberapa saat mereka saling menatap sebelum kemudian deheman Nagita membuatnya segera menegakkan badan. Sedangkan cowok itu langsung melengos begitu saja. Huft, Adrian.

"Sorry ya, sengaja."

Savara beralih pada cewek di sebelah Nagita. Mereka semua tampak cekikikan. Namun, jangan panggil Savara jika ia akan mengalah begitu saja. Cewek itu bersedekap dada dan mengambil satu langkah untuk mendekati sang pelaku utama, Resty.

"Jadi lo sengaja ya?" Savara menganggukkan kepala. "Lo mau gue kasih tau sesuatu gak?" tanyanya membuat beberapa cewek di depannya saling melemparkan tatapan.

"Apa?" Resty memberikan tatapan menantang.

Tanpa diduga, Savara menginjak keras kaki cewek itu. Meski terbalut sepatu, Resty tampak sangat kesakitan hingga mengaduh keras.

Tersenyum puas, Savara berucap dengan lantang. "Itu yang mau gue kasih tau. Kalau kalian macem-macem lagi, gue gak segan-segan ngelakuin hal lebih dari ini."

Savara yang baru berjalan beberapa langkah kembali berbalik. "Oh ya satu lagi yang perlu kalian tau. Gue lebih kejam dari Larasati btw. Jadi jangan macem-macem!"

Raut terkejut sekaligus marah terlihat jelas di wajah mereka. Masih dengan senyum kemenangan, Savara meninggalkan orang-orang yang menurutnya tidak penting itu.

Savara memasuki kantin kemudian mengarahkan tatapan untuk mencari keberadaan dua temannya. Lambaian tangan Alicia membuatnya segera menghampiri. Ia mendudukkan badan lalu tanpa sengaja matanya malah menangkap kehadiran seseorang yang menolongnya tadi. Savara sempat tertegun saat cowok itu juga melakukan hal sama.

"Pulang sekolah latihan, Ra. Awas aja kalau kabur kayak kemarin!" peringat Laras.

Savara segera memalingkan pandangan ke arah gadis di sebelahnya. Dengan malas ia menganggukkan kepala. "Hm."
***

Katanya Laras akan membantunya membuat Ardan menyesal dan meminta maaf, tapi sampai satu tahun berlalu tak menghasilkan apa pun. Bahkan sepertinya cewek itu mulai melupakan apa yang pernah dikatakan padanya dulu.

Padahal Savara dulu tak meminta itu, Laras sendiri yang menawarinya hingga ia perlahan berharap Ardan benar-benar akan menyesal.

"Eits cantik! Mau ke mana?"

Savara menghentikan langkah, menatap Damian yang sudah merentangkan tangan. Di belakangnya ada Ardana yang tersenyum senang karena menemukan mainannya. Savara mengernyitkan dahi dalam, bagaimana cara membalas cowok itu? Selama ini Savara masih saja kalah.

"Jangan bengong oi!"

Savara segera memundurkan wajah menyadari jarak wajah Damian begitu dekat. Ia mengumpat dan mendorong dada cowok itu. "Sok ganteng lo!"

I'M (NOT) THE QUEEN ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang