Epilog

2.1K 238 140
                                    

"Gue bakal maafin lo kalau lo udah gak jadi cewek lemah."

Savara menatap cewek berkaca mata di depannya. Anindita Kayla mungkin memang tidak sepenuhnya bersalah atas kejadian masa lalu. Cewek itu hanya sama lemahnya dengan Savara dulu. Salahnya Kayla lebih pengecut dari yang ia duga hingga meninggalkannya saat berada diambang kehancuran. Menyelamatkan Savara sama saja dengan suka rela menjadi sasaran orang-orang itu.

Mereka tidak bisa kembali seperti dulu. Untuk saat ini Savara hanya mampu memberikan sebuah pertemanan. Walaupun begitu, Kayla tampak tak mempermasalahkannya.

"Makasih, Queen." Cewek itu menyodorkan tangan dengan raut harap-harap cemas. Savara melirik sejenak lalu membalas jabatan tangan tersebut menciptakan senyuman lebar di bibir Kayla.

"Sama-sama," ucap Savara kemudian pamit untuk ke kelasnya. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan lagi karena Nagita dan teman-temannya tak pernah terlihat mengganggu Kayla atau yang lain, termasuk dirinya.

Semenjak kejadian itu, Nagita sudah jarang menampakkan diri. Jika mereka tak sengaja berpapasan pun, ia selalu memalingkan muka atau berpura-pura menyibukan diri. Setidaknya Savara dapat merasa lega.

Merasakan seseorang berjalan di sebelahnya, Savara menoleh. Adrian balas menatapnya lalu menundukkan sedikit wajahnya dan berbisik pelan. "Pagi!"

Raut wajah Savara berubah memerah. Cewek itu tampak salah tingkah hingga menjawab sapaannya dengan deheman. Pemandangan tersebut membuat Adrian terkekeh. Entah kenapa Savara jadi terlihat menggemaskan setelah hubungan mereka berubah menjadi sepasang kekasih.

"Jadi, gimana rasanya berangkat bareng Papa?" tanya Adrian. Kebetulan pagi ini ia pergi ke sekolah diantar sang papa. Awalnya Savara kira papanya akan membawa serta Nagita, ternyata dugaannya salah. Bahkan lelaki paruh baya itu tak menyinggung namanya sama sekali. Mungkin papanya cukup paham bahwa hubungan keduanya buruk dan membutuhkan banyak waktu untuk mempertemukan mereka dalam kondisi yang baik.

"Biasa aja."

"Yakin?" tanya cowok itu sangsi.

Savara yang sempat mengangguk terdiam beberapa saat. Ia kemudian kembali bersuara. "Aneh. Rasanya asing."

Adrian yang paham dengan perasaannya menepuk bahu Savara. "Gak papa, nanti juga terbiasa."

Cewek itu berdehem lagi. Mereka berjalan menaiki tangga menuju lantai dua. Melewati beberapa siswa yang sempat menolehkan kepala penasaran. Mungkin sebagian orang sudah mengetahui hubungan mereka karena gosip yang beredar. Baik Savara maupun Adrian tidak pernah terang-terangan menyatakan bahwa mereka pacaran. Bahkan selama hampir satu minggu jadian, tidak pernah keduanya menunjukan hubungan lewat media sosial. Mereka bukan tipikal yang suka mengumbar sesuatu ke publik. Biarkan saja orang-orang tahu dengan sendirinya.

"Gak usah nganter!" larang Savara melihat Adrian melewati pintu kelasnya. Namun, cowok itu tak mendengarkan malah mendorong punggungnya agar terus berjalan.

"Drian!" teguran Savara membuat Adrian menoleh, kernyitan di dahinya muncul.

"Kenapa sih? Gak boleh anter pacar sendiri ke kelas?" Adrian segera mengambil dua langkah lalu berbalik menghadapnya. Cowok itu kini berjalan mundur.

"Jalannya yang bener ih! Entar nabrak." Savara berusaha menasihati. Baru beberapa detik ucapan Savara benar-benar terjadi. Adrian menabrak Alicia yang baru keluar kelas sambil bermain ponsel.

"Ya ampun untung gak jatuh!" Alicia memeluk ponsel mahalnya. Beruntungnya cewek itu sadar diri akan kesalahannya juga. Alicia malah menggelengkan kepala melihat pasangan baru tersebut.

"Mau ke mana, Ci?" tanya Savara melihat sahabatnya mengambil langkah.

Alicia kembali berbalik. "Koperasi. Mau titip?"

I'M (NOT) THE QUEEN ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang