Bagian 21, Work?

989 208 117
                                    

Ada yang diam-diam berusaha membuatmu bahagia.
***

Savara menunggu Danish yang tak kunjung datang. Kebiasaan, tidak pernah tepat waktu padahal cowok itu bilang sudah dekat koperasi yang berarti sebentar lagi sampai.

Kesal, ia memutuskan beranjak. Mungkin Danish bertemu dengan temannya dan melupakan Savara yang menantikan kedatangannya sejak tadi.

Melewati tikungan, ia segera menghentikan langkah. Benar saja, Danish sedang berbincang dengan seseorang. Namun yang tak ia sangka adalah lawan bicara cowok itu.

Saking serunya, Danish sampai tak menyadari dirinya yang mendekat. Savara mengarahkan tatapan pada sosok di depan Danish. Ketika mata mereka beradu, cewek itu membeliak, senyum di wajahnya luntur.

"Lagi pada ngapain?" tanya Savara yang kini sudah bersedekap dada.

"Eh, Ra!"

"Gue nungguin dari tadi dan lo malah enak-enak ngobrol?" potong Savara sinis. Kalau saja orang yang bersama Danish bukan cewek itu, mungkin ia tidak akan semarah ini.

"Sorry, Ra. Tadi gue sam-"

"Udahlah, lanjutin aja ngobrolnya. Gue balik." Savara menerobos keduanya hingga terhuyung. Ia tidak suka melihat mereka berdekatan.

Merasakan seseorang menahan lengannya, Savara menoleh. Didapatinya Danish membungkukkan badan, nafasnya terdengar menderu. Ia kira cowok itu akan memilih melanjutkan obrolan serunya.

"Kenapa ke sini? Bukannya lo lagi asik-"

"Ra, lo kenapa sih kayak gak suka banget sama Kayla?" Danish segera memotong ucapannya. Savara mendengkus. Malas sekali membahas tentang cewek itu.

"Gue butuh bantuan lo," ucap Savara tanpa menjawab pertanyaan sebelumnya. Danish memicingkan mata, jelas sekali kalau cewek di depannya sengaja mengalihkan topik. Danish ingin terus menggali apa yang disembunyikan Savara, tapi sepertinya sekarang bukan waktu yang tepat.

"Hh, bantuan apa?" Danish berusaha menahan diri karena tak ingin memancing emosi Savara. Cewek itu tidak bisa dipaksa untuk hal yang tak disukainya. Tapi ... kenapa Savara harus tak menyukai mantan teman sekelasnya?

"Gue pingin hasilin uang, tapi gak tau kerja apa."

"Wow!" Danish menatap tak percaya. "Lo serius?"

Savara mengangguk.

"Kenapa harus kerja? Lo kan-"

"Gue udah pernah bilang belum sih ke lo, kalau gue cuma tinggal sama mama?" tanya Savara cepat, "gue gak mau nyusahin terus."

Danish yang hendak melarang kembali merapatkan bibir. Ada perasaan iba yang bersarang. Ia mengharapkan Savara menikmati masa remajanya dengan bermain dan belajar.

"Gue gak punya keterampilan apa pun, jadi menurut lo kerjaan apa yang cocok?" Savara memecahkan keheningan di antara mereka.

Cowok itu memperhatikan Savara lalu berkata, "Siapa bilang lo gak punya keterampilan? Pasti ada."

Mengernyitkan dahi, Savara berpikir dalam tapi tak kunjung menemukan jawaban. " Terus apa?"

Danish mengedikkan bahu. "Entar gue kasih tau kalau ada kerjaan yang cocok."
***

Savara sedang menunggu bel istirahat habis dengan duduk di depan kelas bersama Alicia. Laras kebetulan tidak masuk karena sakit. Katanya cewek itu pulang kehujanan setelah pergi bareng Ardan. Hm totalitas sekali.

Alicia pamit ke toilet dan meninggalkan dirinya seorang diri. Savara malas memasuki kelas karena keadaan di dalam sangat gaduh. Tadinya ia ingin pergi ke perpusatakaan, tapi Alicia tidak suka di sana dan tak ingin ditinggal.

I'M (NOT) THE QUEEN ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang