Akan ada seseorang yang mampu menyembuhkan lukamu.
***"Karena gue sayang sama lo, Queen."
Mata Savara membeliak. Perkataan cowok di sebelahnya menciptakan berbagai pikiran yang membuatnya merasa ketakutan. Sesuatu dalam dirinya seperti berteriak mencegah.
"A-apa lo bilang tadi?" tanya cewek itu memastikan. Jantungnya sudah berdetak tak karuan.
Damian yang melihat reaksinya terkekeh. Membuka mulut untuk mengulang perkataannya. "Karena gue sayang sama lo, Queen. Lo udah kayak saudara gue sendiri."
Seketika helaan nafas lega lolos begitu saja. Savara memukul lengan Damian yang mengaduh. Cowok itu menatap Savara dengan kernyitan dalam sebelum kemudian tertawa keras. Alhasil Savara yang beralih kebingungan.
"Gue tau nih, pasti lo udah mikir yang macem-macem pas denger ucapan gue tadi," tebak Damian membuat cewek di sebelahnya mendelik. Walaupun begitu, Savara tak bisa mengelak karena memang benar adanya. Ia yang langsung takut jika Damian memiliki perasaan lebih padanya karena itu berarti Savara harus siap dengan keadaan yang mungkin akan berubah.
"Queen, gue itu bukan salah satu tokoh sinetron atau novel yang harus jatuh cinta sama pemilik diary yang gue temuin. Jalan hidup gue gak sepasaran itu." Damian mengatakannya dengan nada congkak. Savara sangsi mendengar ucapan Damian. Kehidupan seseorang siapa yang tau ke depannya.
"Sukur deh," ucap Savara, "gue cuma takut pertemanan kita gak bertahan lama kalau lo beneran ada rasa ke gue."
"Karena elo gak bisa balas perasaan gue, kan?" Damian tersenyum tipis, "Dan karena hati lo udah milih seseorang."
Savara memandangi Damian yang seperti tahu sesuatu. Apa mungkin dia tahu kedekatannya dengan cowok itu di luar sekolah?
"Queen, meski kalian gak bilang sama siapapun, gue bisa tahu cuma dari tatapan dan gerak-gerik kalian." Damian bersikap seolah tidak tahu apa yang terjadi, tepatnya tak ingin ikut campur. Itu juga salah satu alasan dirinya membiarkan Adrian menemani Savara yang menangis karena Ardana. Ia dapat melihat kekhawatiran di mata sahabatnya.
"Queen, lo sempat bingung 'kan sama sikap Adrian kemarin-kemarin?" tanya Damian yang mendapat anggukkan cewek di sebelahnya. Terdengar Decakan sebelum Damian mendorong dahinya. Savara mengaduh. "Lo itu gak peka banget sih jadi cewek. Adrian itu cemburu sama gue."
"Hah? Kenapa bisa?" Savara tak percaya dengan ucapan Damian.
"Ya bisalah. Orang elo nyariin gue mulu, muji-muji gue sampe ninggalin dia demi nyamperin gue," jelas Damian. Ia tahu kejadian di bisokop saat Savara mencarinya berdampak pada perubahan sikap Adrian. Lalu ketika Savara terus memuji penampilan teaternya serta bagaimana cewek itu pergi untuk menghampirinya ke belakang panggung. Ia tahu semuanya dari seseorang yang mengamati mereka dengan begitu baik. Siapa lagi kalau bukan Danish?
Salah jika keduanya mengira dirinya dan yang lain tidak mengetahui apa pun. Adrian jelas bukan orang yang akan memberikan tumpangan ke sembarang cewek apalagi berkali-kali. Alasan karena Savara berkerja di tempat kakaknya terlalu tidak masuk akal. Adrian bahkan hanya akan pergi ke butik milik sang kakak jika dipaksa oleh mamanya untuk mengantarkan sesuatu.
"Lo yakin dia cemburu?" tanya Savara ragu. Cewek itu kemudian bergumam pelan, "Gue bahkan tadi ninggalin dia buat nyamperin elo."
"Apa?" Damian mendekatkan telingannya.
Savara meringis, menyesali sikapnya. Cowok itu pasti kecewa. "Gue ... tadi lagi sama Drian. Terus pas liat tulisan lo sama dengan yang ada di diary, gue langsung ninggalin dia."
KAMU SEDANG MEMBACA
I'M (NOT) THE QUEEN ✔️
Teen Fiction(Pemenang dalam event #WWC2020) Aqueena Savara bukanlah seorang ratu selayaknya nama yang ia miliki. Kata sempurna begitu jauh dari jangkauannya. Baik di sekolah, maupun di rumah, ia tak pernah mampu menjadi yang nomor satu. Savara tidak pernah men...