Bagian 13, Permen

991 208 69
                                    

Tak ada yang tahu bagaimana isi hati seseorang. Kamu mungkin tak bisa melihat dengan jelas, tapi dalam kondisi tertentu kamu akan merasakannya.
***

Cewek itu memasuki kelas yang sudah cukup ramai. Dirinya memang sering datang saat bel masuk sebentar lagi berbunyi. Ia hendak menyimpan tas ketika matanya menemukan sesuatu di atas meja.

Savara menaikan sebelah alis lalu melirik sekitar di mana teman-temannya sibuk masing-masing. Tatapannya kembali pada dua buah permen yang tergeletak di atas meja. Ia hanya duduk sendirian dan kemungkinan besar itu diberikan untuknya.

Semangat Queen!

Savara terkejut membaca tulisan dalam sepotong kertas yang disobek tak rapi tersebut.

Siapa?

Seketika Savara menduga kalau orang itu yang menemukan buku diary-nya, meski mungkin juga cowok itu adalah pengagumnya, seperti Kiandra misalnya.

Melihat kedatangan dua temannya melintas di luar kelas, ia segera memasukan ke laci dan berpura-pura sibuk mengaluarkan buku.

"Morning, Beib!" sapa Alicia yang ia balas dengan anggukkan. Sedangkan Larasati hanya tersenyum tipis, segera membuka ponsel. Semalam cewek itu bilang kalau Ardan meneleponnya meski hanya sekedar menanyakan bocoran ulangan kemarin.

Sebenarnya Savara merasa ragu rencana mereka akan berhasil mengingat sifat Ardan, apalagi cowok itu tahu benar kalau dirinya dan Laras sangat dekat. Huft, semoga saja semua berjalan dengan baik.

Savara mengambil satu permen yang disembunyikannya tadi. Tiba-tiba ia teringat pada satu orang yang tidak pernah terlepas dari makanan manis tersebut. Damian.

Tidak. Savara tidak percaya jika cowok pecicilan itu yang melakukannya. Segera saja ia membuka jendela dan melengokan kepala. Kebetulan kelas mereka berdekatan. Hanya terhalang satu ruangan.

Seperti biasa, mereka sedang duduk santai sembari menggoda beberapa siswi yang lewat. Savara menyipitkan mata mendapati Danish sedang membuka bungkus permen, di sebelahnya ada Damian dan Ardan yang sedang mengemut permen. Lalu dari arah lain ada Adrian yang berjalan mendekat dan segera menangkap benda yang dilemparkan Damian.

Savara mengacak rambutnya dan kembali menyandarkan kepala pada kusen. Bagaimana bisa ia berpikir Damian yang memberikanya? Tapi mungkin saja Danish mengingat mereka berteman dekat.

Cewek itu mengambil ponsel, mengetik dengan cepat dan mengirimkannya pada seseorang yang mungkin bisa membantunya menemukan petunjuk.

Savara: Nish, lo nyimpen permen ke meja gue?

Danish: Gue aja dikasih Dami
Danish: Ada yg ngasih lo permen?
Danish: Ciee dari siapa tuh? Jangan2 Damiah hahah

Savara: Hih!

Danish: Dami beli 1 renteng katanya
Danish: Kali aja beneran dari dia sbg ajakan damai

Savara: >.<

Menyimpam ponselnya, Savara mendengkus. Mungkin Damian memang permen addict, tapi ia yakin bukan cowok itu yang berbaik hati merelakan permen untuk orang yang sudah menguncinya di gudang.

Damian dan damai? Mustahil!
***

Keadaan sekolah di sore hari cukup ramai. Anak-anak cheers sedang berlatih dengan penuh semangat karena sebentar lagi pertandingan persahabatan dilaksanakan. Savara terpaksa ikut kegiatan tersebut karena karena paksaan kedua temannya.

I'M (NOT) THE QUEEN ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang