Bagian 25, Penolakan

1K 210 103
                                    

Perasaan perempuan itu terlalu sensitif, kamu harus lebih berhati-hati agar tak melukainya.
***

Hari ini Savara sudah kembali sekolah. Kemarin sore mamanya keluar dari rumah sakit. Sebenarnya ia merasa tak bersemangat, tapi meninggalkan sekolah dalam waktu lama bukanlah pilihan yang tepat.

Savara menyusuri koridor yang sudah cukup ramai. Di arah berlawanan didapatinya sosok Adrian.  Menyadari keberadaannya, cowok itu melambaikan tangan. Savara masih mempertimbangkan untuk membalas dengan cara apa, tapi ia terlambat karena Adrian sudah berdiri tepat di hadapannya.

"Pagi!" sapanya tersenyum tipis. Savara mungkin akan bersikap masa bodoh, tapi perlakuan Adrian yang tidak hanya sampai disitu membuatnya menahan nafas. Cowok itu sempat mengusap kepalanya sebelum berlalu.

Mau tau bagaimana respon orang-orang?
Tidak usah ditanya lagi. Gosip akan cepat menyebar tepat saat ia memasuki kelasnya.

Dengan wajah memerah, Savara berusaha tetap tenang lalu berjalan cepat menuju lantai dua. Ia merutuki cowok itu dalam hati. Tidak seharusnya Adrian melakukan aksi seperti tadi. Mereka tidak ada hubungan apa pun dan pasti akan menimbulkan kesalahpahaman.

Benar saja, saat langkahnya melewati pintu, beberapa teman sekelasnya langsung menatap Savara. Menulikan telinga, ia berjalan menuju tempat duduknya. Mengabaikan keberadaan dua cewek di depannya.

"Ra, gue-"

Savara menatap dingin Laras lalu berkata, "Jangan sekarang!"

Laras hendak kembali berbicara, tapi Alicia segera menyentuh lengannya dan menggelengkan kepala. Mengembuskan nafas berat, Laras kembali menghadap ke arah depan, sedangkan Alicia yang terjebak di antara keduanya tampak kebingungan.

Cewek itu akhirnya menatap Savara dan berkata dengan hati-hati. "Jangan lama-lama marahnya. Kalian perlu bicara dan selesain semuanya. Gue gak mau pertemanan kita hancur cuma karena ego kalian."

Baik Savara maupun Laras tampak tertohok. Di sini memang hanya Alicia yang selalu mampu berpikiran dewasa. Cewek itu adalah penengah untuk keduanya, tak pernah sekali pun bersikap berat sebelah.
***

Adrian: Pulang sekolah mau ke butik?
Adrian: Gue juga mau ke sana. Bareng aja

Savara: Gk usah

Adrian: Knp?

Cewek itu menatap layar ponselnya nanar. Lama kelamaan ia merasa tidak nyaman dengan perhatian Adrian. Sebenarnya cowok itu menyadari atau tidak kalau perlakuannya dapat membuat orang lain terbawa perasaan?

Savara tidak kegeeran, hanya saja merasa tidak sepantasnya Adrian bersikap berlebihan. Getaran ponsel membuatnya kembali melirik benda di genggamannya. Ada dua chat masuk secara bersamaan dari orang yang berbeda.

Kian: Pulang bareng?

Adrian: Ada yg nganter?

Savara mengernyitkan dahi sebelum kemudian memutuskan ajakan siapa yang akan ia terima. Mungkin Adrian yang menawarkan diri terlebih dahulu, tapi memilih Kiandra sepertinya adalah solusi terbaik. Ia tinggal meminta kakak kelasnya itu mengantar ke butik. Ia membalas chat Adrian dengan perasaan tak enak.

Savara: Iya.

Adrian: Sama siapa?

Savara: Kak Kian

Tidak tahu kenapa Savara merasa sangat bersalah pada cowok itu, tapi ia tidak bisa terus-terusan menerima kebaikan Adrian. Mendengar ketukan jendela, ia menoleh. Di dapatinya Damian sedang melambaikan tangan sembari tersenyum lebar. Cowok itu mengeluarkan dua buah permen gagang dari sakunya, menyodorkan lewat celah jendela.

I'M (NOT) THE QUEEN ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang