Jangan pernah mengajaku bermain-main, kamu hanya akan menyesal pada akhirnya.
***Savara turun dari kendaraan online. Setelah membayar, ia melangkah cepat melewati gerbang sekolah. Kali ini dirinya tidak berangkat dengan teman satu geng-nya karena bangun kesiangan. Savara meminta mereka pergi terlebih dahulu.
Cewek itu hampir melompat saking terkejutnya saat mendengar suara klakson di belakangnya. Mengusap dadanya, Savara berbalik untuk meluapkan amarah. Namun yang ia lakukan selanjutnya malah mendengkus kemudian berlari menuju koridor.
Pagi-pagi Ardana sudah membuatnya kesal. Beruntung Savara masih cukup waras untuk tidak meladeni. Sebisa mungkin dirinya menjaga emosi agar tetap stabil.
"Aws," ringis cewek itu merasakan seseorang menarik ujung rambutnya yang digerai. Savara menoleh, tapi tak menemukan siapa pun. Ia kembali meringis, giliran rambut sebelah kirinya yang ditarik. Berdecak, Savara memutar tubuhnya hingga menabrak seseorang.
"Hati-hati dong kalau jalan!"
Cewek itu melotot mengetahui siapa sosok di depannya. Menarik nafas dalam, Savara berusaha menyabarkan diri. Sabar, Ra. Abaikan makhluk astral di depan lo.
Melihat dirinya yang bergeming. Cowok itu kembali mengangkat tangan hendak menarik rambutnya lagi, tapi secepat kilat Savara menghindar dan berteriak, "Damian!"
Para siswa yang berada di sekitar ikut terkejut. Savara mengumpat dalam hati karena kini menjadi pusat perhatian. Sedangkan sang pelaku malah tersenyum kemenangan karena berhasil membuatnya marah.
Savara menatap cowok itu dengan kesal. Tanpa ancang-ancang, ia menendang tulang kering Damian yang langsung mengaduh, permen di tangannya jatuh tak dapat diselamatkan.
"Anjir! Kaki gue! Permen gue juga!"
Savara memutar bola matanya melihat tingkah dramatis cowok itu. Terlalu malas meladeni, ia segera meninggalkan Damian yang meneriakinya dengan panggilan yang ia benci.
"Woi Queen! Mau ke mana lo? Awas aja, gak bakal gue biarin lolos!"
Cewek itu menutup telinganya dan melangkah cepat. Perjuangan menuju kelas saja rasanya begitu berat. Savara harap, sudah cukup dua makhluk itu saja yang mengganggunya. Kalau Danish sih tidak akan melakukan hal tersebut, paling juga membuatnya sedikit sebal. Adrian? Biasanya tidak separah Ardan dan Damian, meski tidak akan sebaik itu membiarkannya lolos.
Mereka memang hanya mengerjainya. Tidak ada pembullian yang dilakukan seperti saat SMP dulu. Namun, tetap saja emosi Savara yang tidak stabil dapat mempengaruhi kondisinya. Mood-nya mudah berubah-ubah sampai kadang ia berada ditahap merasa sangat tak menyukai apa yang tengah dijalaninya. Savara ingin berteriak sangat keras, berlari begitu kencang dan ... menghilangkan amarahnya yang memuncak.
***Ketiga cewek itu melangkah memasuki kantin. Sudah bukan hal asing lagi jika mereka menjadi pusat perhatian. Penampilan fisik mereka memang patut mendapat pujian. Di tengah-tengah ada Larasati yang sering disebut-sebut sebagai ketua geng. Selain cantik, dia juga seorang selebgram. Laras beberapa kali menjadi brand amabasador suatu produk. Di sebelah kirinya ada Alicia. Putri bungsu dari seorang konglomerat yang memiliki cabang restauran di hampir setiap kota di Indonesia. Sedangkan di sebelah kanan, ada Savara. Hanya cantik. Followersnya di instagram tidak sebanyak Laras maupun Alicia. Ia juga jarang memamerkan kesehariannya di sana, tidak seperti kedua temannya yang kerap mengunggah foto keluarga saat berlibur. Savara juga bukan putri dari keluarga berada. Hidupnya cukup sederhana dan hanya tinggal dengan mamanya yang sibuk bekerja untuk mengumpulkan pundi uang. Katanya demi masa depan Savara yang cerah.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'M (NOT) THE QUEEN ✔️
Teen Fiction(Pemenang dalam event #WWC2020) Aqueena Savara bukanlah seorang ratu selayaknya nama yang ia miliki. Kata sempurna begitu jauh dari jangkauannya. Baik di sekolah, maupun di rumah, ia tak pernah mampu menjadi yang nomor satu. Savara tidak pernah men...