Bab 15 - Emily | Rhy's Family

2.9K 430 7
                                    

"Bukan begitu caranya," tegur Rhy. "Potongnya seperti ini." Rhy berdiri tepat di belakangku lalu menggerakkan tanganku untuk memotong bawang bombay. Tanganku menuruti apa yang diperintahkan oleh tangan Rhy. Secara tidak langsung, Rhy sama saja dengan memelukku dari belakang. Dapat kurasakan pipiku merona.

Hari ini Rhy mengundangku makan siang di rumahnya. Hari senin merupakan hari di mana rencananya kami akan melakukan kencan setengah hari. Namun karena sebentar lagi aku akan ujian, Rhy bersedia melakukan kencan sederhana saja. Menu makan siang kami hari ini adalah chicken katsu dengan natsu tempura*. Rhy menjelaskan padaku bahwa tempura itu makanan laut maupun sayuran yang digoreng dengan tepung. Kami juga membuat tempura bawang bombay sebagai tambahan.

_______________________

*Terong goreng tepung.

Seumur hidupku, aku tidak pernah memotong bawang bombay. Otomatis, aku kesulitan meniru cara Rhy yang sudah sangat ahli dalam memasak. "Kamu jarang memasak ya?" tanya Rhy.

"Biasanya aku hanya memasak makanan yang tinggal digoreng, direbus, atau dimasukkan ke dalam oven saja," jawabku diiringi helaan napas.

"Apa karena lebih praktis?" Rhy melayangkan pertanyaan lagi.

"Itu salah satu alasannya," jawabku apa adanya. "Aku nggak suka memasak makanan yang ribet. Dulu saat masih tinggal dengan orang tuaku, mereka yang biasanya memasak. Saat aku tinggal dengan bibiku juga begitu. Tapi kata bibiku, aku harus bisa memasak karena aku ini perempuan. Tapi tetap saja aku nggak suka memasak kecuali masakan yang praktis."

"Well, bibimu ada benarnya juga. Apalagi masakan sendiri itu lebih sehat dan hemat. Tapi aku nggak mewajibkan istriku untuk pandai memasak karena aku bisa memasak sendiri." Ada secercah humor dalam suaranya pada kalimat terakhir.

"Aku yakin anak-anakmu nanti juga lebih suka makan masakanmu," dengusku. Rhy menghentikan gerakan tangannya. Kepalanya menunduk ke arahku. Dia menatapku dengan sorot geli. "Menurutmu begitu?" tanyanya geli. Aku menggangguk sebagai respon. "Bagaimana dengan istriku nanti? Apa dia juga lebih suka masakanku?" tanyanya lagi.

"Aku nggak tahu," cetusku datar. "Tanyakan saja calon istrimu nanti."

"Well, kau juga punya peluang jadi calon istriku." Ada sedikit keseriusan dalam suaranya.

Kali ini aku mendongak. Tatapan kami bertemu tanpa sengaja. "Memangnya aku ini memenuhi kriteriamu?" tanyaku tanpa pikir panjang.

"Rasanya aku sudah bilang dari awal. Kau gadis yang paling memenuhi kriteriaku untuk sejauh ini," ujarnya selembut beledu. Aku menelan ludah, gugup harus berkata apa. "Gimana? Sudah paham?" Butuh waktu beberapa detik untuk memahami pertanyaannya. "Lumayan," balasku singkat. Rhy kembali ke penggorengan. Minyaknya kali ini sudah panas sehingga Rhy tinggal menuang potongan ayam yang sudah dilumuri tepung.

Suara desisan daging yang digoreng memenuhi dapur. Aroma gurih ayam memekat di sekeliling kami. Setelah selesai menggoreng ayam, kami menggoreng terong dan bawang bombay yang sudah dilumuri tepung. Dalam hitungan 20 menit, makanan sudah siap disajikan.

Perutku yang sudah tidak sabaran menyambut ria sesendok nasi putih dengan potongan chicken katsu yang dilumuri saus berwarna jingga dan mayonaise. Tidak perlu ditanya lagi bagaimana rasanya. Makanan yang dimasak oleh Rhy selalu terasa sempurna. Sejauh ini, aku tidak menemukan sedikit pun cela. Di hadapanku, Rhy makan dengan gaya elegan. Gaya makan Rhy mengingatkanku dengan gaya makan orang kaya di Eropa. Namun gaya Rhy memiliki kekhasannya sendiri.

"Aku heran kenapa kau malah kuliah jurusan psikologi, bukannya tata boga," cerocosku.

"Awalnya aku memang mau lanjut ke tata boga. Tapi aku berubah pikiran." Rhy menelusuri permukan gelas kacanya dengan hati-hati.

Perfect Butterfly🦋Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang