Bab 16.5 - Emily | Night Paradise

3.1K 434 7
                                    

Jalanan ramai sekali saat menjelang malam. Syukurlah kami memilih naik motor, bukan mobil sehingga kami dengan mudah melewati barisan mobil yang memanjang seperti semut. Beberapa menit kemudian, kami sudah tiba di tempat tujuan kami. Tidak banyak yang mengantri untuk membeli tiket. Langit sudah nyaris gelap. Matahari hanya tersisa cahaya jingga gelap samar.

Suasana tempat ini persis seperti yang kulihat di internet. Kami disambut oleh kolom air mancur dengan lampion besar berwarna kuning di tengahnya. Hampir setiap sudut taman lampion disinari cahaya warna-warni yang memancar dari lampion besar dalam aneka bentuk. Ada telur Farbegè, jamur setinggi manusia, sepasang burung merak, beberapa ekor angsa, dan masih banyak lagi.

Tatapanku sibuk mengamati lampion bunga tulip. Kelopak bunga tulip itu bergerak membuka layaknya bunga mekar lalu menutup kembali. Gerakan itu terus dilakukan berulang kali. Kurasakan kedua lengan Rhy memelukku dari belakang. "Mau berfoto dulu mumpung masih belum ramai? Setelah itu kita baru naik Wahana Magic Journey," bisik Rhy mesra di telingaku.

Aku menggangguk antusias sekaligus malu saat merasakan beberapa pengunjung menatap kami penasaran, terutama pengunjung wanita. Kuakui penampilan Rhy memang seperti magnet yang menarik mata untuk terus menatapnya. "Ayo, kita berfoto dulu," ujarku sembari melingkarkan kedua lenganku di biseps Rhy yang berotot dengan manja. Rhy terkekeh melihat kelakuanku.

Sejak dulu aku menginginkan seorang kakak laki-laki agar aku kadang bisa bersikap manja. Rhy memang kakak yang luar biasa. Tentu saja aku tidak mau terlalu manja dengannya. Harga diriku terlalu tinggi untuk bersikap seperti itu dan membiarkannya memanjakanku seperti anak kecil.

Hampir seluruh pengunjung sibuk berswafoto, termasuk kami. Kebanyakan para pengunjung datang bersama keluarga mereka. Jika bukan karena harus mempersiapkan natal, keluarga pamanku juga akan ikut bersama kami. Namun mereka semua sibuk mendekorasi ruang tamu sekaligus membuat kue. Aku merasa kurang nyaman hanya sedikit membantu mereka meskipun mereka tampaknya tidak keberatan.

Saat hari natal pun aku tetap masuk kerja. Mungkin aku terkesan gila kerja karena tidak pernah mengambil cuti bahkan saat hari istimewa sekalipun. Tujuan utamaku bukan hanya untuk mengumpulkan uang, tapi juga menghabiskan waktu lebih banyak bersama dengan Rhy. Pikiran itu membuatku mengambil banyak foto kami berdua. Kadang diam-diam aku memfoto Rhy dengan ponselku sementara dia sibuk mencari lokasi foto yang bagus.

Puas berfoto di taman lampion, kami pun mengantri untuk menaiki wahana yang sudah kami nantikan. Sudah lumayan banyak pengunjung yang mengantri. Mengantri bersama orang yang kau cintai membuat waktu setengah jam terasa singkat. Giliran kami pun tiba. Rhy membantuku menaiki gondola yang mengapung di atas air. "Wisata ini mengingatkanku pada Venesia," gumam Rhy sambil mengamati sekeliling kami.

"Venesia?" ujarku membeo.

"Kau nggak tahu Venesia?" tanya Rhy sambil mengernyit. "Padahal itu kota terkenal di Italia yang sering dikunjungi turis."

"Aku nggak tahu banyak kota di Italia selain Roma," akuku.

"Jika ada kesempatan, aku akan mengajakmu ke sana," janji Rhy.

"Itu kalau aku punya uang untuk keluar negeri," sahutku pesimis. Sebelum Rhy sempat berkata, aku menyelanya dengan cepat, "Jangan bilang kau yang membayarnya."

"Ish, padahal aku hanya ingin memberitahumu kalau sepupuku dari Italia akan berkunjung ke Indonesia bulan Februari nanti. Aku tahu kau pasti akan menolak tawaranku. Hanya mengeluarkan uang untuk tiket masuk tempat ini saja kita mendebatkannya lama sekali. Apalagi kalau tiket ke Italia," dengus Rhy.

"Sepupumu?" tanyaku, berusaha menepis harga diriku yang terluka.

"Namanya Leonardo. Dia satu tahun lebih tua dariku," cerita Rhy sementara pria muda di belakang kami mulai menggerakkan dayungnya. Gondola bergerak perlahan, menampakan sebuah hutan dengan cahaya minim yang agak membuatku merinding. Rhy mulai menghentikan ceritanya. Tatapannya fokus ke pemandangan di depan kami. Terowongan air ini bentuknya memanjang dan tidak terlalu lebar. Akan ada beberapa pemandangan berbeda yang akan kami lewati nanti.

Cengkramanku semakin kuat pada lengan Rhy saat kami melewati rumah sihir, di mana ada seorang nenek berpakaian seperti penyihir dengan tampak menyeramkan. Penyihir itu hanya tampil di layar besar namun sudah cukup membuatku takut. Bukan hanya penampilannya saja, suara wanita melengking tinggi itu membuat bulu kuduk-ku berdiri.

Aku tidak menyangka akan melewati tempat penyihir seperti ini di tengah wahana yang katanya memesona. Setelah kami melewati rumah sihir dan avatar, sekeliling kami berganti menjadi Flower Garden. Cengkremanku mengendur sementara Rhy terkekeh sambil menepuk pundakku. "Sekarang kita di bagian yang romantis," goda Rhy. Kubiarkan tubuhku bersandar di bahunya sementara sebelah tangan Rhy memelukku.

Sekeliling kami dipenuhi lampion bunga tulip. Di atas kepala kami ada bunga dengan aneka warna yang bergantungan dan disinari bola lampion kekuningan. Bunga-bunga itu merambat hingga melengkung sesuai bentuk terowongan. Ada seorang fotografer di sudut taman. Dia memberi isyarat pada kami agar melihat ke arah kamera sementara dia memotret kami.

Selanjutnya kami memasuki kota Venesia versi KW. Padahal ini hanya tiruan namun sanggup membuatku terpana. Aku jadi penasaran bagaimana kota Venesia yang asli jika versi KW-nya saja sudah sebagus ini. Ada seorang fotografer lagi yang memotret kami dari sudut kolam.

Berikutnya kami melewati Jepang, Thailand, Pulau Kalimantan yang memiliki pasar apung lalu berakhir di Lighting Tunnel yang sudah dilengkapi ratusan lampu LED gemerlapan. Usai turun dari gondola, kami tidak membuang waktu dan langsung mengantri untuk mengambil foto dari fotografer tadi. Ada 2 foto yang kami ambil. Kali ini Rhy tidak berdebat saat aku meminta bayaran cetak foto dibagi dua.

Merasa lelah, kami pun duduk di bangku taman sambil nyemil kue kering yang kubawa dari rumah. Paradise artinya surga. Sesuai namanya, tempat ini memang seperti surga. Setidaknya bagiku. Aku tidak pernah mengira akan merasakan momen seperti ini. Momen di mana aku merasa bahagia karena dilahirkan ke dunia ini dan diberikan kesempatan untuk bertemu dengan Rhy.

"Thanks, sudah mengajakku kemari," gumamku bersungguh-sungguh.

Sudut bibir Rhy membentuk senyum tipis sementara dia berkata, "Thanks kembali."

Dulu, di saat malam sepiku, aku pernah berharap sambil memandang bintang mungil di langit yang sepi. Aku berharap ada seseorang seperti Rhy. Orang yang mau menerima segala kekuranganku dan mengajarkanku banyak hal yang tidak kuketahui. Setiap momen bersamanya adalah anugrah.

Kuperhatikan sekelilingku yang semakin padat. Namun tidak ada yang memperhatikan kami lagi. Secepat kilat, bibirku menempel di pipi Rhy. Tatapan Rhy yang sedari tadi sibuk memandangi kolam air mancur beralih padaku. Matanya terbelalak tak percaya lalu tersenyum lebar. "Itu hadiah dariku," gumamku lembut.

"Hadiah yang mahal sekali," kekeh Rhy. Senyum di wajahnya masih belum hilang sementara menit demi menit berlalu. Saat jam menunjuk pukul 9 malam, kami pun beranjak pulang. Tiba di depan pagar rumah bibiku, Rhy bergumam sambil tersenyum menggoda, "Nggak ada ciuman selamat malam?" Jari telunjuknya menepuk sebelah pipinya, isyarat agar aku menciumnya tepat di tempat yang tadi.

Rona merah merambat secepat kelinci berlari. Seluruh wajahku sudah semerah tomat saat mengingat tindakan impulsifku tadi. "Aku hanya mau memberinya sekali saja," dengusku sambil berkacak pinggang.

"Ish, sepertinya aku harus membuatmu sangat bahagia untuk mendapatkannya lagi," Rhy ikut mendengus. Sebelum Rhy sempat memasang kembali helmnya, kulepas helmku lalu memberinya kecupan cepat. Usai membanting pagar lalu menguncinya secepat mungkin, kedua kakiku berlari memasuki rumah bibiku. Meskipun tak melihatnya, aku berani taruhan kalau Rhy memandangku sambil tersenyum puas.

CONTINUED...

Pada part ini, aku menuliskan wisata Malang Night Paradise semirip mungkin dengan tempat yang berlokasi di Malang. Mohon maaf kalau ada beberapa kesalahan yak~
Sudah berselang sekitar dua tahun sejak aku pergi ke tempat wisata ini, makanya tidak sedikit yang kulupakan😂

Tinggalkan vote kalau kalian suka part ini⭐

Big hug,

Violette

Perfect Butterfly🦋Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang