Bab 16 - Emily | Night Paradise

3.5K 388 4
                                    

Aku tahu, duniaku akan sempurna jika terus bersamamu layaknya surga.
~Emily~

==============

Like and vote yak 💖
Btw, part ini kubagi dua supaya 1 bab gak kepanjangan 😆

Semakin banyak hari yang berlalu, semakin aku merasakan perkembangan tak kasat mata yang tidak bisa kukontrol. Hatiku yang mulanya hanya berupa ulat kecil akhirnya bermetamorfosis menjadi kupu-kupu. Perasaanku padanya tumbuh semakin kuat tanpa terkendali. Tiap kali Rhy memberikan kasih sayangnya padaku, kebahagian bersemi di dadaku. Padahal itu semua hanyalah tindakan sepele, namun sangat berarti bagiku. Mulai dari masakan yang selalu menggungah seleraku, mengirim pesan sebelum aku tidur, memelukku saat aku kedinginan, dan masih banyak lagi.

Dia tidak pernah gagal membuatku tertawa dengan segala candaan yang dilontarkannya. Bahkan aku tidak ingat, apa aku pernah banyak tertawa dan tersenyum seperti saat ini. Aku tidak ingat, apa sepanjang hidupku yang baru berumur 19 tahun, aku pernah merasa sebahagia ini. Aku juga tidak ingat, apa aku pernah mencintai seseorang begitu intens seperti ini.

Aku menyukai segala tentangnya. Humornya. Hobinya. Kepribadiannya. Penampilannya. Terutama, senyumnya. Senyum paling memesona yang pernah kulihat. Kadang aku sendiri bertanya-tanya, apa aku sedang bermimpi hingga bertemu dengan pria seperti Rhy. Dia seperti pangeran dari negeri dongeng dalam wujud nyata.

Waktu yang tersisa tidak banyak lagi. Liburan akhir semester tiga baru saja dimulai. Sebentar lagi natal dan tahun baru tiba. Meskipun teknologi sudah semakin canggih, namun teknologi masih belum bisa menggantikan kehangatan dan kenyamanan yang diberikan Rhy padaku. Sisi egoku menginginkan Rhy tetap tinggal di sisiku. Aku tidak mau dia pergi ke Amerika, bahkan sekali pun dia berjanji akan sering menghubungiku.

Perbedaan jam di Boston dengan Indonesia terlampau jauh, yaitu 13 jam. Akan sangat sulit berkomunikasi dengannya sementara kami akan disibukkan dengan kegiatan kami. Rhy baru akan kembali ke Malang saat bulan Oktober. Itu lama sekali. Aku sadar bahwa waktu kami tidak lama lagi. Selama liburan ini, aku semakin sering menghabiskan waktu bersamanya.

"Lagi mikirin apa?" Suara Rhy membuyarkan lamunanku. Saat ini kami berada di rumah kaca keluarganya. Rumah kaca ini berukuran kecil dan sebagian besar dipenuhi sayuran. Ada beberapa spesies bunga anggrek, bunga pansy, dan bunga peony. Semua bunga itu disusun rapi di rak, kecuali bunga anggrek yang digantung dalam batok kelapa.

"Aku hanya memikirkan kencan kita besok," dustaku. Besok kami akan kencan ke Malang Night Paradise. Sesuai dengan namanya, tempat ini hanya dibuka saat menjelang malam hari. Dari gambar-gambar yang kulihat di internet, tempat wisata ini dipenuhi cahaya lampion dengan aneka ragam warna dan bentuk. Namun yang paling menarik perhatianku adalah Wahana Magic Journey. Sudah lama aku penasaran bagaimana rasanya menaiki gondola.

"Jangan bilang kau berubah pikiran lagi," gumam Rhy. Yah, kami sempat berdebat mengenai masalah tiket. Rhy bersikeras ingin membayar tiketku namun aku menolaknya karena merasa tak nyaman. Awalnya aku tidak ingin pergi karena tidak mau mengeluarkan tabunganku. Namun akhirnya aku pun mengalah saat Rhy bilang kencan ini sekaligus sebagai hadiah natal untukku.

"Nggak kok," tukasku. "Aku hanya agak cemas saja. Sudah lama aku nggak pergi ke tempat yang ramai."

"Tenang saja, aku akan menjagamu. Kau nggak akan tersesat," kekeh Rhy. Aku pernah bercerita padanya kalau dulu aku pernah tersesat di Jatim Park. Tempat wisata itu baru dibuka sehingga saat itu ada banyak sekali pengunjung. Aku terlalu sibuk mengamati gambar dinausurus dan tidak menyadari kalau keluarga bibiku sudah tidak ada di belakangku lagi. Syukur saja aku membawa ponselku sendiri sehingga aku bisa menghubungi mereka. Sejak saat itulah aku kurang suka pergi ke tempat ramai.

"Uh, aku percaya kok," dengusku dramatis.  Kedua tanganku sibuk menyirami tanaman. Sedangkan Rhy sibuk menanam bibit wortel dan memetik sayuran yang sudah matang. Bunga anggrek peninggalan mendiang kakak Rhy mekar dengan cantik. Sepertinya Rhy merawatnya dengan teliti. Aku pernah membaca di novel kalau bunga anggrek itu sangat rewel dan sensitif. Dibutuhkan ketelitian dan ketekunan agar bunga itu dapat tumbuh subur dan menghasilkan bunga yang indah.

"Spesies apa saja ini?" tanyaku sambil mengamati bunga-bunga anggrek di hadapanku.

"Yang warna ungu kebiruan dan pink menyala itu Anggrek Vanda," jelas Rhy sambil memetik tomat. "Kelopak berwarna pink dan putih itu Anggrek Dendrobium. Lalu yang warna putih itu Anggrek Peristeria elata."

"Selera kakakmu tinggi sekali," cetusku. "Spesies pilihannya sangat eksotis."

Rhy terkekeh pelan lalu bergumam sambil berjalan mendekatiku, "Kau benar. Anggrek spesies Vanda yang paling membuatku jengkel. Bunga itu sangat sensitif. Kekurangan air sedikit saja maka dia akan mati. Aku pernah kehilangan satu gara-gara papaku saat itu sibuk dan nggak sempat menyirami anggrek."

"Kakakmu pasti sangat menyukai bunga," semburku setengah melamun.

Rhy mengiyakan. "Dia sering menghabiskan waktu di rumah kaca ini demi merawat tanamannya, khususnya bunga. Bunga-bunga ini sudah seperti bayinya sendiri," tutur Rhy dengan ekspresi mengenang. "Dia juga sangat peduli dengan kelestarian lingkungan, makanya dia mengambil jurusan teknik lingkungan."

"Wow, aku belum pernah mendengar seseorang mengambil jurusan itu," ucapku kagum. "Kebanyakan teman-teman SMA-ku mengambil jurusan yang sudah sering kudengar."

"Jurusan teknik lingkungan memang nggak banyak peminatnya," jawab Rhy apa adanya. Setelah membersihkan tangan kami dengan air mengalir, kami beranjak meninggalkan rumah kaca mungil itu. "Besok aku saja yang menjemputmu, oke?" ujar Rhy setelah kami tiba di depan kendaraanku.

"Kau yakin?" balasku ragu. Jarak dari rumah Rhy ke rumah bibiku sekitar 15 menit.

"Biasanya masa liburan ini jalanan dipadati orang dari luar kota. Sebaiknya aku saja yang mengantarmu pulang. Kita mungkin akan pulang jam 9 malam," timpal Rhy.

"Baiklah," desahku. "Tapi kau harus bertemu dengan bibiku dulu sebelum pergi. Dia ingin sekali bertemu denganmu." Keluarga bibiku sudah mengetahui hubunganku dengan Rhy saat aku bilang aku akan pergi ke Malang Night Paradise bersama pacarku.

"Aku berani jamin bibimu akan langsung menyukaiku," cetus Rhy dengan percaya diri.

"Huh," dengusku. "Percaya diri sekali." Rhy terkekeh pelan. "Aku nggak sabar menunggu besok malam," gumam Rhy sambil tersenyum merayuku. Ujung bibirku membentuk senyum dengan sendirinya saat berkata, "Aku juga."

🦋🦋🦋

Pukul 6 sore, Rhy tiba di rumah bibiku. Dia selalu datang tepat waktu saat menjemputku. Bahkan kadang lebih cepat dari jam yang seharusnya. Kebetulan  bibiku dan pamanku beserta putri tunggal mereka ada di rumah. Mata mereka semua mendelik saat memandang sosok Rhy yang terbalut sweeter kuning gading dan celana panjang berwarna khaki.

Aku sama sekali tidak terkejut melihat reaksi mereka. Rhy sangat jangkung di tengah ruang tamu yang kecil. Dia memandangku dengan sorot kerinduan layaknya kekasih yang tak sabar bertemu dengan belahan jiwanya. Ugh, dia sangat pandai berakting sementara aku sendiri hanya berdiri kikuk di depan anak tangga. Aku hanya mengenakan hoddie merah dan celana jeans biru muda. Tas ransel hitam kecil menggantung di punggungku.

"Kalian langsung pergi ya?" tanya pamanku ramah.

"Iya, Om. Kami langsung pergi aja supaya enggak kemalaman," balas Rhy dengan ekspresi dan nada yang pastinya membuat pamanku puas.

"Oh, oke jangan pulang kemalaman ya. Jalanan pasti ramai banget malam ini," pamanku mengingatkan. Bibiku menawari Rhy beberapa kue sebelum pergi namun ditolak oleh Rhy dengan sopan. Bibiku juga mengundang Rhy untuk berkunjung saat natal besok yang diterima Rhy dengan antusias.

Rhy pernah bilang kalau keluarga yang akan dia kunjungi saat natal hanya sedikit. Sebagian besar saudara dan sepupu Pak Eddie tinggal di luar Malang. Aku agak bersimpati dengannya karena dia tidak bisa merayakan natal dengan seluruh anggota keluarganya. "Ayo," seruku sambil menggenggam tangannya. Aku setengah menyeretnya agar cepat keluar dari rumah ini sebelum bibiku sempat menawarkan hal lain lagi.

CONTINUED...

Perfect Butterfly🦋Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang