Satu setengah bulan kemudian, setelah tahun baru...
"Ini sepupumu?" tanyaku tak percaya. Kuperhatikan lekat-lekat foto yang ditunjukan Rhy padaku. Leornardo. Pria muda kelahiran Italia itu sangat tampan bagaikan vampire di novel Twilight. Hanya saja kulitnya berwarna zaitun. Rambutnya cokelat keemasan, hidungnya melengkung seperti paruh elang, bibirnya merah menawan yang pastinya akan menarik kaum hawa. Sepertinya keluarga Rhy di Italia memang mewariskan ketampanan dan kecantikan mereka pada keturunan mereka.
Pak Eddie sudah menjemput Leornardo di bandara sementara aku dan Rhy menyiapkan makan siang. Leornardo akan menginap di rumah Pak Eddie selama 2 minggu. Rhy bilang dia butuh liburan. Suara bel menggema hingga ke ruang dapur. "Biar aku saja," ujarku sambil meletakkan piring di meja makan.
Sosok pria jangkung dengan kacamata hitam bertengger di batang hidungnya yang mancung, menunggu di depan pintu. Dia menenteng sebuah koper besar dengan roda kecil di bagian bawahnya serta tas ransel di punggungnya. Kemeja chambray biru lautnya disetrika sempurna. Begitu pula celana jins dengan warna yang nyaris identik dengan kemejanya. Tidak ada kesan kalau pria itu baru saja melalui perjalanan yang sangat jauh.
"Wah, aku tidak tahu kalau Rhy sudah punya istri," ujarnya dengan nada menggoda. Terdengar aksen Italia yang sangat kental pada suaranya. Pengucapan bahasa Indonesia-nya tidak terlalu buruk walaupun terdengar agak aneh.
"Aku bukan istrinya," balasku sopan. "Dimana Pak Eddie?"
"Ke kebun kopinya," sahut Leornardo. "Ada urusan mendadak. Dia langsung pergi setelah mengantarku ke sini. Boleh aku masuk?" Kali ini dia terdengar sopan namun samar-samar aku masih mendengar nada humornya. Kubuka pintu lebih lebar, membiarkannya masuk melewatiku. Aroma tubuhnya segar dan bersih, seperti paduan buah dan sedikit spicy.
"Ah, ini dia sepupuku," seru Leonardo layaknya saudara yang sudah lama tak bertemu. Rhy membalas sapaan Leonardo. Mereka berbincang-bincang dalam bahasa yang tidak kumengerti. Sepertinya mereka menggunakan bahasa Italia. Aku berdiri kikuk di dekat ruang tamu, bingung harus berkata apa. Rhy yang baru ingat keberadaanku memberi isyarat agar Leonardo mendekat kepadaku. "Perkenalkan, ini Emily. Dia pacarku," gumam Rhy dengan bangga.
"Wow, seleramu boleh juga," kekeh Leonardo. "Kurasa kau sudah tahu namaku," sambung Leonardo sambil melepas kacamatanya. Matanya yang berwarna kuning kecokelatan itu berkilauan seperti batu amber. Dia menatapku dengan lekat, menyusuri wajahku hingga ujung kaki, membuatku nyaris salah tingkah.
Jika Rhy saja sangat tampan, Leonardo lebih dari itu. Dia tampan, memesona sekaligus seksi. Dia memancarkan aura yang akan membuat wanita bersedia menuruti apa yang dia minta. Aksen Italianya lebih kental sekaligus membuat sekujur tubuhku sedikit berdesir mendengarnya, seolah-olah suaranya menyentuhku dengan halus.
"Orang tuaku menamaiku Leonardo karena mereka penggemar Leonardo Da Vinci dan berharap aku bisa sesukses pria itu. Atau terkenal seperti Leonardo DiCaprio*. Yang sayangnya, aku mengecewakan mereka. Kau boleh panggil aku Leo, calon sepupu ipar," gumam Leonardo, sarat dengan nada geli sekaligus arogan.
_______________________
*Leonardo DiCaprio merupakan pemeran tokoh utama (Jack) di film terkenal berjudul Titanic."Siapa bilang aku ini sepupu iparmu," gerutuku sambil mengacak pinggang, tidak ingin kalah dengan auranya yang mendominasi.
"Calon," Leo mengoreksi pelan.
"Leo," tegur Rhy di sebelahnya.
"Memangnya kalian tidak ada rencana untuk menikah?" tanya Leo santai.
"Sejauh ini belum," balas Rhy.
"Nggak akan ada pernikahan di antara kami," sahutku ketus lalu beranjak ke dapur. Aku masih bisa mendengar suara Leo saat dia berkata, "Kalian lagi bertengkar ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Butterfly🦋
General Fiction🏆The Wattys Award Winner 2021 (Indonesia), New Adult Sempat menduduki rank : 🥇#1 pengembangan diri dari 140 cerita ============== Perfect Butterfly🦋 ⓒ2021, by Violette [Author of Wattys Winner 2020&2021] New Adult Romance 𝑺𝒆𝒑𝒆𝒓𝒕𝒊 𝒌𝒖𝒑𝒖...