Bab 8 - Emily | One Step Closer

4K 489 12
                                    

How to be brave


How can I love when I'm afraid to fall

But watching you stand alone

All of my doubt, suddenly goes away somehow

One step closer

♪ Christina Perri - A Thousand Years ♬

_______________________

Pacar Rhy. Mungkin kata 'gila' tidak cukup mewakilinya. "Nggak mau," sahutku keras kepala. "Bukannya aku sudah bilang kalau aku nggak mau pacaran saat ini!"

"Hei, dengar dulu penjelasanku. Aku nggak memintamu jadi pacarku yang sungguhan," cetusnya setengah memprotes. "Kita bisa mencoba status pacaran palsu. Jadi kita nggak benar-benar pacaran."

Dahiku mengernyit mendengar omongannya yang tidak masuk akal. "Memang apa bedanya? Bagiku sama saja. Kita akan membiarkan orang lain berpikir bahwa kita pacaran dan menghabiskan banyak waktu bersama," bantahku.

Rhy menggeleng pelan, "Bagiku nggak sama karena kita nggak perlu takut akan jadi apa hubungan kita ke depannya."

"Kenapa aku harus melakukannya?"

"Karena," kata Rhy sedikit terengah. "Papaku terus mendesakku untuk berkencan dan ada sahabatku yang bersikeras ingin jadi pacarku sekalipun aku sudah menolaknya."

Sebelah alisku naik saat berkata, "Kenapa harus aku? Kau bisa mencari gadis lain. Kebetulan ada beberapa gadis di kelasku yang menyukaimu. Kau bisa memilih salah satu di antara mereka."

Rhy memberiku tatapan seolah ideku barusan itu konyol. "Nggak," tolak Rhy. "Menurutku, kau gadis yang paling tepat. Pertama, aku yakin kau pandai menjaga rahasia. Kedua, menurut papaku, kau gadis yang memenuhi kriteriaku dan sepertinya dia benar."

"Kau tinggal menolak sahabatmu itu dan dia akan berhenti berharap. Untuk papamu, kau bisa mencari cewek lain. Jawabanku tetap nggak," teguhku.

Rhy mendesah, "Aku nggak memaksamu. Tapi setidaknya jawab pertanyaanku dengan jujur. Apa penolakanmu ini ada kaitannya dengan kejadian di kafe tadi?"

"Tentu saja nggak ada," sergahku. "Sekalipun tidak ada kejadian tadi, aku tetap akan menolakmu." Hening sejenak lalu aku menambahkan, "Sepertinya aku tahu kenapa dia mengira kita pacaran." Rhy menatapku dengan sorot menunggu. "Dulu aku pernah menolak 2 cowok yang ingin mentraktirku makan. Andika pernah bertanya kenapa aku menolaknya. Lalu kubilang kalau aku nggak mau makan berduaan dengan cowok kecuali pacarku."

"Tetap saja," sahut Rhy setengah menggeram. "Bukan berarti dia bisa seenaknya menuduhmu seperti itu."

Aku hanya mengangkat bahu acuh tak acuh. "Setidaknya," gumam Rhy. "Tolong pertimbangkan dulu. Aku butuh kau karena memang kau yang paling memenuhi kriteriaku saat ini." Dia menatapku, memohon tanpa suara. Aku mendesah frustasi. "Baiklah. Tapi kemungkinan besar jawabanku tetap tidak," tegasku.

Rhy tersenyum lega. "Nggak masalah. Tolong jangan lama-lama. Paling nggak, kau harus memberi jawabannya setelah kau selesai ujian." Nyaris saja aku lupa kalau aku sebentar lagi akan ujian. Aku hanya mengangguk enggan. "Kapan kita pulang?" tanyaku.

"Kau ingin pulang sekarang?"

"Sebentar lagi matahari akan tenggelam. Aku nggak mau pulang malam."

Perfect Butterfly🦋Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang