Happy reading...
Arka tiba di rumah dan segera masuk setelah melihat mobil sang ayah yang sudah terparkir di halaman.
Amara melihat kehadiran putra keduanya, "Sayang sini, kita makan bersama." Sebenarnya memang, Arka tak menyukai kegiatan makan bersama itu tapi, ada hal yang ingin sekali ia pertanyakan kepada ayahnya. Jadi, Arka menghampiri keluarganya yang sudah lengkap di bangkunya masing-masing.
Amara mengambilkan makanan untuk Arka dan memberikannya.
"Mah? Arka gak suka ikan mas!" ucap Arka sembari menatap wajah Amara begitu dalam. Amara merasa bersalah karena melupakan hal penting itu, ia segera menggantikan ikan mas dengan ayam kecap.
"Maaf ya sayang.. mamah lupa!" katanya lagi meski tak di hiraukan oleh Arka.
"Kamu mulai les kapan?" Alfaris mulai membuka suaranya.
"Besok." jawab Arka
Pembicaraan itu membuat sang adek merasa penasaran, "Emangnya bang Arka les dimana?" tanyanya
"Di teman sekolahnya." jawab Amara
"Wih! seru tuh, bisa sambil main." kata Azril sebab merasa iri.
Tapi sepertinya Arka malah kesal mendengarnya. "Kalau lo mau gapapa, lo aja yang les. gue sih ogah!" Azril dibuat terdiam dan menggeleng dengan canggung.
"Azril gak perlu les lagi, dia udah pintar. Kemarin aja dia dapat peringkat satu di kelasnya. Kalau kamu–"
Arka menatap wajah ayahnya, ia kini tengah menggenggam pisau dan mereka terlihat khawatir jika sesuatu terjadi. "Apa? Kenapa gak di lanjutin?" tanyanya.
"Enggak deh. Kamu kan anti fakta!" Alfaris benar-benar berhasil memancing emosinya yang sedari tadi ia pendam. Sebelum semuanya menjadi kacau, Azka sudah mengambil ancang-ancang untuk menenangkan Arka.
"Udah Ar gapapa. Yah, ayah gak boleh mancing emosi Arka!" Azka menegur ayahnya dengan sangat berani.
Arka memandangi wajah Azka tajam, lalu memilih untuk pergi meninggalkan meja makan dengan perasaan kesal.
"Tidak punya sopan santun" sahut Alfaris.
"Mas udah!" Amara memegangi punggung tangan suaminya dengan perasaan sedikit takut.
Akhirnya mereka melanjutkan acara makannya tanpa hadirnya Arka.
***
Diwaktu yang sama namun berbeda tempat, Nadira tengah mengerjakan tugas sekolahnya di dalam kamar, di temani secangkir kopi lengkap dengan camilan favoritnya, tak lupa juga alunan musik yang mengisi ruangan ini, benar-benar membuatnya bersemangat untuk mengerjakan semua tugas.
Di tengah belajarnya tiba-tiba saja pintu terbuka membuat Nadira melihat kearah orang yang membuka pintu. "Pantesan dipanggilin gak jawab-jawab, orang lagi asik dengan dunianya..." ucap orang itu.
Nadira tersenyum dan segera mematikan musik yang berasal dari handphonenya.
"Maaf ya bang, enggak dengar. Btw Abang baru pulang?" tanyanya. Orang itu adalah Fajar, yang pernah dibahas sebelumnya.
"Iya, kamu lagi belajar apa?" Fajar mendekat kearah Nadira dan melihat buku yang penuh dengan coretan. Sudah dipastikan itu adalah–
"Fisika." jawab Nadira, Fajar mengangguk dan memilih duduk di ranjang kasur adeknya.
"Udah makan belum Nad?"
"Belum nih bang, laper banget nungguin bang Fajar pulang, eh ternyata abangnya gak bawa apa-apa.." Nadira menjawab dengan sedikit drama, Fajar sampai menggeleng dan terkekeh geli.
"Yaudah keluar yuk! Kita cari makan." ajaknya tiba-tiba.
"Eh serius nih? Tapi Abang yang bayarin kan?"
"Iya Nadira... Ya ampun takut banget uangnya ke pake, mau buat apa si?" tanya Fajar yang penasaran, karena ia merasa Nadira hampir tak pernah mengeluarkan uang jajannya.
"Eum ada deh, udah ah nanti keburu malam."
Keduanya keluar dari kamar, Nadira juga sudah mengenakan jaket tambahan dan membawa handphonenya.
"Bu, Nadira sama bang Fajar mau keluar cari makan, ibu mau nitip apa?" tanya Nadira ketika melewati ibunya yang tengah duduk di depan televisi.
"Enggak, ibu gak nitip apa-apa. Kalian aja." jawab Santi
"Serius bu? kalo mau biar fajar belikan." kata Fajar.
"Iya serius, udah sana kalian saja." Nadira dan Fajar mengangguk dan menyalimi tangan Santi sebelum keluar.
***
Arka keluar rumah berniat untuk menginap di rumah Angga bersama Gilang.
Saat ditengah lampu merah seperti kebiasaannya yaitu mengedarkan pandangan kearah lain dan tak sengaja ia melihat seseorang yang ia kenali. Nadira, si murid beasiswa. Awalnya Arka ingin mengabaikan tapi saat melihat pengendara motornya adalah seorang lelaki entah kenapa Arka jadi terfokus pada mereka.
'Ck. Anak pinter kayak dia ternyata bisa begitu juga, di sekolah doang keliatan baik giliran di luar sekolah aja.. najis' batin Arka berbicara.
Setelah lampu kembali berwarna hijau, Arka segera melanjutkan perjalanannya.
TBC.
Update: 23 November 2020
Revisi: 6 Juli 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
ARKANA [REVISI]
Teen Fiction[TAHAP REVISI] [Jadwal update part yang sudah di revisi setiap Jumat] Arka seharusnya bisa tumbuh dewasa seperti anak remaja yang lainnya, dapat kasih sayang, memiliki banyak teman dan mungkin, kekasih? Namun, sebuah peristiwa di masa lalu membuat...