24 | ARKANA

863 65 1
                                    

Happy reading...

"Mah pah.." panggil diva

"Iya sayang kenapa ko kayanya seneng banget nih anak mamah" tanya Vania pada diva

"Aku juara dua lomba menggambar loh.. hebatkan?" Ucapnya bangga

"Wah hebat banget, tapi kayanya kamu harus lebih banyak berlatih lagi deh sayang.. biar bisa juara 1 iya kan?" Ucap Vero ayah diva, Diva mengangguk senang

"Mamahhhh papahhh" Alya menghampiri mereka yang sedang berkumpul

"Eh ini juga keliatan seneng banget nih ada apa?"

"Aku juara 1 lomba matematika loh, ini mendali sama piagam nya.."

"Wahh kamu hebat sayang, ini baru namanya anak papah"

"Anak mamah juga dong" kedua orang tua mereka memeluk tubuh Alya melupakan keberadaan diva.

Senyum diva perlahan menghilang, lagi dan lagi Alya selalu bisa membuat kedua orang tua nya bangga 

"Eh diva kamu juga juara menggambar kan? Hebat banget kamu, aku aja kalo menggambar pasti jelek, nanti ajari aku yahh" ucap Alya

"Hmm okeh"ucap diva. Vania mengelus rambut Alya

"Piagam sama mendali nya mamah simpan di lemari pajangan yaa?"

"Iyaa mahh"

"Mah gambar aku gimana?" Diva menunjukkan hasil gambarnya

"Itu kan cuma gambar sayang, kamu simpan di kamar aja ya?" Diva menundukkan kepalanya

"Eh mah jangan gitu dong, simpan di lemari pajangan juga ya disamping aku.. nanti kalo orang liat kan bisa tau kalo aku sama diva sama-sama pintar walaupun beda keahlian" ucap Alya yang paham dengan ekspresi diva

"Engga usah, gambarnya juga jelek, aku simpan di kamar aja" diva berjalan menaiki tangga menuju kamarnya, menutup pintu nya dan berjongkok sambil memegangi hasil gambarnya

"Kak Alya yang bikin mamah ga sayang aku lagi... Hikkss"

Diva terduduk bawah shower yang mengalirkan air pada tubuhnya, membiarkan pikiran dan hatinya merasa tenang

"Alya..." Gumam nya

"Kenapa gua hidup selalu menderita, kenapa semua orang ga ada yang sayang sama gua? Kenapa semua orang lebih milih orang yang udah matiii!!!" Diva berteriak kesal, meluapkan emosi nya..

Flashback on

"Diva mau minta satu permintaan boleh?" Diva bertanya dengan raut wajah serius, Vania menatap putrinya bingung

"Apa?" Tanya Vania

"Jodohin aku sama Arka.. bisa?" Pintanya

Vania menatap Putri nya dengan wajah yang sulit diartikan

"Mamah ga bisa..."

"Kenapa ga bisa? Mamah kan sama Tante Amara berteman baik, mamah donatur terbesar di sekolah milik om Fariz, aku juga udah kenal lama sama Arka, kenapa mamah ga bisa usahain aku buat berjodoh sama Arka?" Tanya nya dengan nada kesal

"Sayang semua itu ga ada artinya kalo kalian tidak saling mencintai"

"Mah.. aku udah perjuangin Arka, dan sekarang tolong mah bantu aku sekali ini aja"

"Divaa... Jangan memaksakan seseorang untuk mencintai kamu, apa lagi Arka masih sayang sama-"

"Sama siapa? Sama Alya maksud mamah? Mah kenapa semua orang suka sama Alya dan bukan aku, mamah juga lebih sayang Alya dari pada aku, mah sadar Alya itu udah mati mah matii!! Dan Alya juga udah buat papah mati!!!"

Plak

Vania menampar pipi diva. Diva memegangi pipinya yang terasa perih

"Mah..."

"Masuk kamar kamu sekarang!!"

"Mah tapi-"

"Mamah hilang masuk ya masuk!!" Diva menggelengkan kepalanya tak percaya melihat mamahnya bisa marah hanya karena Alya, segitu sayang nya kah mamah nya pada Alya, diva berlari menuju kamarnya dan membanting keras pintu kamar

Flashback off

"Gua mohon sama Lo.. tolong bawa pergi semua kenangan yang pernah Lo ukir, gua udah ikhlas lahir batin kalo Lo mati" ucap diva

•••

"Nad... Kamu kenapa ko ngelamun?" Tanya fajar

"Eh bang Nadira mau nanya sesuatu boleh?"

"Boleh, tanya aja"

"Emmm waktu Nadira camping Nadira sempet jatoh ke semak-semak gitu bang.. nah tapi anehnya pas Nadira jatoh kan kepala Nadira ke bentur gitu, terus Nadira kaya inget sesuatu gitu bang, Nadira kaya udah pernah ngalamin hal itu sebelumnya... Waktu Nadira kecil Nadira pernah jatoh dihutan gitu ga soalnya kaya ga asing buat nadira" tanya Nadira saat mengingat kejadian camping

"Hemmmm... Setau abang kamu ga pernah main ke hutan ko"

"Aneh"

"Mungkin perasaan kamu aja kali"

"Iya kali ya, mungkin efek pusing"

"Hmm iya bisa jadi"

"Ok, seenggaknya sekarang aku ga terlalu kepikiran"

"Iyaa jangan di pikirin" Tak lama Santi keluar dari kamarnya dengan pakaian yang sudah rapih

"Loh bu, ibu mau kemana?" Tanya fajar

"O-ohh ibu.. ibu mau keluar sebentar"

"Mau aku anter?" Tawar fajar

"Engga perlu jar, kamu sama Nadira di rumah aja ibu keluar sebentar ko" Santi berjalan menjauhi pekarangan rumahnya

"Ko ibu ga bilang mau pergi kemana yaa? Rapih banget lagi" ucap Nadira heran

"Kamu penasaran?"

"Engga, cuma takut terjadi sesuatu aja, nanti kita ga tau ibu dimana"

Drrrttt drrtt

"Nad hp kamu bunyi tuh" ucap fajar

"Bukan bang, itu bukan hp aku, nih hp aku ga bunyi sama sekali. Hp bang Fajar kali" ucap Nadira sambil menunjukkan ponsel nya

"Hp bang Fajar juga engga"

"Hp nya ibu..." Nadira mengambil handphone ibunya yang terletak di meja jahit nya,

"Ibu ga bawa hp" ucap Nadira pada fajar

"Ya udah kamu angkat" Nadira mengangguk dan mengangkat telpon itu

"Santi.. apa kau masih merawat anak itu?" Ucap seseorang dari sebrang sana

-ini kan suara ayah-

"Ayah??"

"Kamu siapa? Dimana Santi?"

"Ini Nadira yah, ibu keluar tapi ga bawa handphone"

Tututut

Panggilan di matikan sepihak oleh ayah Nadira

"Ayah kenapa nad?" Tanya fajar

"Nadira ga ngerti sama omongan ayah"

"Yaudah gapapa nanti bilang aja ke ibu kalo ayah nelpon"

"Iya.."

-'anak itu' maksud ayah apa ya? apa ibu ngurusin anak selain aku dan bang Fajar? apa selama ini ibu sering pergi itu untuk menemui 'anak' yang di maksud ayah? tapi kenapa ibu sembunyi in dari aku dan bang fajar-

•••

ARKANA [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang