9 | ARKANA

1K 79 2
                                    

Happy reading...

Di jam istirahat pertamanya Nadira, Tania dan juga Lea kini tengah berada di kantin sekolah.

"Kemarin lo balik sama Arka Nad?" pertanyaan yang dilontarkan oleh Tania membuat Nadira mengernyitkan dahinya, dari mana Tania tahu jika kemarin ia diantarkan pulang oleh Arka?

"I–iya, ko lo tahu? Bukannya kemarin lo pulang duluan?"

Lea masih menyimak sembari memakan bakminya. Kemarin ia memang ada di Bandung tapi hari ini ia telah kembali dan bisa bersekolah lagi.

"Gue baca grup angkatan, lo jadi berita utama anjir disana." jawab Tania. Nadira terdiam dan seketika ia mengingat kejadian tadi pagi dimana ia menjadi pusat perhatian saat menginjakkan kakinya di sekolah. 

"Ko lo bisa balik sama dia?" tanya Lea yang kini telah menyelesaikan makanannya.

Nadira menghela nafas panjang, sebenarnya ia tak ingin temannya tahu jika ia sebenarnya menjadi guru les private untuk Arka, ia takut teman-temannya mengkhawatirkan dirinya karena sikap Arka yang buruk. Tapi jika ada kesalahpahaman sepertinya mau tak mau ia harus mengatakan yang sebenarnya.

"Sebenarnya gue jadi guru les private dia." ucap Nadira. Lea dan Tania beradu pandang dan beberapa detik kemudian mereka melotot tak percaya.

"Serius?" tanya Lea

"Gimana ceritanya deh?" sama halnya dengan Lea, Tania pun ingin meminta kejelasan. 

"Gue harus bantu dia dobrak nilainya yang jelek kalau gak beasiswa gue bakalan di cabut." tutur Nadira. Lea menggeleng kepala dan Tania menyenderkan punggungnya karena merasa hal itu benar-benar tak masuk akal bagi mereka.

"Mana bisa begitu sih? Aneh!" ucap Lea

"Lo lupa kalau Arka itu anak pemilik yayasan sekolah ini?" tanya Nadira mengingatkan. Seketika mereka kembali membenarkan duduknya dan menatap Nadira.

"Iya sih benar dia yang punya yayasan sekolah ini. Tapi kan.."

"Dikira ngajarin orang bego itu gampang apa? Seenak jidat aja deh!"

Nadira tersenyum dan berusaha meyakinkan mereka jika itu bukan masalah yang perlu mereka pikirkan. "Tenang aja ya, kalau gue ngerasa gak mampu juga pasti gak akan gue ambil."

"Jangan sampai kecapekan ya Nad.. Lo juga harus bantu ibu lo di rumah kan?" tanya Tania

"Iya, tapi gapapa ko santai."

"Kalau Arka ngapa-ngapain lo, bilang sama gue!" Lea memperingati

Nadira terkekeh kecil dan mengangguk, "iya thanks ya."

***

"Diva! Lo udah tahu berita Arka boncengin cewek IPA 1?" tanya Nara pada Diva yang tengah menatap cermin kecil di genggamannya.

Ia menoleh pada Nara sekejap lalu kembali menatap cermin, "Udah. Orang-orang berlebihan, seolah hal itu istimewa.." jawabnya.

Nara menggigit bibirnya merasa tersindir karena ia menjadi salah satu dari orang-orang itu. "Eum tapi Div, lo gak cemburu lihatnya? Lo kan.. belum pernah diboncengi Arka naik motor– maksud gue.."

Diva meletakkan cermin itu di meja dan menatap Nara serius, yang ditatap sampai merasa gugup dengan tatapan Diva yang terkesan dingin.

"So–sorry Div, gue gak bermaksud–"

"Buat apa gue cemburu? Dia cuma anak beasiswa, beda kelas sama gue!" tuturnya, seketika Nara tersenyum karena merasa aman.

"Iya benar! Beda banget lah sama lo, lagian keluarga lo sama Arka kan juga udah dekat banget!" balas Nara. "Ohiya menurut rumor yang beredar juga, katanya bokap dia kawin lagi terus nyokapnya tukang jahit." kata Nara

Diva menaikkan alisnya. Seseorang yang mencoba dekat dengan Arka pasti keburukannya selalu terungkap dengan mudah entah bagaimana cara mereka mengetahuinya. Mereka benar-benar mendambakan sosok Arka sampai tak rela jika Arka berada di orang yang salah. Mungkin begitu?

"Kemarin beritanya kan rame banget terus ada nomor gak dikenal ngasih informasi yang detail banget, gue juga gak tahu siapa dia tapi yang jelas pasti orang terdekatnya."

"Informasi apa aja?" tanya Diva yang mulai penasaran dengan latar belakang Nadira.

"Gak banyak tapi yang gue baca tuh bilang kalau dia punya satu kakak laki-laki terus adek tiri yang setahun lebih muda darinya. Dan katanya sekolah disini juga." jelas Nara.

"Miris banget, udah miskin broken home lagi.." Diva dan Nara tertawa bersama, menertawai kehidupan Nadira yang mereka nilai begitu buruk.

***

Lea sedari tadi merasa khawatir dengan sikap teman-temannya terhadap Nadira yang dinilai berlebihan. "Nad," Lea menepuk pundak Nadira yang berada di depannya. Nadira membalikkan tubuhnya, "Kalau lo risih sama mereka-mereka bilang gue ya! Gue bakal bikin tu orang mampus!" katanya, Nadira tersenyum kecil dan mengangguk paham.

Tak lama kemudian pak Ruslan masuk ke kelas untuk mengajar kelas 12 IPA 1.

Lea tersenyum menatap punggung Nadia. Ia sudah banyak mendengar kesulitan-kesulitan yang dialami oleh teman satunya itu, dan sebagai teman ia merasa belum bisa menjadi sandaran terbaik karena tidak bisa memberikan solusi ataupun bantuan. Jadi setidaknya ia harus melindungi Nadira.

Meski Lea dan Tania lahir dari keluarga yang berada tapi mereka seolah tak merasa terganggu dengan keadaan ekonomi Nadira yang berbeda. Justru terkadang mereka merasa iri karena Nadira memiliki ibu dan kakak yang begitu menyayanginya, sesekali mereka pernah menginap di tempat Nadira dan itu sangatlah nyaman. Keluarga Lea memang kaya tapi mereka terlalu sibuk dengan urusan bisnis mereka masing-masing. Tania pun begitu, bahkan ia selalu mendapat ke-kangan untuk terus mendapatkan nilai yang sempurna.

TBC.

Update: 24 November 2020
Revisi: 15 Juli 2022

ARKANA [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang