8 | ARKANA

1K 80 1
                                    

Happy reading...

"Nad, mau pulang bareng?" ajakan yang tiba-tiba muncul membuat Nadira terdiam untuk sesaat. Karena tak kunjung mendapat respon Abay melambaikan tangannya dihadapan wajah Nadira sembari menyebut namanya, berniat menyadarkan dari lamunan gadis itu.

"Eh? A–apa?" Astaga, apa yang baru saja ia lakukan?

"Pulang Nad, mau pulang bareng gak?" ucapnya mengulangi.

"Uhm, bo–" Nadira berhenti di tengah ucapannya.

"Bo..?" Abay menunggu jawaban lengkapnya karena secara mendadak Nadira terdiam.

"Eh sorry bay, kayaknya gak bisa. Gue buat janji sama orang lain!" Benar. Nadira sampai melupakan rencananya bersama Arka.

"O–oh.. oke gapapa. Yaudah kalau gitu gue duluan deh, lo hati-hati ya!" ucap Abay tak lupa dengan senyumnya.

"Iya. Lo juga, hati-hati."

Setelah Abay pergi Nadira melihat ponselnya untuk memastikan apakah Arka jadi untuk les privat atau mendadak di batalkan. "Wah apa ini?"

Ternyata ada begitu banyak pesan yang masuk dalam ponselnya, ia tidak menyadari karena sedari tadi dalam mode hening. Saat dilihat si pengirim, ternyata itu dari Arka karena sebelumnya mereka memang telah bertukar nomor ponsel sebab takut jika suatu saat ada perubahan jadwal atau hal yang mendesak terjadi.

Nadira meringis dan tak bisa membayangkan betapa kesalnya Arka sekarang. Ia pergi dengan cepat untuk sampai ke gerbang sekolah karena Arka mengirimkan fotonya tengah berada di depan gerbang.

***

Arka menenteng helm hitam dan ponsel yang sedari tadi ia pandangi. Melihat pesan yang ia kirim hanya di baca saja membuatnya merasa kesal dan ingin membanting helmnya jika saja lupa bahwa helm itu ia dapatkan dari uang penjualan mobil yang dibelikan oleh ayahnya.

"Arkana!"

Suara itu sepertinya tak asing bagi Arka. Ketika menoleh ternyata memang benar, Na.di.ra.

Ia datang dengan nafas memburu, ingin marah tapi entah mengapa Arka begitu tak tega melihatnya.

"Sorry Arkana, gue baru selesai rapat MPK OSIS." ucapnya setelah merasa lebih baik karena berlari.

"Ah udahlah, ayo!"

Arka melepaskannya begitu saja? Benar-benar diluar dugaan! Tak ingin membuat Arka berubah pikiran, Nadira cepat-cepat mendekati Arka yang sudah menaiki motornya.

Sebelum menyuruhnya untuk naik, Arka lebih dulu melepaskan jaket yang ia kenakan dan memberikannya tanpa bertanya. Nadira sempat bingung tapi ia tak ingin mengambil pusing dan segera melilitkannya pada pinggang. Selesai dengan itu, ia pun menaiki motor Arka secara perlahan.

***

Arka memberhentikan motornya di salah satu cafe yang menjadi tempat biasa ia singgahi bersama dua temannya.

Nadira ingin turun tapi lagi-lagi ia dibuat bingung karena tiba-tiba Arka mengulurkan lengannya kebelakang agar ia bisa turun dengan mudah. Ia menggapai lengan Arka dan turun secara perlahan. Arka ikut turun, melepaskan helm dan berjalan meninggalkan Nadira. Tak ingin tertinggal jauh, Nadira pun menyusul dari belakang.

Arka menahan pintu untuk Nadira dengan ekspresi yang datar lalu kembali menutupnya setelah Nadira masuk. Keduanya memilih duduk di meja dekat jendela agar pencahayaannya baik.

"Mau pesan apa?" tanya Arka

Mata Nadira kesana-kemari melihat daftar menu yang tersaji, Arka ikut memperhatikan, bukan. Ia tidak memperhatikan daftar menunya melainkan Nadira. "Lemon tea sama kentang goreng." jawabnya.

ARKANA [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang