Jaehyun duduk bersandar pada kepala ranjangnya. Taeyong membantunya mencuci wajah dan berganti pakaian, walau dengan sedikit drama karena pria cantik itu ingin Jaehyun mengganti celananya sendiri, tapi pria besar itu beralasan tak mempunyai tenaga untuk membuka celana bahannya.
Akhirnya Taeyong mengalah. Tapi ketika Jaehyun merengek meminta untuk digantikan underwear, Taeyong melempar underwear Jaehyun dengan kesal dan menyuruh pria itu berganti sendiri.
Sekarang Jaehyun membuka mulutnya dengan lesu, menerima suapan penuh bubur abalone yang Taeyong buatkan untuknya. Seperti dulu, masakan Taeyong tak berubah bahkan ketika dirinya sakit hanya masakan Taeyong yang bisa membuatnya memiliki nafsu makan.
"Enak?" tanya Taeyong sembari menyiapkan untuk suapan berikutnya. Jaehyun mengangguk pelan, lalu meringis.
"Pusing." ringis Jaehyun pelan.
"2 suap lagi ya, sedikit lagi habis. Setelah itu minum obat dan kau bisa istirahat." Taeyong kembali menyuapkan bubur ketika Jaehyun menganga padanya.
"Bagaimana kau bisa langsung kesini?" Jaehyun mengelus kaki Taeyong yang berselonjor disampingnya.
"Menggunakan taxi, tentu saja." ucap Taeyong memberikan gelas karena Jaehyun menunjuknya ingin minum, sembari meletakkan mangkok bubur yang sudah kosong.
"Maksudku bukan itu, Sayang. Bagaimana kau tau alamatku?" Jaehyun mencubit gemas pipi Taeyong. "Aku rasa aku tidak pernah mengatakan alamatku kepadamu."
"Bertanya dengan Irene Noona." jawab Taeyong dengan wajah memerah, entah kenapa rasanya sangat malu.
Jaehyun melihat semburat merah itu, menyandarkan kepalanya pada bahu sempit Taeyong. "Aku senang kau ada disini. Kukira tadi aku hanya bermimpi saat melihatmu."
Taeyong mengambil obat untuk Jaehyun dan membantunya meminumnya, "Berbaringlah, supaya kau besok sudah sehat." Taeyong menepuk sisi ranjang, dengan senang hati Jaehyun menurutinya dan memeluk tubuh Taeyong erat.
"Besok, jangan bekerja dulu. Tubuhmu sangat panas." ucap Taeyong sembari terus menyeka keringat dingin yang bercucuran pada dahi Jaehyun, membawa selimut untuk semakin menutupi tubuh besar Jaehyun.
Jaehyun menenggelamkan wajahnya pada ceruk leher Taeyong, memeluk Taeyong seperti ini membuatnya jauh merasa lebih baik. Walau demamnya tidak turun-turun.
"Jangan pergi, menginaplah disini." ucap Jaehyun pelan.
Taeyong berdehem, "Ini sudah pukul 1 dini hari. Tidak mungkin aku pulang." Jaehyun tersenyum mendengarnya. "Tapi saat pukul 5 aku pulang ya, aku takut Mark menangis karena aku tidak ada." ucap Taeyong mengelus surai tebal Jaehyun. Mendaratkan beberapa kecupan pada kepala sang dominan, berharap sedikit meringankan sakit kepalanya.
Jaehyun menghela nafas, "Baiklah, tapi jangan lepaskan pelukan ini sampai kau pergi." tangannya semakin mengeratkan rengkuhannya pada tubuh Taeyong.
"Bagaimana aku bisa lepas jika kau memelukku sangat erat seperti ini?" Taeyong mengelus rambut Jaehyun yang sudah agak basah karena keringat. "Kau sangat berkeringat."
"Dingin, Sayang." Jaehyun menggigil kedinginan, semakin merapatkan tubuhnya pada Taeyong. Taeyong menatap Jaehyun dengan cemas. Tangannya berusaha menggapai handuk basah yang sempat dicelupkannya kedalam air hangat tadi, cukup sulit karena Jaehyun tidak melepaskannya.
Mengelap keringat dingin Jaehyun dengan handuk basah itu, saking panasnya tubuh Jaehyun matanya pun ikut berair dan terus menetes sejak tadi. "Apa obatnya belum bekerja?" gumam Taeyong pelan.
Jaehyun sudah memejamkan mata karena rasa kantuknya akibat obat yang diminumnya tadi. Taeyong menatap wajah tampan yang tersembunyi dilehernya itu, dengan jarak sedekat ini malah menambah kadar ketampanan seorang Jung Jaehyun, walau dengan wajah pucat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forever Is You (JAEYONG) ✔️
Romance{COMPLETE} "My answer always you, forever is YOU." •JaeyongArea. •BxB •Homophobic? Jangan mampir ya~