Taeyong membantu Jaehyun bersandar pada kepala ranjangnya, tubuh pria itu sedikit hangat. Taeyong segera membuatkan minuman ginseng untuk menjaga kesehatan tubuh Jaehyun.
Jaehyun bersandar pada kepala ranjang dengan bantal yang menahan tubuhnya, tangannya terus menggenggam jemari Taeyong tanpa lepas sedikitpun.
"Jangan terlalu lelah, jangan memikirkan hal yang tidak penting, jaga kesehatanmu. Hatiku sakit saat melihatmu sakit seperti ini." ucap Taeyong dengan wajah khawatirnya, Jaehyun menatap lekat paras rupawan Taeyong.
"Kau mengetahuinya, bukan?"
"Hm?"
Jaehyun diam sejenak, "Eomma. Eommaku masih hidup." Taeyong terpaku ditempatnya, "Kau mengetahuinya?" sebenarnya ini pertanyaan yang Jaehyun yakini jawabannya, hanya saja dirinya ingin mendengar langsung dari Taeyong.
Taeyong meremas tangannya gugup, takut jika Jaehyun akan marah padanya, kepalanya mengangguk pelan, "Maaf, aku bingung bagaimana cara memberitahumu. A-Aku minta maaf, Jaehyun."
"Apa itu alasanmu tempo hari bertanya tentang Eomma?" tanya Jaehyun, mengingat beberapa hari yang lalu Taeyong menanyakan sesuatu hal yang janggal bagi Jaehyun.
Taeyong mengangguk pelan, "Maaf, maaf tak langsung memberitahumu." sesalnya, "Tapi, darimana kau mengetahuinya? Apa Bibi Yoona mendatangimu?" tanyanya dengan rasa penasaran.
Jaehyun menghela nafas, "Dia mendatangi Appa, dan aku mendengar percakapan mereka."
Pria yang lebih mungil itu menatap wajah Jaehyun, meneliti setiap ekspresi yang pria itu keluarkan, "Lalu? Bagaimana perasaanmu? Kau baik-baik saja?" Taeyong tau begitu pasti bahwa begitu banyak yang Jaehyun pikirkan saat ini.
"Aku bingung. Aku bingung, apa yang sebenarnya sedang kujalani ini?"
"Apa kau membenci Bibi Yoona?"
Jaehyun menatap lekat Taeyong, memikirkan pertanyaan Taeyong untuk beberapa saat. Apa dia membenci wanita itu? Jikalau Jaehyun membencinya, apa yang membuat Jaehyun membenci wanita yang adalah Ibunya itu.
Pria itu hanya masih tidak bisa memikirkan bagaimana bisa Ibunya yang sudah dirinya tanamkan dalam pikirannya bahwa telah tiada kini muncul dihadapannya dengan keadaan yang masih bugar dan tak berubah sedikitpun.
"Tidak, hanya saja aku terlalu canggung."
Senyum tipis terbit dari bibir Taeyong, tangannya terangkat mengelus kepala Calon Suaminya itu, "Tak apa, mungkin kau butuh waktu untuk itu. Hanya saja jangan lupakan fakta bahwa bagaimanapun dia adalah Ibumu. Hm?" suaranya yang lembut menenangkan Jaehyun yang sedang memikirkan begitu banyak hal di kepalanya.
Pria bermarga Jung itu sekali lagi menatap Taeyong lekat dan dalam. Makhluk indah ini, begitu sempurna berada disampingnya. Begitu pas berada dalam dekapannya, begitu indah untuk dirinya miliki.
Namun mengapa bisa Ayahnya begitu membenci pria sempurna ini? Mengapa Ayahnya tidak bisa melihat bahwa Taeyong begitu pas berada disampingnya? Menjadikan Taeyong miliknya seutuhnya adalah satu-satunya impiannya dalam hidupnya. Tapi mengapa Ayahnya tak pernah mengerti itu? Tak pernah mengerti bahwa yang Jaehyun cintai hanyalah Taeyong?
"Aku memajukan pernikahan kita menjadi minggu depan." ucapnya setelah terdiam menatap Calon Pengantinnya beberapa saat.
Pria cantik itu mengerjap terkejut sebelum mengangguk mengiyakan keinginan Jaehyun, "Baiklah, apapun kuserahkan padamu."
Jaehyun tersenyum tipis, lengannya menarik pinggang Taeyong untuk dirinya dekap.
Malam ini, Jaehyun akan melupakan semuanya sejenak. Hanya ada Taeyong dan dirinya yang saling mendekap menyalurkan kehangatan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forever Is You (JAEYONG) ✔️
Romansa{COMPLETE} "My answer always you, forever is YOU." •JaeyongArea. •BxB •Homophobic? Jangan mampir ya~