1023[Sepupu?]٢٠

3.6K 201 3
                                    

Terima kasih buat kalian yang udah nyempetin baca. Terima kasih juga buat kalian yang nunjukin bahwa kalian bukan silent reader (vote, comment, add to reading list) saya merasa dihargai sebagai penulis. Terima kasih😘

Tebak-tebakan di part sebelumnya dijawab atuh :(

H
A
P
P
Y

R
E
A
D
I
N
G

Sepupu?》

M

entari pagi sibuk menyebarkan cahayanya pada separuh bagian bumi yang sudah terjadwal untuk ia sinari.

Sama halnya dengan Shilla, Winda dan Fakhri yang sibuk mempersiapkan acara empat bulanan di rumahnya nanti sore. Shilla dan Winda berjalan di depan, sementara Fakhri mengikuti dua orang itu sambil mendorong trolly yang berisi barang belanjaan yang dibeli oleh dua wanita yang tinggal serumah dengannya itu.

"Daging ayam sudah, rempah-rempahnya juga udah, buah udah," ujar Shilla membaca list belanjaan di selembar kertas yang ia pegang.

"Minumannya apa, Ma?" tanya Shilla ia tampak memikirkan minuman yang cocok untuk tamunya nanti.

"Sirup," balas Winda tanpa menoleh ke anak semata wayangnya itu. Tangannya bergerak memilih kentang yang menurutnya memiliki kualitas paling baik.

Seorang ibu rumah tangga memang begitu, membutuhkan waktu lama untuk berbelanja bukan karena banyaknya barang yang dibeli, tapi karena terlalu pemilih dalam berbelanja entah itu faktor kualitas ataupun harganya.

"Sirup di kulkas masih ada, Ma. Tinggal dua botol," jelas Shilla.

"Mana cukup, Nak," balas Winda. Anak dan menantunya itu mengundang banyak orang untuk acara empat bulanan Shilla. Tetangga, kerabat dekat, serta ustad-ustadzah pesantren.

"Beli lagi saja buat jaga-jaga," ujar Fakhri menegahi ibu dan anak di hadapannya itu.

Shilla dan Winda mengangguk bersamaan, tak berminat melanjutkan perdebatan mereka.

Satu jam berkeliling akhirnya selesai juga. Trolly yang dibawa Fakhri pun penuh dengan sendirinya.

"Istri," panggil Fakhri membuat istrinya itu menoleh. Setelah pandangan Shilla terfokus padanya barulah ia kembali melanjutkan ucapannya, "tunggu di kafe sana, ajak Mama juga. Kalian belum makan dari pagi, nanti aku nyusul."

"Baiklah," balas Shilla mengangguk patuh. Fakhri tersenyum lebar menatap punggung istrinya yang mulai menjauh. Setidaknya ia punya cadangan semangat untuk mengantri saat melihat senyum istrinya itu.

***
Ba'da ashar, tamu-tamu mulai berdatangan. Fakhri menyambut tamu-tamunya di depan teras rumah. Sementara Shilla dan Winda menjamu tamu di dalam.

"Mari, Bah," ujar Fakhri menyambut sesepu pesantren agar memasuki rumahnya pada tempat yang telah disediakan. Tadi siang Fakhri dengan bantuan Harizt telah menata ruang tamu rumahnya menjadi dua bagian. Sebagian untuk tamu laki-laki dan sebagian lain untuk tamu perempuan.

"Tania nggak datang, Mas?" tanya Shilla saat sang suami ikut duduk di samping Kyai.

Fakhri menggeleng pelan. Winda yang sedari tadi mengamati interaksi anak dan menantunya itu mengusap pelan pundak Shilla untuk menguatkan anaknya itu seolah mengatakan, "tidak apa-apa."

Nyatanya pikiran Shilla tidak semudah itu untuk mendapatkan ketenangannya. Ia sudah berusaha menghubungi Tania--sahabatnya sejak tiga hari yang lalu. Bahkan ia sudah mengirim undangan ke apartemennya, tapi tak membuahkan hasil.

Bidadari yang Tersembunyi[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang