1060 [Mendadak Diam]٤

4.5K 326 20
                                    

<Mendadak Diam>

Seharian Shilla mendekam dalam ruang serba putih ini. Bukannya sengaja mengurung diri di ruang inap, juga bukan karena dokter melarangnya ke luar. Dokter mengizinkannya hanya sekedar menghalau rasa bosan di taman.

Ini semua karena pihak pesantren yang menjenguknya satu per satu. Coba bayangkan betapa lelahnya Shilla melayani tamu-tamunya, harus menjawab pertanyaan yang sama berulang-ulang. Kenapa ustadz-ustadzah dari pesantren tidak datang sekaligus saja? Menyebalkan.

Fakhri mendekat ke arah Shilla, "tidurlah," titah Fakhri dengan lembut seraya membetulkan letak selimut istrinya.

"Hemmm," gumam Shilla tanpa memandang Fakhri. Ia langsung memejamkan matanya lalu membalikkan badannya memunggungi Fakhri.

Fakhri yang melihat itu hanya bisa menghela nafas kasar. Ia harus bersabar. Fakhri pergi ke kamar mandi, mengambil wudhu lalu mengaji guna menjernihkan pikirannya.

Lembar demi lembar mushaf telah ia baca. Alunan baris-baris ayat suci terlontar merdu di udara. Perlahan emosi yang bergejolak di dadanya meredup tergantikan ketenangan.

"Shadaqallahuladzim."

"Selamat malam, Istri. Aku rindu kamu yang dulu, kamu yang kemarin. Kamu yang menemani hari-hari lalu."

Cup ....

Maafkan aku, Mas.

Shilla belum sepenuhnya tidur, ia hanya sekedar memejamkan mata. Tadinya ia sangat lelah dan ingin segera memejamkan mata, tapi entah mengapa ia tak bisa tertidur lelap. Mungkin juga karena ia telah terbiasa tertidur dalam pelukan suaminya.

Seketika kilasan ingatan saat ia masih amnesia muncul begitu saja.

"Kenapa belum tidur?" tanya Fakhri berjalan mendekat ke arah Shilla yang sedang berbaring. Ia menoleh sekilas ke arah istrinya yang menahan kantuk, tapi tak kunjung terlelap.

"Ga bisa tidur," keluh Shilla dengan wajah cemberut.

"Sebentar." Fakhri menggulung kemejanya hingga siku kemudian berlalu menuju kamar mandi.

Cklek ...

Fakhri keluar dengan rambut basah yang menambah kesan ketampanannya. Fakhri ikut membaringkan tubuh lelahnya di samping Shilla.

Hadap kanan, letakkan kedua tangan di bawah pipi.

Shilla membalikkan badannya ke arah kanan, yang membuatnya harus berhadapan dengan Fakhri, tapi semoga saja Fakhri saat ini sudah memejamkan matanya.

"Baca surah-surah pelindung, Al Ikhlas, An Nas, Al Falaq, ayat kursi dan ayat terakhir surah Al Baqarah."

Shilla menuruti perintah Fakhri dalam ingatannya, bibirnya terbuka dan tertutup mengisyaratkan ayat-ayat yang sedang ia baca.

"Ya Allah, jagalah aku dari azab-Mu pada hari ketika Engkau membangkitkan hamba-hamba-Mu."

"Aamiin," pungkas Shilla memejamkan matanya.

"Kalau semisal aku ada urusan di luar kota atau pulang larut lagi seperti saat ini, ingat pesanku tadi."

***
"Shilla, Mas ga bisa nemenin kamu hari ini, ada urusan mendadak di kota. Tenang saja, aku sudah minta Ustadzah Karin untuk menemani kamu di sini. Harizt juga akan jaga-jaga di sini, biar bisa disuruh beli makan hehehe," ujar Fakhri cengengesan di akhir kalimatnya.

"Aku pamit. Assalamualaikum."

"Waalaikum salam," jawab Shilla dengan lirih.

Cup ...

Bidadari yang Tersembunyi[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang