1050 [Saya Sanggup]٧

3.6K 311 4
                                    

<Saya Sanggup>

Shilla memeluk sahabatnya dengan erat, ia bahkan sampai meneteskan air mata karena terharu. Belum lama ia memeluk sahabatnya itu tiba-tiba tangannya di tarik hingga membuat pelukannya terlepas.

"Kau tak ingin memelukku juga?" tanya seseorang yang baru saja menariknya. Seseorang itu memajukan tubuhnya dengan inisiatif memeluk Shilla lebih dulu.

"Berhenti di situ!" Teriak Fakhri membuat orang di hadapan Shilla mengangkat sebelah alisnya lantaran bingung.

"Siapa lo berani ngelarang gue melepas rindu dengan pacar gue sendiri." tantang seseorang itu sembari menatap remeh ke arah Fakhri.

Ricko--seseorang yang baru saja menantang Fakhri itu kembali memfokuskan dirinya kepada kekasihnya yang baru ia temui setelah tujuh bulan menghilang tanpa kabar. "Kamu jahat Ar? kenapa meninggalkanku tanpa kabar? kau tau, aku selama ini kewalahan karena banyak wanita yang menggangguku. Kepergianmu dariku membuatku seperti 'jomblo' dan menjadi incaran mereka," keluh Ricko menceritakan segala penderitaannya selama ditinggal Shilla.

Ya, tapi kami tak pernah berhasil membuatmu berpaling, Ricko.

Fakhri yang sudah tak tahan mendengar ocehan orang di hadapannya ini, langsung menarik tangan Shilla menjauh darinya.

"Lo apa-apaan sih," geram Ricko tak habis pikir dengan pria asing yang menarik kekasihnya menjauh darinya. Ia pikir akan berhasil? Tidak semudah itu ferguso! Ricko tak akan membiarkan kekasihnya menghilang dari jangkauannya untuk kedua kalinya.

Fakhri masih menarik tangan Shilla, tapi langkah laki-laki itu terhenti begitu menyadari Shilla menghentikan langkahnya. Ia menoleh ke arah belakang dan saat itu pula ia mengeram marah. "Lepas!"

"Ricko ...." cicit Shilla pelan. Ia terlalu terkejut atas apa yang dilakukan Ricko--lelaki itu memeluknya dari belakang.

"Lo siapa?"

"Saya suaminya." Tekan Fakhri di setiap kata yang terlontar dari mulutnya. Dapat ia lihat Ricko membeku dan melepaskan pelukannya dengannya kaku. Kesempatan itu ia gunakan untuk menjauh dari seseorang yang berasal dari masa lalu istrinya. Kali ini, Fakhri tak menarik tangan Shilla lagi, tapi ia menggendong istrinya ala bridal syle. Mengabaikan berbagai tatapan orang-orang di sekeliling mereka.

"Mas ...." cicit Shilla membenamkan wajahnya di dada Fakhri.

Sungguh ia tak paham dengan apa yang terjadi hari ini. Mulai dari Fakhri yang kekeh ingin bertemu ibunya, bertemu dengan Tania--sahabat lamanya, Ricko dan segala tingkahnya dan sekarang ia harus menghadapi Fakhri dengan segala keterdiamannya.

Fakhri menurunkan Shilla setelah tiba di depan sepeda matic miliknya. Tanpa bicara ia memasangkan helm di kepala istrinya. Setelah Shilla naik di belakang dan memegang ujung jaketnya barulah ia mengemudikan motornya.

"Mas kita mau ke mana?" tanya Shilla saat ia menyadari bahwa ini bukan jalan menuju rumahnya, lagi pula Fakhri juga tidak tahu letak rumah Shilla.

"Apartement," jawab Fakhri dengan singkat.

Sebenarnya banyak yang ingin Shilla tanyakan, tapi ia sadar sekarang bukanlah saat yang tepat hanya untuk sekedar basi-basi mood Fakhri benar-benar buruk saat ini dan yang membuat ia sedih sekaligus bersalah adalah perubahan Fakhri karena dirinya.

***
"Duduk," ujar Fakhri dengan raut wajah datarnya.

Shilla duduk di sofa, sementara Fakhri duduk di sampingnya namun, bukan di sofa yang sama. Keduanya saling berhadapan dikarenakan Fakhri yang mencondongkan tubuhnya.

"Kalian belum putus?" Shilla terdiam sejenak, saat tragedi penculikan yang membuatnya amnesia itu Shilla masih berstatus menjadi pacar Ricko.

"Belum," jawab Shilla dengan kepala tertunduk. Ia sangat merasa bersalah.

"Kamu masih mencintainya?" tanya Fakhri dengan cepat. Ada sedikit sentakan dalam suaranya.

Shilla menggelengkan kepalanya pelan pertanda tak setuju. "Ti-tidak, Mas," jawab Shilla dengan terisak pelan.

"Lalu kenapa kamu tidak memutuskannya tadi?" Fakhri masih belum puas dengan jawaban Shilla. "Kau bahkan tak mengungkit pernikahan tadi, kau tak mengangapku sebagai suami."

"Mas ... aku--"

Fakhri tak menghiraukan pembelaan Shilla. Ia meraih kunci motornya lalu berdiri. "Kita butuh waktu untuk saling menenangkan diri," putus Fakhri yang membuat Shila menggelengkan kepalanya dengan tegas. Netranya menatap Fakhri penuh permohonan.

Kumohon jangan, Mas.

Fakhri merogoh dompet di saku celenanya lalu mengeluarkan sebuah kartu atm yang ia serahkan kepada Shilla. "Gunakan ini untuk keperluaanmu. Di bawah ada supermarket kalau kamu butuh sesuatu."

"Mas, jangan pergi hiks ...." pinta Shilla berharap Fakhri mengurungkan niatnya, tapi Fakhri tetap kukuh pada pendiriannya.

"Kita butuh waktu." "Kita menikah saat kamu amnesia, Shill. Saat kamu lupa segalanya dan baru saja kamu bertemu dengan orang yang kamu cinta, bagaimana aku tenang seolah tak terjadi apa-apa?"

Fakhri mendekap Shilla lalu mengecup keningnya. Ia membiarkan Shilla meluapkan tangisnya beberapa saat sebelum pergi.

Shilla menatap nanar punggung Fakhri yang mulai menjauh dari jangkauannya. Ia hanya terduduk sembari meruntuki kebodohannya yang tak bisa berbicara saat dalam kebingungan.

***
Fakhri mengendarai motornya dengan kecepatan penuh menuju suatu tempat yang ia kunjungi enam bulan lalu. Ia masih hapal betul jalan menuju ke sana meski enam bulan telah berlalu tak membuat ia melupa satu jalur pun.

Fakhri memarkirkan motornya tepat di depan rumah minimalis bergaya klasik itu. Rumah di hadapannya ini dominan dengan warna coklat tak mengurangi kesan mewah sedikit pun.

Tok ... tok ...

"Assalamulaikum." Fakhri berdiri di depan pintu dengan raut wajah datarnya.

"Eh, menantu. Mari masuk," sambut seoarang wanita paruh baya menyuruh Fakhri masuk ke dalam kediamannya.

Fakhri mengekori Winda dari belakang lalu mendudukkan dirinya di sofa single yang berhadapan langsung dengan sang pemilik rumah.

"Kenapa Mama merahasiakan tentang Ricko dari saya?" Tanya Fakhri to the point. Dapat ia lihat Ibu mertuanya itu membulatkan mata pertanda terkejut namun, hal itu tak bertahan lama karena setelahnya raut wajah Winda kembali seperti semula--datar.

"Ricko? masa lalu Shilla itu?" tanyanya sambil terkekeh pelan. Fakhri menatap Shilla tak suka, bisa-bisanya Ibu mertuanya itu sesantai ini sementara dirinya hampir menggila.

Menyadari tatapan Fakhri yang tak biasa ke arahnya, ia berdehem pelan lalu melanjutkan ucapannya, "Ricko memang pernah menjadi bagian dari masa lalu Shilla. Alasan mengapa saya tidak menceritakan tentangnya kepadamu bukan karena apa, tapi menurut saya itu sudah tak penting. Saya yakin lelaki playboy seperti Ricko akan langsung mencari pengganti Shilla begitu tahu putri saya menghilang, dan dengan begitu secara tidak langsung mereka telah putus."

"Mama terlalu cepat menyimpulkan, karena faktanya Ricko tetap menunggu Shilla selama ini, ia masih menganggap Shilla sebagai pacarnya," bantah Fakhri.

"Untuk apa kamu mempermasalahkan itu? Bukankah sudah jelas kamu lebih berhak atas Shilla karena kamu suaminya?"

"Tidak. Saya tidak akan memanfaatkan status saya sebagai suami karena bagaimanapun kami menikah saat Shilla amnesia, dan sekarang setelah ia mengingat semuanya. Saya pasrahkan semuanya pada Shilla. Jika memang Shilla masih mencintai Ricko maka dengan berat hati saya harus melepaskannya."

1023 words

Eitss ... bentar deh bentar, tuh si Fakhri kenapa bisa bertemu Winda--Mamanya Shilla. Temukan jawaban di part selanjutnya😉

See you and thank you😘

Bidadari yang Tersembunyi[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang