🌹Special Part🌹

4.5K 151 18
                                    

Pov Special Arshilla Salsabilla

Bentar-bentar. Sebelum lanjut, mau klarifikasi bentar. Di part sebelumnya belum ada yang komen yaw. Masih ditunggu sesuai ucapanku sebelumnya (3 orang pengomentar) dan ya, aku mau kasih sedikit informasi. Aku buat 5 extra part.
1. Special part Shilla.
2. Membaca tanda-tanda.
3. Benar Adanya.
4. Daffin dan Daffiyah.
5. Bidadari yang Tersjembunyi (pov Fakhri)
Tapi maaf sisanya tidak dipublish di sini.
.
.
.
.
.
.
.

Bias cahaya senja tembus di balik dedaunan tanaman. Aku memejamkan mata menikmati semilir angin yang menerpa. Beberapa detik setelahnya, aku kembali membuka mata. Mengamati kedua 'malaikat'ku yang sedang bergurau di carpet yang aku siapkan di atas rerumputan terawat.

 Mengamati kedua 'malaikat'ku yang sedang bergurau di carpet yang aku siapkan di atas rerumputan terawat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mas Fakhri berusaha mengajarkan Daffin berjalan. Beberapa kali Daffin tergelak hingga menampakkan giginya yang hanya tumbuh tiga biji. Dua di atas dan satu di bawah. Tak mau ambil pusing, aku melanjutkan membuka lembar-lembar album yang menampakkan foto kami bertiga, aku, Mas Fakhri dan Daffian.

"Mma," panggil Daffin bergumam tak jelas. Ia menarik-narik ujung gamisku. Aku langsung mengangkatnya dan membawanya ke pangguanku.

"Umma," ulangku membenarkan ucapan Daffin sebelumnya.

"Mma,"  Daffin mengucapkan hal yang sama. Artinya, ia gagal mengucapkannya dengan benar. Tak masalah, toh wajar saja. Ia masih berumur satu tahun enam bulan.

"Baiklah, baiklah. Sini."

"Kok jadi malah duduk di kursi sih, kita mau piknik di bawah bias cahaya senja," ujar Mas Fakhri menggembungkan pipinya. Ya, ini adalah rencananya. Piknik di halaman belakang rumah dengan alasan, halaman belakang rumah mendapatkan bias cahaya langsung dari mata yang akan terbenam.

"Iya, Abi." Beberapa bulan lalu, Mama meminta kami mengganti panggilan. Alasannya, anak-anak kecil seperti Daffian cenderung mengikuti apa yang ia lihat dan apa yang ia dengar. Jadi tak mungkin bukan jika Daffian juga ikutan memanggil Mas Fakhri sebagai 'mas' atau memanggilku 'istri'

Menurut, aku melangkahkan kaki menuju carpet dan duduk di sana.

Mas Fakhri langsung mengambil alih Daffin yang berada dalam pangkuanku dan langsung saja, malaikat kecilku itu bergerak aktif dengan cara merangkak, meski sesekali ia jatuh tengkurap yang langsung disambut gelak tawa abinya.

Lagi, aku melanjutkan membuka lembar-lembar album di tanganku, hingga sebuah suara berhasil mengalihkan fokusku. "Umma, kita lagi piknik lho. Kok malah asyik sendiri," rajuk Mas Fakhri yang terdengar lucu di telingaku.

Tak ingin membuatnya semakin merajuk, aku segera mendekatkan diri ke arahnya bersamaan dengan Mas Fakhri yang menarik Daffin ke atas pangkuannya. Tangan Mas Fakhri merangkul lenganku dari belakang. Ia juga sedikit menariknya, hingga lengan kami bersentuhan. Tak cukup di situ saja, ia bahkan menyandarkan kepalaku di dadanya.

Bidadari yang Tersembunyi[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang