<Pertemuan>
"Mau aku antar ke rumah Mama atau pesantren?" Tanya Fakhri menawarkan dua pilihan. Tentu saja ia tak tega dan tak akan tenang meninggalkan Shilla seorang diri sekalipun di istananya sendiri, masalahnya di sini tak ada prajurit-prajurit yang siap menjaga dua puluh empat jam seperti di kerajaan-kerajaan dalam film.
"Mama di sini, Shilla," sela Winda yang berdiri di depan pintu. Sontak Shilla dan Fakhri langsung mengahadapkan tubuh mereka ke arah sumber suara.
"Tapi ...." Sungguh semua pilihan yang ada tak pernah Shilla harapkan datangnya. Setidaknya setelah masalah kemarin.
"Aku rasa, kamu butuh waktu untuk bicara dengan Mama," saran Fakhri. Ia segera menarik Shilla ke dalam pelukannya. "Aku nggak punya banyak waktu, tapi aku usahakan pulang secepatnya."
Shilla mengurai pelukan Fakhri, ia mengangguk pelan seraya menyuguhkan senyuman untuk menyakinkan Fakhri bahwa ia baik-baik saja. "Jangan khawatir," balas Shilla.
Fakhri menggeser tubuhnya lebih dekat dengan Ibu Mertuanya itu. "Ma, aku pamit." Winda mengangguk pelan sebagai tanda persetujuannya.
"Assalamualaikum."
"Waalaikum salam," balas Shilla dan Winda bersamaan.
"Mas," panggil Shilla membuat langkah Fakhri terhenti dan menoleh ke arah istrinya tuk mendengar kelanjutan ucapan istrinya itu. "Nggak bawa baju ganti?"
"Sudah ada di mobil. Harizt yang menyiapkannya." Shilla mengangguk paham. Winda hanya diam menatap interaksi sepasang suami-istri itu hingga mobil yang dinaiki Fakhri mulai menjauh dan tak terlihat lagi.
"Mama mau minum apa?" Tawar Shilla setelah keduanya kembali masuk ke dalam rumah.
"Hanya butuh bicara dan jiwa ini akan kembali segar, Shilla," jelas Winda mengutarakan tujuannya ke sini.
Shilla terdiam mendengar ucapan Mamanya, ia lantas mendudukkan dirinya di sofa yang secara langsung berhadapan dengan Winda.
"Mama janji tak akan memeras suami kamu lagi, Nak. Asal kamu dan Fakhri mau Haji bersama," ujar Winda bersungguh-sungguh.
"Uang suamimu tak akan terbuang sia-sia, jika kalian mau menggunakan tiket ini."
"Hanya kamu dan Fakhri keluarga Mama saat ini. Tidakkah kau mau menurutinya?" Tanya Winda dengan wajah memelas.
"Kita bahas ini lagi nanti, Ma." Hanya ksta itu ysng terlontar dari mulut Shilla sejak Winda ber
***
Shilla, Fakhri dan Winda berdiri sejajar menghadap ke arah kamera sambil menunjukkan deretan gigi rapinya. Di sekeliling mereka terlantun asma-asma Allah yang menenangkan jiwa."Labbaikallahumma labbaik, labbaika la syarikalaka labbaik, innal hamda wan ni'mata laka wal mula la syarika lak." Kalimat itu terus bergema, di setiap waktu yang tercipta.
Artinya; Aku datang memenuhi panggilan-Mu Ya Allah, aku datang memenuhi panggilan-Mu, aku datang memnuhi panggilan-Mu tidak ada sekutu bagi-Mu, aku datang memnuhi panggilan-Mu, sungguh segala puji, nikmat dan segenap kekuasaan adalah milik-Mu, tidak ada sekutu bagi-Mu.
Ckrekkk ...
Jepretan pertama mereka foto formal, tidak ada gaya-gaya tertentu. Keduanya menampilkan wajah semringah dengan senyuman lebar hingga menunjukkan deretan giginya.
"Sekarang kalian foto berdua," ujar Winda kepada Shilla dan Fakhri, ia menyingkir dari tempatnya berdiri, memberi ruang kepada sepasang suami-istri itu untuk menciptakan momen baru.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bidadari yang Tersembunyi[END]
ДуховныеFakhriza Ghiffari diajak nikah oleh seseorang yang ia tolong. Demi mempertahankan prinsipnya sebagai seorang ustad ia menikahi gadis amnesia yang tak diketahui asal-usulnya itu. Lalu apa yang akan terjadi setelahnya saat Arshilla Salsabila mendapat...