"Apa-apaan?!" Asteri berteriak, menatap dimensi putih tanpa ada warna lain yang menodainya. Disekitarnya banyak Ultra yang sama sekali tidak pernah dia temui.
"Kali ini Zero-sama membawa Ultrawoman?!" Seorang Ultrawoman dengan keadaan acak-acakan menatap nanar Asteri yang baru saja tiba di dimensi buatan ini. "Kamu ... apa yang terjadi padamu?" Dia menatap Asteri dengan iba, sungguh Asteri merasa Ultrawoman satu ini sangatlah melankolis.
"Aku?" Asteri sedikit ragu, mengarahkan telunjuk ke arahnya sendiri.
"Ya, siapa lagi Ultra yang baru tiba di dimensi ini dan baru sadar dari mimpi."
"Ah benar. Aku tidak tahu apa yang terjadi, Zero-san hanya menggambar sketsa wajahku, tapi anehnya dia menanyakan nama lengkap human host milikku. Dan entahlah, aku tiba disini."
"Astaga kau sangat lugu, siapa namamu." Ultrawoman itu menatap lekat Asteri, melakukan scanning dari ujung kepala hingga kaki.
"Namaku Asteri, dan kau?"
"Entahlah aku sudah lupa. Ingatlah namamu dengan baik selagi bisa." Ultrawoman tersebut kemudian menjauh dari Asteri dan duduk dengan seorang Ultraman, Asteri rasa keduanya berteman.
"Tunggu! Apa maksudmu?" Dengan tergesa Asteri menyusul pergerakan Ultrawoman yang baru ditemui dan duduk mengikutinya.
"Silakan baca, newbie." Seorang Ultraman menekan bracelet dipergelangan tangannya, menunjukkan sebuah catatan berbentuk hologram.
Seminggu disini aku mulai melupakan namaku dan semua orang yang aku kenal sebelum tiba disini.
Minggu kedua, ketika ingin mengingat apa yang terjadi, hanya ingatan asing yang aku temukan.
Minggu ketiga, entah kenapa duniaku hanya berpusat tentang segala hal di dimensi ini dan sosok Ultraman Zero, entah tentang masa lalunya atau kehidupannya di masa kini. Kami semua memanggilnya Zero-sama."Berapa lama kalian disini?" Asteri melihat Ultra di sekelilingnya, biru-merah tidak ada bedanya, menatap kosong pada putih tak bernoda.
"Dari catatan pribadiku, sudah tiga Minggu. Entahlah dengan ultra yang lain. Dan bisakah kamu mencatatkan bagaimana caramu tiba disini? Ini mungkin membantu kita keluar."
"Pada catatan hologrammu? Baiklah." Asteri sedikit ragu, namun tetap melakukan permintaan Ultraman yang baru dia temui.
Zero-san entah kenapa bertingkah berbeda, sejak kapan bisa menggambar sketsa apalagi tentang diriku? Dia menanyakan nama lengkapku, dan setelahnya aku pingsan. Tapi saat terbangun, hanya dimensi putih yang terlihat, banyak Ultra berkumpul ah lebih tepatnya terjebak disini. Aku rasa semua berkaitan dengan Zero-san atau Zero palsu?
-Asteri-"Selesai." Asteri menyimpan catatan tersebut dan menekan tombol off pada bracelet Ultraman tersebut.
"Kau sangat cantik, Asteri," sebuah suara terdengar dekat.
"Eh?" Asteri menoleh ke arah kiri karena merasakan pundaknya mulai memberat, hingga nampak sosok Ultra yang menyandar pada pundaknya.
"Aku baru dua minggu disini, tapi sudah melupakan banyak hal. Tapi aku rasa aku pernah bertemu denganmu." Ucapan dari sosok Ultraman berwarna biru-hitam menarik atensi Asteri.
"Maaf?"
"Lupakan saja perkataannya, ingatan asing sudah menggantikan ingatan aslinya."
"Hah ... aku sangat bingung berbicara dengan kalian tanpa tahu nama, aku tidak mungkin menyebut kalian Ultraman ini, Ultrawoman itu. Jadi, ayo gunakan kode nama."
"Aku tahu! Panggil aku Aoi." Ucap seorang Ultrawoman yang pertama kali berbicara dengan Asteri ketika tiba disini.
"Betapa konyolnya, jika begitu mulai sekarang panggil aku Grey." Ucap seorang Ultraman dengan catatan harian yang sangat berguna.

KAMU SEDANG MEMBACA
Ultra Academy
FanfictionWelcome to Ultra Academy, dimana pahlawan bersekolah. Buat apa mereka sekolah? hei pahlawan juga ingin menambah pengetahuan dan keahlian! Beberapa tokoh di sana adalah Oc buatanku, ada juga Oc pinjaman dari hasil collab. Dan sebagian besar tokoh la...