Beberapa minggu setelah kecelakaan itu, tangan Lia akhirnya mulai membaik. Meski begitu, Lia masih terbiasa beraktivitas menggunakan tangan kiri. Takut kalau tulang pada tangan kanannya kembali cedera. Sudah cukup jatuhnya di depan rumah Lino menyisakan sakit di tangannya. Lia tak ingin lagi memanjat gerbang atau apapun itu.
"Hai, Lia, gimana kabar lo?"
Itu adalah Handi. Sedang duduk bersama Cherry di teras rumah Lia. Mengatas namakan solidaritas adalah alibi agar Handi bisa bertemu dengan Cherry di luar sekolah, yaitu di rumah Lia. Katanya solidaritas teman sekelas, jadi Handi harus menjenguk Lia.
Tapi harus bersama Cherry.
"Baik. Gimana di sekolah?" tanya Lia balik.
"Ya gitu-gitu aja, Li. Gue tetep gini-gini aja," jawab Handi.
"Gue nggak nanya keadaan lo, Han. Gue nanya keadaan sekolah."
Handi menyunggingkan cengiran. Ditambah wajah lucu khas komediannya, membuat Cherry mengulum senyum ketika melihat cowok bernama Handi itu. Rasanya Cherry ingin mencubit pipi gembul Handi, lalu Cherry kantongi.
Handi dan Cherry kemudian menceritakan segala kejadian di sekolah, mulai dari yang tidak penting sampai yang penting, seperti tentang tugas, acara sekolah, juga tentang Lino. Handi menceritakan Lino yang akhir-akhir ini menjadi pendiam sebab dihujat oleh teman-temannya. Padahal Handi dan yang lain sudah bilang kepada warga sekolah bahwa hubungan mereka sudah membaik, tak perlu sampai satu sekolah menghujat Lino.
Handi juga selalu marah jika melihat warga sekolah yang menggunjing Lino dan yang lain di hadapannya. Apa lagi ketika suatu hari ada juga yang mengolok-olok Lia dan kawan-kawannya. Tapi hal ini tidak Handi ceritakan pada Lia maupun Cherry. Cukup dia saja yang merasa emosi. Cukup Handi saja yang geregetan sampai ingin makan sekolahan.
Apaan sih, Han? Kamu kenapa? -Author
Lia menghela napas panjang usai mendengar cerita Handi.
"Besok keluarga gue mau ke sini. Baru sempet, katanya." Lia menatap Cherry dan Handi nanar. "Kasian banget gue. Waktu awal gue sakit orang tua gue ke sini cuma sehari. Habis itu balik lagi."
Handi dan Cherry tak menjawab, masih menunggu Lia selesai bercerita.
"Mereka ngajakin gue pulang ke Tangerang, sih. Tapi gue nggak mau. Gue males sama kakak gue."
"Emang kenapa, Li?" tanya Cherry.
"Ya gitu." Lia mengedikkan bahu. Antara ingin meluapkan keluh kesahnya dan tak ingin terlalu terbuka pada temannya, apalagi sedang ada Handi.
"Maafin kita ya, Li. Kita nggak bisa jenguk lo setiap hari," kata Cherry penuh sesal.
"Nggak pa-pa. Seminggu kalian ke sini satu dua kali udah cukup, kok. Gue juga udah mulai sembuh. Makasih ya, udah sering main ke sini."
"Selow, Li. Kita kan temen. Ya nggak, Cher?" Handi merangkul bahu Cherry.
"Heh heh, tangannya tangannya! Hmm, udah berani ya sekarang?" Lia memperingatkan sambil mengulum senyum.
"Loh, temen kan saling merangkul."
"Modus!"
Sementara itu, Cherry menutup mulutnya dengan kepalan tangan. Antara ingin tertawa dan grogi dirangkul oleh Handi.
••
"Han, lo di mana? Bales chat gue!"
"Di rumah Lia. Kenapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Mas Kucing [END] ✓
Humor"Dori hilang!" Apa salahnya melindungi kucing? Tidak ada yang salah. Yang salah adalah ketika Lia mengancam Lino yang menjabat sebagai pawang kucing di sekolah dengan cara mengambil kucing peliharaan Lino, hanya demi membersihkan namanya dari gosip...