Terungkap

397 112 37
                                    

Yayyy, Mas Kucing ganti cover :D
Btw sekali lagi makasih banyak buat yang udah baca, vote, komen, pokoknya semua yang mampir ke sini.
Semoga ga bosen-bosen ke sini hihii
Selamat membaca! :D

••

"Hah? K-kata siapa?"

Handi terdiam. Dori beneran udah balik ke rumah Mas Lino belum, sih? Tapi kemarin ada, kok. Apa jangan-jangan itu hantu? Lantas cowok itu menelan salivanya kasar. Jantungnya lagi-lagi berdegup kencang. Bukan karena Cherry lagi, tapi karena membayangkan bahwa Dori yang sedang berada di rumah Lino adalah hantu kucing.

Handi menarik rem sepedanya. Ia memberhentikan sepedanya di pinggir jalan.

"Kenapa, Han?"

Merasa detak jantungnya sudah brutal, ia mengelus dadanya sembari mengatur napas. Handi sesekali memejamkan mata, berharap pikirannya salah. Padahal, bulu kuduknya sudah merinding.

"Han, lo nggak pa-pa, kan?" tanya Cherry panik. Ia turun dari sepeda kemudian mengecek di sekitar sepeda, barangkali ada sesuatu yang tertabrak oleh sepeda Handi. "Ada apa, Han? Nabrak sesuatu? Ada hewan nyeberang?"

Handi menggeleng.

"Kenapa, sih? Kok kaya takut gitu?"

"Cher, tolongin gue!"

"Tolongin apaan?" Cherry mulai panik.

"Lo pernah lihat hantu kucing nggak, sih?"

Cherry mengernyit. "Eh? Emang kenapa, Han? Lo habis lihat ada hantu kucing nyeberang tadi?" Tanpa sadar, mata sipit cewek itu membulat. Ia ikut panik. Matanya mencari di mana sosok yang katanya hantu kucing itu.

Yang ditanya hanya menggeleng. "Enggak. Ya udah, ayo lanjut jalan!"

Kemudian, Cherry naik walau harus dengan segudang pertanyaan. Handi kenapa? Apa dia lihat hantu kucing? Atau jangan-jangan itu Dori? Jangan-jangan Dori mati.

"Cher," panggil Handi ketika baru mengayuh pedal sepedanya lagi.

"Iya?"

"Gue bingung mau ngomongin ini atau enggak."

Seketika, jantung Cherry kembali bertalu. Matanya membulat. Ketakutannya semakin memuncak. Ia benar-benar berharap cowok di hadapannya kini tak membahas Dori. Cherry menalan salivanya, lalu berusaha menenangkan diri. "Ngomongin apaan, Han?"

"Dori."

Kemudian, Cherry tersedak ludahnya sendiri. Terbatuk, Cherry kemudian menepuk bahu Handi. Mereka akhirnya kembali berhenti di tepi jalan. Buru-buru Cherry turun dari sepeda. Diambilnya air minum dari tas, kemudian ia teguk hingga habis.

"Cher, kenapa?" tanya Handi panik.

"Keselek," jawab Cherry dengan suara berat. Ia berdehem berulang kali.

"Hah? Keselek apaan? Emang lo lagi makan apa?"

"Enggak makan apa-apa."

"Terus lo keselek apaan? Gigi?"

Cherry berusaha menahan tawa, tapi rupanya tak berhasil. Tawanya meledak, hingga ingusnya muncrat. Cherry kemudian berhenti tertawa ketika menyadari hal itu. Telapak tangannya dengan sigap menutup hidung dan mulutnya. Cewek itu kemudian berbalik badan, memalingkan wajah dari Handi.

"Cher," panggil Handi seraya menahan tawa. Ia menggertakkan giginya kuat-kuat agar sebisa mungkin tidak tertawa lantaran melihat ingus cewek idamannya muncrat. Ia berusaha berpikir bahwa itu adalah hal manusiawi.

Mas Kucing [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang