Beberapa bulan berlalu, Lino dan Lia menjalani hari-hari mereka sebagai teman dekat. Hari ini, ujian kenaikan kelas hari terakhir usai. Para siswa sibuk memperbincangkan soal-soal yang telah lalu, mencocokkan jawaban dengan teman-teman, dan sibuk memperdebatkan jawaban siapa yang benar. Sudah menjadi kebiasaan anak SMA, bukan?
Lino berencana mengajak sahabat-sahabatnya beserta Lia dan kawan-kawan berkunjung ke pantai. Sebagai pelepas penat setelah beberapa hari berkutat dengan soal ujian, katanya. Semua setuju. Sore ini juga, selepas ujian kenaikan kelas berakhir, mereka pergi ke pantai bersama Leon. Sebagian naik mobil Abin yang dikemudikan Chandra, sisanya naik mobil ayah Lia yang dikemudikan oleh Leon.
Yuna juga ikut, diajak Jojo. Katanya biar bisa sambil tanya-tanya tentang pendaftaran SMA.
Sampai di pantai, 14 insan itu berlari keluar dari mobil menuju bibir pantai. Buih-buih ombak segera menyentuh kaki mereka.
"Aaa!! Dingin, Kak!" teriak Yuna.
"Hahaha, Yuna, kamu lucu banget kalau teriak," kata Jojo.
"Waduuhh... Jojo...." Sebagian dari para sahabatnya akhirnya meledek Jojo.
"Masih SMP jangan sok gombal!" ledek Yosi.
Yosi kemudian mendapat toyoran dari Abin di pipi. "Masih kelas 10 jangan jadi buaya!"
"Lah, bentar lagi kan gue kelas 11. Iya nggak, Han?"
"Yoi."
Kemudian Yosi dan Handi berangkulan.
Di sisi lain, Lino tengah menatap Lia dari samping. Cewek berambut panjang yang kini tengah menatap mentari terbenam itu membiarkan rambutnya terurai mengganggu wajahnya. Sang pemilik rambut sebetulnya tak masalah dengan rambutnya. Hanya saja penikmat wajah gadis itu merasa terganggu.
Lino akhirnya menyingkap rambut-rambut itu ke belakang telinga Lia dengan tangannya. Lia refleks menoleh.
"Eh, maaf maaf. Gue... agak risih lihat rambut lo terbang-terbang. Gatel rasanya, p-pengen garuk muka," kata Lino.
"Apaan sih, No? Kalo mau modus bilang aja!" ledek Abin.
"Bukan, Bang. Mas Lino tuh pengen lihat muka Lia tanpa terhalang apapun. Iya nggak?" sindir Handi.
"Oh, sekalian ngelus-ngelus rambut Lia gitu ya?" timpal Yosi.
"Jojo jangan contoh Mas Lino, ya! Kalo mau benerin rambut orang permisi dulu. Terus bilang apa maksud kamu," sindir Chandra melalui nasihat pada Jojo. Yang lain hanya terkekeh.
"Ow, but it's so sweet. Besok setelah lulus, aku mau panjangkan rambut juga," kata Felix.
"Hmm, biar dielus-elus Lino?" tanya Chandra.
"Biar dielus Mas Lino apa dielus cewek?" tanya Umin.
"Siapa?" tanya Felix.
"Ryani juga boleh," sahut Yezzy kemudian terkekeh.
"Woo sembarangan. Kalo gitu gue juga mau manjangin rambut," balas Yosi. Yang lain tertawa.
"Siap-siap saingan ya, kalian berdua!" ledek Yezzy. Felix hanya diam, tapi mata Yosi sudah melotot.
Sementara itu, Lia sibuk merasakan seperti ada kupu-kupu berterbangan di perutnya. Ia yang semakin dekat di setiap harinya dengan Lino setelah baikan, telah menyadari dan meyakini bahwa perasaannya terhadap Lino adalah rasa suka. Terlebih selama ini Lino sering mengajaknya ke panti asuhan bersama kawan-kawan Lino. Membuatnya merasa menjadi perempuan spesial di hari-hari Lino.
"Sorry. Gue cuma risih aja rambut lo terbang-terbang," kata Lino lebih lirih di sisi Lia. Lia tak menjawab, hanya mengangguk sambil mengulum senyum.
"Mau gue kucirin nggak?" tanya Lino.
Lia sedikit menggeleng. Perasaannya sudah tidak karuan.
"Oh." Lino kembali menatap mentari terbenam di samping Lia.
Sekarang, gadis itu yang menatap pria berhidung mancung di sebelahnya. Sedikit mendongak, karena Lino lebih tinggi darinya. Yang ditatap segera sadar. Ia pun menoleh.
Dua pasang mata itu akhirnya saling tatap.
Lino menaikkan sebelah alis sambil tersenyum. "Kenapa?"
"Enggak," kata Lia sambil kembali menatap mentari terbenam. Lino tertawa kecil.
Lino akhirnya menyatukan rambut-rambut Lia ke belakang. Tangan Lino mulai mengucir rambut Lia dengan lembut.
Sayang, Lino mengucir rambut Lia dengan karet bekas nasi bungkus yang ia gunakan untuk menjahili Handi di kantin beberapa jam yang lalu.
"Maaf pake karet nasi bungkus."
Lia menahan kekehan selepas sempat terkejut. Kerandoman Lino memang tak pernah sirna.
"Maaf juga gue tetep ngiket rambut lo. Soalnya biar lo bisa ngelihatin gue tanpa keganggu rambut."
Lia melotot. "Heh, lo yang ngelihatin gue tadi!"
"Orang dua-duanya sama-sama lihat-lihatan aja masih nggak ngaku, euwh," sindir Ryani seraya memutar bola mata.
Leon sedari tadi hanya menggelengkan kepala melihat kelakuan anak-anak SMA di hadapannya dari belakang. Kakak Lia ini sedang menikmati jagung bakar di tepi pantai sembari asik memotret pemandangan di hadapannya. Asal adiknya tidak dipeluk, dicium, atau semacamnya, Leon tidak akan turun tangan.
Tapi yang dilakukan Lino pada Lia membuat Leon dan yang lain iri.
Kalian juga iri, kan?
Sama, author juga.
"Nah, kalo gini kan jadi lebih leluasa ngelihatin guenya." Lino tersenyum setelah selesai mengikat rambut Lia dengan karet nasi bungkus.
"Ih, nyebelin!" umpat Lia.
"Tapi ngangenin nggak?" goda Lino.
"Enggak."
"Oh iya ya. Lo nggak pernah kangen gue ya? Malah gue yang kangen sama lo bertahun-tahun. Eh... keceplosan. Eh, nggak, deng. Eh...."
Lia terdiam. Dadanya semakin berdegup kencang. Selama beberapa detik, ia biarkan angin berhembus kencang. Ia nikmati angin itu sambil memejamkan mata dan menenangkan jantungnya. Ia pikir, ia juga harus berani mengakui rasa rindunya.
"Pernah, kok."
"Hm? Pernah apa?"
"Pernah kangen sama lo."
Sekarang, giliran Lino yang dadanya berdegup kencang.
"Hih, udah ah! Males banget gue sama loooo, Mas Linooo!" Lia mendorong bahu Lino. Lino hanya terkekeh gemas karena pipi gadis di sebelahnya terlihat merona. "Udah ah, gue mau menikmati sunset. Jangan ngeledek gue mulu, nyebelin!"
"Nyebelin sama dengan gemesin, gitu ya?"
"Enggak!"
"Katanya, kalo cewek bilang enggak berarti iya."
"Ih!!!"
"Dasar couple tsundere!" kata yang lain kompak bersamaan. Kemudian muda mudi itu tertawa.
••
~End~
Uwaa, makasih banyak yang baca apalagi vote comment sampai ending.
Yang suka DAY6 sabi nih mampir ke work-ku yang Shippers Plan🤙🏻
Terima kasih 😺
KAMU SEDANG MEMBACA
Mas Kucing [END] ✓
Humor"Dori hilang!" Apa salahnya melindungi kucing? Tidak ada yang salah. Yang salah adalah ketika Lia mengancam Lino yang menjabat sebagai pawang kucing di sekolah dengan cara mengambil kucing peliharaan Lino, hanya demi membersihkan namanya dari gosip...