"Oke. Tadi kalian udah setuju kalo kalian mau jawab sejujur-jujurnya. Sekarang gue tanya. Kalian tau kenapa kalian gue kumpulin di sini?"
Chandra saat ini sedang mondar-mandir di tengah lapangan basket sekolah. Mengitari adik-adik kelasnya yang duduk melingkar. Bukan hanya Lino dan kawan-kawan yang duduk di sana. Lia dan kawan-kawannya juga. Bahkan Chandra mengundang Jojo dan Yuna yang bersekolah tak jauh dari SMA Nusabangsa.
Sore ini, mereka mendapat pesan siaran dari Chandra. Dan apapun yang Chandra perintahkan dengan kalimat diakhiri satu tanda titik, berarti dia tidak main-main. Dia marah.
"Kalo Dori bisa ngomong, Mungkin Dori juga bakal gue panggil ke sini."
"Padahal Dori bisa ngomong miauw," ucap Ryani lirih kepada Yezzy. Yezzy mengangguk setuju.
Chandra mendengus. "Sebelumnya gue minta maaf kalo kalian ngerasa gue nyampurin urusan kalian. Tapi satu hal yang harus kalian tau, ini buat kebaikan kalian sendiri."
Setelah kejadian kemarin, Chandra memikirkan apa yang sebenarnya terjadi di antara mereka belakangan ini. Ia sama sekali tak mendapat jawaban. Lima anak yang ia tanyai di tempat pijat urut depan komplek memilih untuk bungkam. Usai Handi diurut pun, ia tak mau menjawab Chandra. Ia memilih untuk buru-buru pulang dengan mengajak yang lain.
Chandra akhirnya merasa harus menuntaskan masalah ini. Kalau mereka terus-terusan berbuat sesuatu yang nantinya mungkin akan merugikan, ia juga yang merasa gagal.
"Jadi, apa tujuan kalian ngumpul tempo hari tanpa gue, Umin, sama Jojo?"
Tak ada yang menjawab.
"Oke. Biar gue lurusin. Beberapa hari yang lalu, waktu Handi, Felix, Lia, sama Cherry ke cafe, gue sama Lino juga di sana. Ada kejadian yang menurut gue nyenengin. Dori udah balik. Dan itu Yuna yang nemuin. Bener, Yun?" Chandra menatap Yuna yang ikut duduk melingkar.
"Iya, Bang," jawab Yuna.
Lia dan kawan-kawannya mendelik. Mereka saling tatap dan saling menyenggol tangan satu sama lain.
"Tuh, kan. Bener," ucap Lia lirih. Tapi sedetik kemudian ia teringat bahwa di rumah Lino kemarin tidak ada tanda-tanda kehidupan Dori. Lantas ke mana Dori?
"Nemu di mana, Yun?" tanya Chandra lagi.
"Di komplek perumahannya temenku. Katanya kucing baru. Kebetulan kayanya itu Dori keliaran di jalan, jadi aku ambil aja. Soalnya katanya Dori hilang."
"Oke. Siapa yang tanggung jawab atas Dori waktu itu?" Chandra melempar tatapan intimidasi ke Lia dan kawan-kawannya.
Sembari memejamkan mata, Cherry dengan ragu mengangkat tangan. Ia gigit bibir bawahnya kuat-kuat. "Aku, Kak."
"Gue juga," ucap Lia lalu turut mengangkat tangan.
"Kita semua," sahut Ryani yang juga ikut mengangkat tangan, kemudian diikuti Yezzy. Yezzy mengangguk menyetujui. Cherry yang melihat keloyalan kawan-kawannya tersenyum tipis.
Sudut bibir Chandra sedikit terangkat. Ia mengangguk kagum. "Oke. Kenapa Dori dibiarin keliaran?"
Cherry menggeleng. "Enggak, kok. Kita nggak pernah ngebiarin Dori keliaran. Cuman ... waktu itu ... adik aku ngebiarin Dori keluar rumah, Kak."
Chandra mengalihkan tatapannya ke Lino. Ia dapati mata Lino sedang terbelalak. "Jangan ada yang dendam ya! Kita semua temenan. Kita keluarga."
"Maaf banget, Kak Lino," ucap Cherry buru-buru. Ia tundukkan wajahnya dalam. Tapi Lino tak menjawabnya. Lino memilih ikut menunduk.
"Oke. Sekarang, kenapa kemarin Handi bisa keseleo? Handi jatuh di mana?" Chandra menatap Handi dan lima anak yang berada di tempat pijat urut kemarin bergantian. "Nggak mau jawab?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Mas Kucing [END] ✓
Humor"Dori hilang!" Apa salahnya melindungi kucing? Tidak ada yang salah. Yang salah adalah ketika Lia mengancam Lino yang menjabat sebagai pawang kucing di sekolah dengan cara mengambil kucing peliharaan Lino, hanya demi membersihkan namanya dari gosip...