Cerita

371 106 31
                                    

"Hai, Lina!"

"Kak Lino!"

Sore ini, Lino akhirnya berkunjung ke panti yang ia kunjungi bersama kakek Lia dan teman-temannya tempo hari. Ia datang membawa kucing-kucingnya bersama Felix dan Abin—menepati janjinya pada Lina.

Gadis mungil itu berlari menghampiri kandang berukuran sedang berisi seekor kucing yang Lino bawa. "Wah, ini kucing Kak Lino?"

"Ini baru aku adopsi tadi. Ini kucing dari sekolahku yang paling imut. Kamu suka nggak?"

"Suka." Lina menoleh ke dalam panti, lalu berkata lirih, "Tapi kan, nggak boleh pelihara kucing."

"No!"

Begitu dipanggil Abin, Lino segera meninggalkan Lina yang masih asyik dengan kucing. Lino bersama Abin dan Felix berbincang ringan sebentar dengan pengurus panti sebagai salam pembuka. Abin kemudian menyerahkan sumbangan hasil patungannya dengan teman-teman yang lain berupa perlengkapan belajar sekaligus makanan ringan kepada pengurus panti. Ucapan terima kasih dari pengurus panti mereka terima berulang kali.

"Yang lain nggak ikut?" tanya salah seorang pengurus panti.

"Enggak, Bu. Pada sibuk," jawab Lino ramah.

Siang tadi, Lino benar-benar baru ingat kalau masih memiliki janji dengan Lina—mengajak Lina bermain bersama kucing. Ia memutuskan untuk bergegas ke panti sore ini juga dengan mengajak kawan-kawannya. Sayang, hanya Felix dan Abin yang memiliki waktu luang. Mereka akhirnya membeli sejumlah peralatan belajar dan makanan ringan untuk di sumbangkan ke panti sebelum berkunjung.

"Lina puas-puasin aja main sama kucingnya. Kucingnya buat Lina aja nggak pa-pa deh."

"Terus Kak Lino nanti main sama siapa?"

"Kak Lino mainnya sama Kak Lia, Dek," sahut Abin lalu nyengir, membuat Lino melotot ke arahnya. Abin mana takut? Dia justru menyingsingkan lengan bajunya—pamer bisep.

"Wah, kakak tangannya besar kaya tukang tinju, keren. Kakak namanya siapa?" tanya salah seorang anak.

"Panggil aja Abin. Nama kamu siapa?"

"Dodo, Kak."

"Kelas berapa, kamu?"

"Kelas enam. Sebentar lagi ujian, hehe."

Abin mengelus puncak kepala Dodo pelan. "Semoga dapet nilai banyaaakkk ... banget. Aku doain. Semoga kamu lulus, terus diterima di SMP favorit kamu."

"Makasih, Kak."

Di sisi lain, Felix kembali memimpin anak-anak yang lain berhitung dengan bahasa Inggris. "Yaayy! Akhirnya semua sudah hafal. Sekarang aku ajarkan kata-kata bahasa Inggris yang lain, mau?"

"Mau, Kak," jawab yang lain antusias.

"Oke. Di sini siapa yang sudah bisa berkenalan pakai bahasa Inggris?"

Beberapa anak mengangkat tangan sambil berteriak, "Aku!" membuat Lino, Abin dan yang lain ikut duduk melingkar bersama Felix dan anak-anak lainnya.

"Oke. Satu-satu."

"Hi, everyone! My name is Banyu. I was born in Yogyakarta. But now i'm studying at Jakarta. I moved here last year. My parents are very busy, so they left me here. Thank you."

Seketika, semua terdiam. Bagi sebagian anak, mereka terdiam sebab tak mengerti yang dikatakan Banyu. Tapi bagi yang mengerti, mereka diam sebab terharu. Lino, Felix, dan Abin bersyukur lantaran masih tinggal di rumah walau orang tua mereka sibuk. Lantas sebagian anak menyayangkan yang orang tua Banyu lakukan pada anaknya.

Mas Kucing [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang