"Gerbangnya digembok. Gue ogah ya, manjat-manjat. Gue pake rok." Lia menyilangkan tangan.
Sepulang sekolah, Lia dan kawan-kawan memutuskan untuk mengajak sahabat-sahabat Lino memohon maaf pada Lino lagi. Bahkan Yuna pun ikut. Kembali ke rumah Lino adalah jalan terbaik daripada mereka harus menyelesaikan masalah di sekolah. Siswa lain pasti akan menyebar gosip bila mendengar kabar tentang kemarahan Lino yang merasa dikhianati.
"Gue mau manjat," ucap Ryani kemudian menatap Yosi, membuat Yosi perlahan tersenyum. Ryani mendekati Yosi. "Tapi gue mau pinjem celana lo."
Handi dan yang lain terkekeh.
"Ya kali gue harus copot celana gue di sini," ucap Yosi kesal.
Yosi mendapat toyoran di kepalanya dari Ryani. "Eh, buaya! Mikir apa, sih? Ya nggak dicopot di sini juga, dong! Maksud gue, rumah lo kan deket sini. Pasti lo punya celana selain seragam sekolah, kan? Nah, gue mau pinjem."
"Ciieee, minjemnya ke Yosi," ledek Handi.
"Soalnya kalo nanti celananya sobek gue nggak kasihan," jawab Ryani santai. Gadis tomboy itu menatap ujung atas gerbang Lino. Jari telunjuknya ia arahkan ke sana, membuat arah pandang yang lain mengikuti. "Tuh, ada hiasan lancip-lancipnya. Kalo pas manjat kena itu ya mungkin sobek."
Handi melotot. "Loh, sejak kapan gerbang Mas Lino ada lancip-lancipnya?"
"Nah loh, pasti baru dipasang sama Lino," tukas Chandra.
"Mas Lino! Bukain gerbangnya!" teriak Jojo seraya menggoyang-goyangkan gerbang.
Tapi tetap tak ada respon.
"Mas Lino! Kata Umin, nggak boleh marah lebih dari tiga hari!" teriak Yosi.
Tetap tak ada respon.
Handi tertunduk lesu. "Apa kita bener-bener nggak bisa baikan selamanya?"
Mendengar itu, Lia menghela napas berat. Ia mengutuk dirinya sendiri. Ini semua juga salahnya. Harusnya dirinya saja yang Lino benci, bukan Handi ataupun yang lain.
Lia tiba-tiba menatap Handi dan kawan-kawannya. "Tolong pinjemin gue celana. Gue mau masuk."
Handi yang rumahnya paling dekat dari rumah Lino melesat untuk mengambil beberapa celananya. Bagai sales celana, ia datang kembali ke depan rumah Lino dengan tas berisi beberapa celana. Ia beri tas itu pada Lia. "Ryani, lo sekalian pake ini aja. Kalo pake celananya Yosi entar kepanjangan. Kaki Yosi panjangnya bukan kepalang soalnya."
"Nggak usah body shaming," ucap Yosi.
"Itu namanya muji, buaya!" Handi melempar tatapan sinis, membuat Yosi terkekeh geli.
"Terus kita mau ganti di mana?" tanya Ryani.
Mereka akhirnya menuju rumah Handi untuk mengganti rok dengan celana. Empat gadis itu sepakat untuk memanjat gerbang rumah Lino bersama. Mereka juga harus bertanggung jawab dan meminta maaf atas kesalahan dan keteledoran mereka dalam mengasuh Dori.
Melihat itu, Handi yang mengantar empat gadis itu ke rumahnya mendengus kesal. "Sia-sia gue bawa tas berat-berat sampe ke depan rumah Mas Lino. Tau-tau mereka ke rumah gue."
Selepas berganti, mereka berlima kembali ke rumah Lino. Handi yang memanjat pertama, disusul Yosi, Chandra, dan Abin. Berikutnya adalah Ryani. Cukup handal memanjat, ia meyakinkan kawan-kawan perempuannya agar berani memanjat gerbang setinggi dua meter itu.
Gadis-gadis itu satu per satu mulai memanjat. Dimulai dari Yezzy setelah Ryani, lalu disusul Cherry. Mereka mendarat dengan selamat.
"Ayo, Li!" titah Yezzy.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mas Kucing [END] ✓
Humor"Dori hilang!" Apa salahnya melindungi kucing? Tidak ada yang salah. Yang salah adalah ketika Lia mengancam Lino yang menjabat sebagai pawang kucing di sekolah dengan cara mengambil kucing peliharaan Lino, hanya demi membersihkan namanya dari gosip...