Hot News

674 168 54
                                    

Pagi ini, Handi sudah berdiri di mimbar masjid sekolah ditemani kawan sebangkunya yang ia sendiri tak tahu apa tujuan Handi mengajaknya ke masjid. Bukan mengajak Felix ibadah. Handi juga tahu kalau mereka beda server.

"Mau apa?" tanya Felix.

"Lix, cara ngidupin toa masjid gimana, sih?"

"Mana aku tau. Aku tidak pernah."

Handi menatap Felix sinis. Sebal, karena ternyata sia-sia ia mengajak Felix. Padahal, wajar jika Felix tidak mengerti.

"Kamu harusnya ajak Umin. Dia anak masjid, right?"

"Nggak mau. Nanti gue dimarahin, kepala gue dimasukin ke toa."

"Memang kamu mau apa?"

"Ngasih pengumuman."

"Kenapa tidak di TU saja?"

"Sstt! Berisik."

"TU berisik?"

"Diem!"

Usai membuat Felix terbungkam, Handi melanjutkan usahanya untuk menemukan cara menghidupkan speaker masjid. Berbagai cara telah ia lakukan hingga hampir 15 menit mereka berdiri di masjid, termasuk mengajak mikrofon berbicara.

"Sudah bisa?" tanya Felix. Handi mengangguk.

Handi berdeham setelah berhasil menghidupkan mikrofon yang tersambung ke speaker masjid sekolah. Jangan kira dia bisa memiliki ide cemerlang hasil mengotak-atik sound system dengan pikirannya sendiri. Dia tahu caranya selepas merebut ponsel Felix dan membuka tutorial di youtube.

Jangan protes. Handi itu miskin kuota.

"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh."

"Wa'alaikumsalam," jawab para manusia di luar masjid yang mendengar salam Handi.

"Pengumuman pengumuman. Cuma mau ngasih ucapan, selamat ya, buat Mas Lino sama Lia yang udah jadian. Kita ikut seneng. Jangan lupa traktir satu sekolahan. Pasti pada makin dukung kalian. Sekian, terima gaji. Wassalamu'alaikum warahmatullah wabarakatuh."

Seluruh penghuni sekolah yang mendengar ucapan Handi merasa terkejut-termasuk satpam dan cleaning service sekolah. Bagaimana bisa, Lia yang baru beberapa hari menjadi siswi SMA Nusabangsa bisa dengan mudahnya menarik hati Lino yang selama ini hanya tertarik dengan kucing?

"Wah, gila. Baru ditinggal semalem udah jadian," ujar Ryani yang baru saja melempari Yosi dengan kaos kaki.

"Kita kapan, Ry?" Yosi tersenyum lebar seraya menaik-turunkan alisnya.

"Kapan apanya?"

"Jadian."

"Dih, halu!" Ryani memungut kaos kakinya yang jatuh selepas menyabet wajah Yosi. Ia kemudian beranjak keluar dari kelas.

"Ry! Ryan! Kok pergi, sih? Gue ganteng, loh!"

Masa bodoh dengan Yosi.

Yang cewek kelahiran Bandung itu pikirkan hanya Lia dan Lino. Ryani tahu bahwa yang dia dengar tadi adalah suara Handi. Dan tentunya, ia tak percaya atas ucapan yang dilontarkan Handi.

Mana bisa ia percaya pada dua lelaki yang bahkan memanggilnya pun dengan nama yang tidak benar -Handi dan Yosi.

Ryani masuk ke kelas X-1. Ia lihat, Lia belum datang. Hanya ada Cherry dan beberapa siswa lain yang tak terlalu ia kenal. Kakinya melangkah menghampiri Cherry. "Cher, ikut gue."

Cherry membuntuti Ryani, mengikuti ke mana arah Ryani melangkahkan kaki. Setibanya di toilet putri, Ryani mengunci pintu utama masuk toilet putri rapat-rapat.

Mas Kucing [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang