Usaha Merebut Dori Kembali (2)

483 143 10
                                    

Pukul 21.00, mereka bertiga sudah mengendap-endap di sisi rumah Lia. Yosi bertugas memantau situasi di sekitar halaman rumah. Barangkali ada unsur eksternal yang mengganggu rencana licik mereka, Yosi akan mengirimkan spam chat pada Lino dan Abin. Sementara itu, Lino dan Abin mulai mencoba masuk ke rumah Lia lewat jendela.

"Lo ngapain usaha buka ini jendela?" tanya Abin.

"Ya biar kita bisa masuk, Bisep!"

"Dasar, ogeb! Ini jendela kalo dibuka masih ada tralisnya, gimana kita bisa masuk?"

"Oh, iya." Lino menggaruk pelipisnya yang tak gatal. "Terus kita masuk lewat mana?"

"Pintu."

"Sinting!"

Abin berdecak. "Lo mau lewat mana? Ventilasi?"

Setelah menghembuskan napas kasar, Lino akhirnya menuruti ide Abin. Mereka melepas topi rajut dan masker yang mereka kenakan. Dua orang itu kini berdiri di depan pintu utama rumah Lia. Bel rumahnya Lino tekan.

Nampak seorang wanita lansia keluar menemui mereka. "Mau cari siapa ya?"

"Cari Lia, Nek," ucap mereka berdua serempak.

"Oh, Lia. Sebentar, nenek panggilin. Kalian masuk dulu ke dalam. Duduk. Yuk, silakan."

Lino dan Abin masuk ke dalam. Sementara itu, Yosi yang masih berdiri di antara semak berlukar di sisi rumah Lia mengumpat melihat dua kawannya bisa masuk rumah orang dengan tenang. Sumpah serapah ia lontarkan pada Lino dan Abin.

Di ruang tamu, Lino dan Abin duduk dengan tegang. Lino meminta Abin untuk memberi kabar pada Yosi.

Abin: Sorry. Kita masuk bentar, lo tolong tetep jaga, trims.

Yosi: Enak ya, gue berdiri diserang nyamuk, kalian bisa duduk hmmm

Abin: Jangan iri, duduknya cuma di sofa empuk kok, minumnya cuma es sirup seger, sama cemilannya cuma ada 9 toples. Katanya mau dibikinin rendang juga. Alhamdulillah di sini bebas nyamuk, ada TV juga.

"Diminum, silakan," ucap Rodiyah ketika menyuguhkan minuman berupa sirup. "Lia lagi telfonan sebentar, katanya."

'Lah, beneran sirup, dong. Nggak sia-sia gue asal ceplos ke Yosi.'

"Makasih, Nek," ucap Lino. Abin sedang sibuk mencicipi sirup yang menurutnya sangat menyegarkan tenggorokan.

"Temannya Lia ya?"

"Iya, Nek."

"Satu kelas?"

"Nggak. Kebetulan, kita ini kakak kelasnya Lia."

Rodiyah manggut-manggut. "Lia cepet punya banyak temen juga ya ternyata."

Lino dan Abin hanya tersenyum. Mereka kemudian meminum sirup yang disuguhkan setelah kembali dipersilakan.

"Wah, nenek seneng, temen-temennya Lia baik-baik, cantik-cantik, kalian juga ganteng-ganteng."

Lino dan Abin hanya tersenyum sipu. Akhirnya, setelah sekian lama, ada juga yang mengatakan mereka ganteng selain keluarga mereka sendiri. Abin sontak menyisir rambutnya dengan jari.

"Ngapain ke sini?" Suara Lia sontak membuat tiga orang yang tengah duduk di ruang tamu mengalihkan atensi padanya.

"Eh, jangan galak-galak, dong! Mereka itu tamu loh," ucap Rodiyah pada cucu gadisnya itu. Rodiyah menitah Lia untuk ikut duduk. "Udah, sini duduk, ngobrol dulu. Nenek mau ke dapur sebentar, nanti balik lagi."

Rodiyah kemudian beranjak menuju dapur, meninggalkan cucunya bersama dua orang pemuda yang bahkan belum ia tahu namanya.

"Ngapain ke sini?"

Mas Kucing [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang